31. Selesai

1.9K 89 3
                                    

Aku diam di hadapan Sean. Lelaki itu pun begitu. Kami sedang terduduk di depan lobi sekolahku. Beruntung Sean memakai sweater hitam sehingga badge sekolahnya tertutup. Tapi meski begitu, sekolahku memang sudah cukup sepi.

"Maaf" ucapnya setelah hampir sepuluh menit hening.

Aku hanya bergumam tanpa menyahuti. Rasanya agak canggung, meski senang juga bisa melihat Sean lagi.

"Gue keterlaluan kemaren," dia mengembuskan napas panjang, "gue minta maaf" lanjutnya lagi. Kali ini, Sean benar-benar berbeda dari Sean yang aku kenal. Lelaki yang biasanya tengil dan sedikit nyeleneh tiba-tiba jadi serius dan lebih kaku. Aku gak suka.

"Di," aku menoleh ke arahnya tanpa bicara. Tatapanku beralih pada jemariku di sisi tubuh yang tiba-tiba di genggam erat olehnya. Aku kembali menatapnya, melihat bagaimana dia menatapku dengan mata menggelap, rahangnya mengeras, seolah ada emosi yang sedang dia sembunyikan, "gue sayang sama lo" ucapnya. Kalau tak salah dengar, suaranya sedikit bergetar.

Aku mengangguk, "gue juga." Untuk pertama kali, aku mengakui perasaanku secara langsung. Aku tidak bisa berpura-pura lagi.

"Kita udahan ya,"

Refleks, aku menarik lenganku dari genggamannya. Menatapnya dengan mata yang tiba-tiba terasa panas. "Apa?"

"Udahan," ulangnya lebih jelas.

"Bahkan di saat kita belum memulai?" Tanyaku begetar. Dadaku rasanya sesak, seperti seseorang mencubit hatiku.

Sean mengangguk. Lengannya kembali berusaha menggenggam jemariku, tapi aku menghindar. Memilih menatap ke arah lain, mengusap sudut mataku yang berair.

"Gue sayang sama lo, makanya gue gak bisa bareng sama lo"

"Ya udah, jangan temuin gue lagi" kataku dingin. Aku beranjak bangkit, hendak pergi, tapi Sean lebih dulu menahan lenganku.

"Gue anter pulang,"

Tanpa menyahuti, aku menghentakkan lengannya, kembali melangkah pergi meninggalkan Sean.

Semua lelaki seperti itu ya? Datang, buat baper, bosan, lalu pergi seenaknya. Tidak pernah ada pertanyaan bagaimana perasaan perempuan yang sudah dia dekati?

Memang aku sebodoh itu untuk di permainkan?

****

Hidden [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang