24. Ungkapan

1.9K 99 0
                                    

"Di, capek gak?" Tanya Sean padaku. Aku tersenyum tipis seraya menggeleng pelan.

Saat ini pukul 5 pagi. Kami mulai melanjutkan pendakian sejak pukul 4 pagi tadi. Mengejar matahari pagi rencananya.

"Sini gue bawain tasnya" kata Sean lagi.

"Apaan sih, lo juga capek kali" kataku dengan napas tersengal-sengal. Memang, sejak kejadian semalam, Sean lebih menjaga jarak dengan Keyla dan justru semakin dekat denganku. Tentu saja aku senang.

Tiba-tiba saja, tas punggungku terasa ringan. Aku melirik ke belakang, Sean sedang cengar-cengir lebar sembari mengangkat bagian bawah tasku. Mengurangi bobot tasku yang seolah mampu meremukkan tulang bahu.

"Makasih" kataku dengan senyum lebar. Dia mengangguk.

Perjalanan terus berlanjut, hingga sekitar pukul setengah enam, kami berhasil tiba di puncak.

MashaAllah tabarakallah. Sungguh, lukisan Tuhan yang satu ini benar-benar menakjubkan.

Kami menjatuhkan tas punggung kami. Semua rasa lelah dan penat seolah menguap begitu saja. Menatap fajar yang mulai mengintip di ufuk timur.

"PANGRANGO GUYS!!!!" Teriak Aldo kencang.

"Diana!!!!!!" Alda berteriak seraya memelukku erat.

Sudut mataku berair, lenganku balas memeluk Alda. Sungguh, setelah berlelah-lelah di jalan, pemandangan ini bayaran yang lebih dari sekedar cukup.

Awan putih mengelilingi sekitar. Kami semuanya duduk berjejer menghadap timur. Memakan cemilan dan bersenda gurau, mengingat bagaimana tingkah petakilan Aldo selama di perjalanan, atau kisah romantis Gibran pada Alda. Semuanya menjadi bahan lelucon yang membuat suasana semakin menghangat.

Sean duduk di paling kanan dan aku di sampingnya. Aku tersentak begitu merasakan lenganku di genggam oleh lelaki itu. Aku menatapnya, dia tersenyum manis ke arahku.

"Apaan sih" kataku salah tingkah. Aku berusaha melepaskan lenganku, tapi dia justru menggenggamnya semakin erat.

Wajahnya mendekat, aku sontak kaget dan memejamkan mata.

"Gue sayang sama lo," bisik Sean tepat di telingaku.

Kali ini suaranya serius, jauh berbeda dengan tingkahnya yang selalu konyol.

****

Hidden [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang