Sudah berlalu seminggu, dan aku berhasil tidak melihatnya di pagi hari lewat kaca jendela, ataupun memainkam gitar sore hari di balkon kamar supaya bisa menunggunya keluar rumah. Tidak! Aku sudah berhasil menghentikan kebiasaan bodoh itu.
Aku sadar sekarang, sekeras apapun aku mencoba, selama apapun aku menunggu, semuanya akan tetap sama. Gibran, bukanlah cinta yang patut ku perjuangkan. Setahun bukan waktu sebentar untuk mengagumi diam-diam. Dan sepertinya memang benar adanya, jika orang yang ku cintai tidak selalu sama dengan orang yang mencintai ku.Besok, ulangan tengah semester ganjil akan dimulai. Seharusnya aku fokus pada ujian, bukan memikirkan; gimana kalo nanti Alda dan Gibran jadian?
Plis Diana! Waktu kamu gak banyak! Belajar, belajar, belajar!
Aku berusaha kembali fokus pada setiap kata yang tercetak dalam buku paket sejarah, mencermati berbagai peristiwa Imperialisme dan Kolonialisme Belanda untuk bekal ujian esok.
Satu pesan masuk ke ponselku, tentu saja membuatku berdecak kesal.
Di, belajar bareng yuk, di rumah gue.
Aku membalas pesan Alda: Mager ah, lo aja sini.
Aku kembali membaca buku sejarah. Tak sampai 5 menit, Alda masuk ke kamarku. Dia langsung naik ke kasur dan ikut tengkurap di sampingku.
“Yo belajar yo!” Seru Alda riang, lengannya mulai sibuk membolak-balik halaman buku, berisik.
“Lo belajar apa dulu, Di?”
Aku menunjukkan sampul buku sejarah ku padanya tanpa bicara pun mengalihkan pandangan dari isi bukunya.
Selang beberapa menit hening. Aku merasa Alda memperhatikan ku, lantas membuatku menoleh, “kenapa?”
Alda menunduk, lambat-laun isak tangisnya terdengar, membuatku refleks beranjak bangkit.
“Kenapa Al?”
“Maaf Di. Gue salah, tapi gue mohon, jangan jauhin gue kayak gini.”
Aku hanya diam. Bingung harus merespon apa sekarang, karena tiba-tiba, dadaku kembali merasakan nyeri.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden [Proses Revisi]
Teen FictionWAJIB KASIH VOTE!!! Kesalahan ku hanya satu, di saat aku jatuh cinta, maka aku benar-benar jatuh. Terlalu sulit mengalihkan pandangan pada sesuatu yang terlalu dekat. Aku sibuk mengejar dia yang justru semakin terlihat seperti ilusi. Sampai akhirnya...