Setiap kali jam istirahat berbunyi, tempat utama yang pasti di datangi adalah kantin. Membuat ruangan tak terlalu luas itu menjadi ajang berebut antrian supaya tidak kehabisan makanan, bahkan sampai rela berdesak-desakan. Tapi tentu saja tetap memiliki dampak positif. Kantin, adalah ajang mencuci mata pada kakak-kakak kelas tampan.
Tenang. Itu bukan kataku kok, kata Alda. Tentu saja aku hanya tertarik pada Gibran, lelaki yang tidak pernah ditemui keberadaannya di kantin. Kalaupun makhluk berhati dingin itu terlihat di kawasan kantin, pasti tujuannya adalah koperasi sekolah. ITU PASTI.
"Di! Kak Gibran." Aku langsung menoleh ke pintu masuk, Tuh kan! Dia datang untuk koperasi.
"Tumben ya ke kantin. Biasanya cuma duduk di balkon kelas, dengerin musik sambil ngangguk-ngangguk, caper !"
Aku hanya mendelik sebal, Alda terlalu sensi pada Gibran, padahal lelaki itu tidak pernah melakukan apa-apa.
Lenganku meraih gelas es teh, menyeruputnya sedikit, sampai mataku tak sengaja melihat Gibran melangkah mendekati meja kami. Jantungku berdebar, bahkan saking kerasnya sampai rasanya telingaku bisa mendengar.
Alda juga kelihatan kaget begitu Gibran berdiri di samping meja kami.
"Ngapain Kak? Mau ngobrol sama Diana? Ya udah aku tinggal ya," kata Alda. Mataku udah melotot mendengar ucapannya, apalagi saat dia bangkit, hendak segera pergi, namun Gibran langsung menahan lengannya lalu menyimpan 2 buah pulpen berwarna merah muda dengan gambar unicorn sebagai penutupnya di lengan Alda.
"Suka unicorn kan?" Gibran tersenyum manis banget.
Aku mendadak kaku, dan hanya bisa membuang pandangan dari adegan romantis itu, seharusnya aku diam saja tadi di kelas, atau mungkin seharusnya tidak datang ke sekolah, karena ternyata rasanya luar biasa menyesakkan.
Aku berdeham pelan, "gue ke toilet ya Al," ucapku pelan tanpa menatap mereka, lalu beranjak bangkit dan bergerak menjauh masih dengan kepala menunduk.
Tidak fokus, aku justru menabrak seseorang, sampai menumpahkan es teh manis yang dipegang siswa itu, seragam ku basah terguyur. Ya Tuhan, dosa apa yang ku lakukan hari ini? Sampai semuanya terasa menyebalkan!
"Di!" Alda berteriak memanggil, aku tidak mengindahkan, justru mendongak, menatap siswa yang kini juga menatapku sebal -karena menumpahkan minumannya. Aku melirik bagde kelasnya, ternyata kakak kelasku.
"Sorry kak, aku gak sengaja, nanti aku ganti ya kak minumnya." ujarku dengan menundukan kepala, lalu berlari meninggalkan kantin, tempat menyesakkan itu, entah karena terlalu padat oleh murid-murid atau karena Gibran.
Ok Diana, besok harus move on ya!
~TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden [Proses Revisi]
Teen FictionWAJIB KASIH VOTE!!! Kesalahan ku hanya satu, di saat aku jatuh cinta, maka aku benar-benar jatuh. Terlalu sulit mengalihkan pandangan pada sesuatu yang terlalu dekat. Aku sibuk mengejar dia yang justru semakin terlihat seperti ilusi. Sampai akhirnya...