9. Ada apa?

2.3K 126 4
                                    

Aku memasukkan alat-alat tulis ke dalam tas, ulangan hari kedua sudah berlalu. Cukup sulit bagiku, karena mata pelajarannya adalah fisika, aku lemah dalam pelajaran itu.

Aku menarik-embuskan napas dalam. Mataku terarah pada pintu, menunggu kedatangan Alda yang tadi pergi ke toilet bersama Tifa. Kami akan pergi ke toko buku, Alda memintaku mengantarnya membeli papan jalan, karena punyanya patah di duduki Nino. Tidak sadar membuatku terkekeh mengingat bagaimana Alda dan Nino beradu mulut.

Sepuluh menit menunggu, dan Alda belum juga datang. Hingga aku memilih menyusulnya, tentu saja dengan membawakan tasnya sekalian.

Koridor lantai satu ramai, aku heran tapi juga penasaran. Kepalaku mencoba mengintip di celah siswa-siswi yang saling berkerumun.

Mataku membulat sempurna menemukan Alda menunduk di tengah-tengah, bajunya basah kuyup, sementara Gibran di sampingnya menggenggam erat tangannya.

“Gue peringatin sekali lagi, kalo berani macem-macem sama Alda, lo berurusan sama gue,” ujar Gibran dingin.

Aku bingung harus bagaimana, napasku seakan tertahan di diafragma. Apalagi saat Gibran mendekatiku, dia mengambil tas Alda yang ku dekap erat, saking bingung dan takutnya.

“Al, kenapa?” Tanyaku pelan.

Alda tidak menjawab, masih menunduk, tubuhnya bersembunyi di balik punggung Gibran.

“Alda pulang sama gue.” Gibran berjalan membelah keramaian, sementara lengannya masih setia menggenggam erat jemari Alda.

“Sialan!” Suara Kak Syifa melengking, membuatku dan orang-orang di sekitar tersentak, “apa lo liat-liat?! Bubar!” Bentaknya marah.

Orang-orang berbubaran.

Sementara aku masih mematung. Kakiku rasanya kaku, otot-otot ku rasanya rontok semua. Aku bahkan kesulitan bernapas saat ini, seolah ada benda asing menohok kerongkongan ku. Menyakitkan.

Kenapa jatuh cinta sama lo harus sesakit ini Gib?

****

Hidden [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang