Semua kontak Sean aku blokir. Aku tidak mau berhubungan lagi dengannya. Meski tak bisa dipungkiri, setiap kali aku sendiri, bayangan Sean selalu muncul di kepalaku. Menarik diriku ke masa-masa bersama Sean. Setiap tempat atau momen yang berhubungan dengan Sean, selalu membuatku semakin merindukan lelaki itu.
Seperti saat ini, aku sedang membeli telor gulung bersama Alda di depan kompleks. Sean sangat menyukai jajanan pinggir jalan itu.
"Di! Ngelamun lagi" kata Alda sembari menepuk pundak ku. "Nih," dia memberikan satu plastik kecil telor gulung pesananku.
Aku menatapnya dengan senyum tipis lantas menerima telor gulung itu, "makasih"
Setelah membayar, aku dan Alda melangkah bersisian di sepanjang jalan sembari memakan telor gulung.
"Sean apa kabar? Kayaknya gue jarang banget ngeliat dia" ucap Alda. Dia memang belum tahu apa-apa, aku tidak menceritakannya.
"Gak tau" sahutku berusaha tak peduli.
Alda menatapku dengan kening berkerut, "putus?"
"Jadian juga enggak" kataku masih acuh tak acuh.
Alda berdecak, menahan lenganku untuk tidak berjalan, "lo ada masalah sama dia?"
"Jangan bahas dia lagi" kataku seraya mengembuskan napas sesak. Kalau kalian ingin tahu, jelas saja aku masih tidak terima dengan semua ini. Aku terlanjur mencintai Sean, rasanya gak adil dia tiba-tiba pergi tanpa penjelasan. Aku, merasa sangat di permainan.
"Sean keliatan sayang banget sama lo" kata Alda saat kami kembali melangkah bersisian.
Aku tidak menyahuti, hanya menikmati dadaku yang kian terasa sesak.
"Lo, gak berharap sama Gibran kan?" Tanyanya hati-hati.
Aku mencubit pelan lengannya sembari mendelik, "jangan ngawur deh!"
Dia merengut, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Aku melihat nama Gibran yang tertera di layar ponsel Alda. Gadis itu menerimanya.
"Halo Gib, kenapa?" Tanya Alda seraya menempelkan ponselnya di telinga.
Aku memperhatikan, sepersekian detik, raut wajah Alda berubah pucat. Plastik berisi telor gulung jatuh begitu saja.
"Ini—" ucapan Alda menggantung, "serius?" Tanyanya terdengar bergetar.
"Al, kenapa?" Tanyaku khawatir, bukannya menjawab, Alda justru menangis, memutar arah ke gerbang kompleks.
Aku hanya mengikuti meski kebingungan
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden [Proses Revisi]
Teen FictionWAJIB KASIH VOTE!!! Kesalahan ku hanya satu, di saat aku jatuh cinta, maka aku benar-benar jatuh. Terlalu sulit mengalihkan pandangan pada sesuatu yang terlalu dekat. Aku sibuk mengejar dia yang justru semakin terlihat seperti ilusi. Sampai akhirnya...