64. Kedua kali

1.6K 72 3
                                    

Satu minggu pertama dan kedua, LDR terasa berat. Tapi lama-kelamaan aku jadi terbiasa. Tidak masalah, asalkan setiap hari, minimal ada waktu lima menit untuk saling berkomunikasi dengan Sean.

Aku sedang sibuk mempersiapkan ujian kenaikan kelas.

Aku dan Kak Fajar kembali seperti semula. Tak saling mengenal, aku tidak pernah lagi melihatnya. Dia kembali pada Kak Fajar yang dulu, yang hanya bisa di temui di perpustakaan. Tapi sekarang sudah tidak, Kak Fajar sudah tidak wajib datang ke sekolah, karena sudah bebas, tinggal menunggu kelulusan.

Jadi sekarang aku diam di perpustakaan pun tak akan bertemu dia.

Di minggu ketiga LDR, ada yang aneh. Sean, lambat-laun mulai sulit di hubungi.

Sama seperti hari ini, sudah dua hari aku dan dia tak saling berkomunikasi. Ponselnya tidak aktif.

Aku mengembuskan napas berat, "ngapain sih di sana" gumamku tanpa sadar.

"Belum bisa di hubungin?" Tanya Alda, sekilas menatapku sebelum kembali fokus pada buku geografinya.

"Belum"

"Kejadian kan," kata Alda.

"Maksudnya?"

"Lo udah pernah kayak gini sama Sean dulu, dia pergi gitu aja tanpa alasan, dan sekarang ke ulang lagi" kata Alda.

Aku terdiam, mencerna kalimatnya.

"Mungkin dia sibuk Al,"

Alda menutup bukunya, menatapku dalam, "gini Di, lo balik lagi sama Sean, kayak baca buku dua kali, lo udah tau endingnya kayak gimana, tapi lo tetep mau ngulang dari awal" kata Alda.

Aku merenungi. Apa iya Sean bakal pergi lagi?

"Lo terlalu kaku Di," kata Alda sembari mengembuskan napas panjang, "lo terlalu fokus ke Sean, gak liat, Tuhan kasih lo orang yang lebih baik, tapi lo gak mau nerimanya karena lo terlalu yakin pilihan lo yang terbaik" kata Alda lagi, tidak sadar air mataku mulai terasa panas.

"Lo ngomong apa sih?" Tanyaku, berpura tidak mengerti.

"Kak Fajar, lo engeh gak sih? Dia dateng saat lo jatoh gara-gara Sean, setelah itu, lo tinggalin orang yang bantu lo bangun buat orang yang buat lo jatoh," kata Alda berbelit-belit. Tapi aku paham kemana arah pembicaraan Alda. "Sekarang lo di buat jatoh lagi, siapa yang mau bantuin lo bangun?" Tanya Alda.

Aku menunduk, "Sean gak mungkin ninggalin gue lagi Al," ucapku ragu.

"Siapa yang bisa jamin?"

Aku diam. Tak bisa menjawab.

Alda mendekatiku, mengusap-usap bahuku, "gue sahabat lo, gue peka sama orang-orang yang deket sama sahabat gue, dan gue gak suka sahabat gue di sakitin terus"

Aku masih diam. Sampai mataku melihat Kak Fajar mendekat. Dia menatapku datar, lantas menyodorkan buku catatan tebal yang pernah ku pelajari saat olimpiade.

"Buat belajar" katanya singkat.

"Gak usah" kataku tak enak.

"Ambil aja, kamu boleh balikin kalo udah lulus" katanya.

Perlahan, aku menerimanya. Setelah itu dia berlalu pergi. Dia datang ke sekolah hanya untuk memberikanku buku catatannya?

"Bego!" Desis Alda gemas. Aku meliriknya sekilas. "Lo liat kan? Lo lagi jatoh, dia dateng lagi!"

Aku diam, menatap punggung Kak Fajar yang mulai menjauh.

******

Hidden [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang