Aku duduk berdua dengan Sean di taman rumah sakit. Sejak tadi kami saling diam. Aku hanya sibuk menangis. Gak tau lagi harus ngapain, aku cuma pengen Sean dengar tangisanku. Ada banyak hal yang gak bisa aku bilang ke dia, dan semoga, tangisanku bisa mengatakan semua perasaanku selama ini.
"Gak capek nangis?" Tanyanya.
Aku tidak menyahuti. Lengannya mulai bergerak menepuk-nepuk bahuku. "Mending keluarin semua perasaan lo kayak tadi, nampar gue, daripada nangis" dia menghela napas, "mukanya gak cantik"
"Berisik!" Desisku tajam.
"Mika bilang apa?"
"Kenapa sih gak si Keyla gak kembarannya, sama-sama ngeselin?!" Tanyaku jengkel. Lenganku mulai menghapus jejak-jejak air mata.
Dia terkekeh pelan, "kenapa emang?"
"Lo juga samanya!"
"Lha? Emang gue kenapa?"
"Kalian pikir perasaan gue mainan apa?!" Tanyaku membentak, sedikit begetar.
Dia yang semula terlihat lebih santai langsung diam, serius.
"Gue udah coba lupain semuanya, gue mau hidup kayak semula, sebelum lo dateng," aku memberi sedikit jeda, menahan dadaku yang semakin terasa sesak, "tapi kenapa lo dateng lagi, si dua manusia itu juga maksa gue buat jauhin lo" suaraku tercekat, "emang gue pernah ngedeketin lo?" Air mataku kembali mengalir.
"Mika bilang apa?"
"Mika sama kakaknya suka sama lo. Mika bilang, lo cuma bahagia sama Keyla. Sementara Keyla bilang, Mika cuma mau hidup buat lo," aku memberi jeda, menghapus air mataku yang mengalir, "terus hubungan sama gue apa?" Kataku melirih.
Dia mengembuskan napas panjang. Bergerak semakin mendekat lantas memelukku erat. Aku tidak berontak, hanya kembali menangis, kali ini lebih tenang.
Aku bisa merasakan, Sean mencium puncak kepalaku.
"Maaf," bisiknya lembut, "maaf bawa lo ke masalah ini" katanya lagi, dan aku merasa lengannya semakin erat memeluk tubuhku.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden [Proses Revisi]
Teen FictionWAJIB KASIH VOTE!!! Kesalahan ku hanya satu, di saat aku jatuh cinta, maka aku benar-benar jatuh. Terlalu sulit mengalihkan pandangan pada sesuatu yang terlalu dekat. Aku sibuk mengejar dia yang justru semakin terlihat seperti ilusi. Sampai akhirnya...