47. Di bonceng Kak Fajar

1.6K 67 2
                                    

Hari Sabtu. Aku tidak bisa menikmati hari liburku di rumah. Sebab saat ini aku berada di rumah Kak Fajar, belajar bersama.

Jadi ya gitu, aku akui sih setelah mengenal Kak Fajar sekitar empat hari, dia tidak begitu buruk. Hatinya baik, hanya terlalu kaku menerima orang-orang baru di sekitarnya.

"Mau belajar atau mau bengong?" Suara Kak Fajar membuyarkan lamunanku.

Aku menyengir tanpa menyahuti ucapannya. Lenganku mulai bergerak membuka buku, "kemaren aku coba ngerjain soal yang ini, tapi gak bisa" kata ku seraya menunjuk sebuah nomor dibuku soal.

Dia mengangguk. Membuka buku catatannya dan bersiap menulis jawaban soal fisika mengenai gerak melingkar.

Bermenit-menit, dia menjelaskan materi. Aku hanya mengangguk-angguk,  padahal kebingungan.

"Ngerti?"

Aku meringis seraya menggeleng pelan.

Dia berdecak pelan, "dongo" gumamnya pelan.

"Enak aja!" Tukasku tak terima, "ini tuh hari libur, wajar kan aku gak ngerti materinya? Harusnya kan aku di rumah, tiduran sambil denger musik, bukan belajar kayak orang pinter gini!" Ketusku sebal.

Dia tidak menyahuti, hanya meraih sebuah buku catatan tebal lantas menyimpannya di hadapanku, "ini buku materi saya dari kelas sepuluh. Pelajarin" katanya lantas mulai fokus pada buku soalnya.

Aku mengembuskan napas sebal, memilih menidurkan kepala di atas meja tanpa membuka buku tebal pemberian Kak Fajar.

"Gimana belajarnya?" Suara Bu Tatu terdengar. Refleks aku menegakkan tubuhku seraya tersenyum manis menatapnya. "Bisa gak?" Tanya Bu Tatu.

"Susah Bu," kataku seadanya.

"Fajar ajarin dong temennya"

"Udah Ma, dianya yang gak mau belajar" jawab Fajar yang refleks membuatku mencubit pinggangnya. Dia mendelik sinis padaku.

Bu Tatu terkekeh, "beli es krim gih, biar lebih rileks" saran Bu Tatu.

Aku mengangguk setuju. Sementara Kak Fajar justru menggeleng.

"Sana Jar, ajak Diana beli es krim dulu. Kasian mukanya sampe pucet gitu"

Kak Fajar menatapku sekilas, setelahnya dia bangkit, "ayo."

Aku bangkit dengan wajah semangat.

Akhirnya kami pergi berdua naik motor. Ini, kali pertamaku di bonceng Kak Fajar.

*****

Hidden [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang