17. Tragedi

2.2K 117 1
                                    

Malam hari, saat hujan deras disertai angin dingin yang bertiup kencang. Seharusnya aku berada di kamar, berselimut tebal, ditemani susu hangat sebelum bersiap pergi ke alam mimpi.

Namun kali ini justru terjebak di halte. Sehabis les tadi, hujan tidak kunjung reda, membuatku terpaksa berteduh, kalau tidak mau besok demam karena masuk angin.

Di halte ini, ada seorang karyawan laki-laki dan seorang perempuan. Aku tidak terlalu takut sebab bukan satu-satunya perempuan di tempat sepi ini.

Namun tak sampai 5 menit, perempuan itu naik ke dalam mobil yang berhenti tepat di depan halte. Setelah itu, jalanan benar-benar sepi. Hanya suara hujan yang membuatku mendadak merinding.

Perasaanku tidak enak, apalagi, saat laki-laki berkemeja navy yang sebelumnya duduk di ujung sana kini mendekat, duduk di sampingku. Aku segera bangkit, mempererat kardigan mocca yang ku kenakan.

“Habis dari mana Dek malam-malam begini?” Suara berat lelaki itu terdengar.

“Les.” Jantungku berpacu cepat, kakiku mulai gemetar, sempat terbesit dalam benak untuk menerobos hujan.

Tiba-tiba saja, sebuah lengan melingkar di pinggangku. Aku tersentak kaget dan segera menepisnya.

“Jangan macem-macem ya Pak! Saya bisa lapor polisi” kataku mengancam. Kakiku yang sudah gemetar bergerak mundur, tapi lelaki itu justru mendekat sambil menyeringai.

“Saya bisa teriak!”

“Saya nggak akan ngapa-ngapain kamu kok, tenang aja,” katanya dengan seringaian, langkahnya terus mendekatiku, “jangan galak-galak, mukanya makin menggoda.”

Aku menelan ludah kasar, baru saja hendak berlari, menerobos hujan, tapi lenganku lebih dulu ditarik olehnya. Aku meronta-ronta, dan dia langsung membekap mulutku. Lengan yang lain melingkar di pinggangku dan tak butuh waktu lama, aku bisa merasakan dia mencium leherku.

Air mataku mengalir, aku terus meronta-ronta, meski hampir kehabisan tenaga karena mendadak lemas.

Sebuah motor berhenti tepat di depan halte. Sean. Dia terlihat sangat murka, tak butuh waktu satu menit, dia menendang lelaki itu, menarik lenganku ke menjauh, lantas menghajar lelaki itu habis-habisan.

“Bangsat!”

Aku hanya bisa menangis, tidak percaya dengan apa yang baru saja ku alami.

Lelaki itu habis babak belur.

“Sekali lagi lu berani nyentuh cewek gua! Mati lu!” Desis Sean sebelum bergerak mendekatiku, memakaikan jaket miliknya.

Dia menarik gas kuat-kuat ditengah hujan. Aku memeluk pinggangnya erat, membiarkan pipiku bersandar di punggungnya, lantas menangis dalam diam.

Sean. Dia malaikat ku, malam ini.

****

Hidden [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang