65. Ulang tahun

1.6K 67 0
                                    

Ucapan Alda benar. Sean menghilang. Nomornya tidak aktif, sudah hampir dua bulan, dan Sean belum juga bisa di hubungi.

Sudahlah, aku tidak mau lagi berlarut-larut dalam kesedihan hanya karena lelaki tidak berperasaan kayak Sean. Lagipula, aku dan dia gak berpacaran kan? Sekarang aku kelas dua belas, bukan waktunya bermain-main dengan cinta, aku harus fokus pada ujianku.

Soal Kak Fajar, beberapa kali aku tak sengaja bertemu dengannya di kafe ataupun mal. Entah cuma kebetulan atau apa. Tapi karena itu pula, hubunganku dan Kak Fajar membaik. Kami sudah saling berkomunikasi, meskipun tidak sering.

Seperti sekarang, aku sedang berada di kelas sambil memainkan ponsel. Tidak ada guru yang masuk, katanya sih lagi rapat.

Satu pesan dari Kak Fajar masuk.

Ada guru gak? Saya di sekolah, mau cap tiga jari

Tidak sadar, senyumku terbit membaca pesannya. Aku mengetik pesan balasan.

Gak ada, gurunya lagi pada rapat. Cie deh alumni

Dia kembali membalas : sini ke kantin, ngobrol-ngobrol

Tanpa membalasnya lagi, aku segera bangkit. Pamit pada Alda untuk menemui Kak Fajar. Alda tahu semuanya, jadi gak terlalu heboh.

Jantungku berdegup kencang begitu melihat Kak Fajar sedang menunduk sambil memainkan ponselnya. Memakai kemeja maroon yang digulung hingga sebatas sikut.

"Kak," sapaku. Beberapa siswa-siswi pada memperhatikan, tapi aku gak peduli, aku dan Kak Fajar hanya berteman.

Dia tersenyum tipis, "gak sibuk kan?" Tanyanya seraya menyingkir sedikit, memberi ruang untukku duduk di sampingnya.

"Enggak, sibuk apaan" kataku.

Dia menyodorkan sebuah paper bag padaku, aku menatapnya heran.

"Apa nih?" Tanyaku sembari melongok isinya. Ada kotak besar di dalamnya.

"Selamat ulang tahun"

Aku menatapnya tidak percaya, darimana dia tahu ulang tahunku?

"Kakak kok bisa tau sih?"

Dia hanya mengedikkan bahunya, "masa gak tau ulang tahun doi" katanya santai.

Pipiku rasanya panas. Kak Fajar masih suka aku?

"Jangan dulu di buka, nanti aja kalo saya gak ada" katanya, aku mengangguk.

"Makasih"

"Sama-sama, pulang sekolah, mau di jemput?" Tanyanya.

Aku menggigit bibir ragu, malu menjawab iya, tapi juga gak mau nolak.

"Kalo gak mau gak pa-pa sih" katanya santai. Dia lebih terlihat kalem sekarang, tidak ada wajah datar atau judes, tapi juga gak ada wajah tengil. Kak Fajar terlihat makin bagus setelah jadi alumni.

"Mau" jawabku cepat.

Dia menatapku dengan senyum tipis lantas mengangguk.

Kalau aku suka Kak Fajar, dia mau gak nerima aku?

******

Hidden [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang