Sudah dua hari, aku dan Sean tidak saling berkomunikasi. Entahlah, aku tidak mau menghubunginya lebih dulu. Aku merasa tidak melakukan kesalahan, wajar kan kalau aku ingin tahu kehidupan pacarku?
Pulang sekolah ini, aku dan Alda akan pergi ke toko buku, membeli alat-alat tulis kami yang mulai menipis. Terlebih, karena Arya, siswa yang duduk di belakangku selalu meminjam pena, dan saat di tagih kembali, maka dengan tampang tak berdosa dia akan menjawab, "aduh di mana ya tadi gue simpen pulpennya, lupa Di, maaf ya." Selalu seperti itu. Alda bahkan sempat mengamuk karena 4 pena barunya pernah raib dalam sehari.
"Minta duit!" Kata Alda pada Arya. Cowok itu masih terduduk di bangkunya, memainkan game online bersama teman-teman yang lain, bahasa jaman sekarang nya sih mabar—main bareng.
"Gak ada Al, gak tau apa gue bokek" kata Arya tak peduli, "woi anjing gua mati nih! Bantuin goblok!" Katanya emosi.
Begitulah keadaan anak-anak lelaki di kelas ku. Anak-anak nakal yang tergabung dalam geng biang rusuh sekolah hanya dua orang, sisanya gamers semua. Tidak macam-macam, tapi cukup membuat telinga sakit begitu sedang mabar.
"Gak mau tau, pokoknya minta uang!" Kata Alda, dia menepuk-nepuk meja keras, "lo gak tau kan pulpen yang lo ilangin itu mahal?!"
Arya berdecak, "mati lu mati!" Seru Arya kencang. Lelaki itu masih fokus pada ponselnya, belum tergoyahkan sama sekali.
"Udah deh Al, gak guna juga lo teriak-teriak, gak bakal di denger" kataku capek sendiri melihatnya.
Alda merengut, lengannya bergerak mencubit kencang lengan Arya, sangat kencang sepertinya, karena saat ini Arya melotot tajam dengan wajah meringis.
"ALDA!!!!!" Teriak Arya murka, Alda sudah kabur keluar kelas.
Aku hanya menggelengkan kepala, baru saja aku hendak menyusul Alda, tiba-tiba saja ponselku bergetar. Langkahku terhenti begitu melihat satu pesan masuk, dari Sean.
Udah balik belum? Gue tunggu di depan sekolah lo.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden [Proses Revisi]
Teen FictionWAJIB KASIH VOTE!!! Kesalahan ku hanya satu, di saat aku jatuh cinta, maka aku benar-benar jatuh. Terlalu sulit mengalihkan pandangan pada sesuatu yang terlalu dekat. Aku sibuk mengejar dia yang justru semakin terlihat seperti ilusi. Sampai akhirnya...