39. Mikayla

1.8K 81 3
                                    

Aku menatap sekeliling. Di hadapanku ada cewek yang di hidungnya ada selang oksigen. Lengannya juga di infus. Kepalanya di tutup oleh kupluk berwarna kulit.

Ini kali pertamaku bertemu Mikayla. Iya. Sean mengajakku bertemu dan memaksa buatku ketemu dengan Mika. Katanya sih Mika pengen banget ketemu aku.

"Kenapa?" Tanyaku pelan. Sejak tadi, dia terus menatapku. Aku jadi bingung sendiri.

Dia menggeleng seraya tersenyum, "kamu cantik banget. Pantes aja Sean suka" katanya pelan.

Aku hanya tersenyum canggung. "Kenapa mau ketemu aku?" Aku sebenarnya udah gak tahan banget berduaan dengan Mika. Si manusia menyebalkan itu justru pergi entah ke mana.

"Seperti yang kamu lihat, kondisi aku kayak gini," ucapnya sedikit murung, "aku cuma nunggu waktu aja kapan pulangnya" katanya lagi.

Aku sedikit merinding mendengarnya. Lenganku bergerak menggenggam tangannya, "jangan ngomong kayak gitu. Semua penyakit pasti ada obatnya, percaya sama Allah,"

Dia terus tersenyum, "Keyla sayang banget ke Sean." Katanya memberi jeda, "lepasin Sean buat Keyla ya"

Apalagi ini?

Aku tidak menjawab.

"Umur aku gak lama lagi, aku juga sayang sama Sean, dan aku percaya, cuma Keyla yang bisa bikin Sean bahagia." Napas ku rasanya terputus. Aku melengos, merasakan mataku yang mulai terasa panas.

"Bukannya kamu udah tunangan ya sama Sean?"

"Iya. Sean emang janji bakal nikahin aku. Tapi aku tau diri, umur aku gak lama. Sean berhak bahagia"

Aku menarik napas dalam, "masih ada yang mau di omongin?" Tanyaku. Aku pengen cepat pulang.

"Udah, tolong ya Di, jauhin Sean, buat Keyla" katanya lagi.

"Aku sama Sean gak pernah punya hubungan apa-apa. Kita bahkan udah gak satu kontak lagi," kataku tercekat, "kamu gak usah khawatir, pikirin aja kesembuhan kamu," aku memaksakan diri untuk tersenyum. "Aku pulang dulu ya," pamit ku.

Begitu sampai di luar ruangan. Air mataku mengalir, kenapa semua orang menyudutkan ku? Memangnya aku ngapain?

"Di, udah selesai?" Sean datang dari arah kanan.

Air mataku kembali mengalir. Lenganku mengepal kuat melihat wajahnya. Sepersekian detik, telapak tanganku menghantam pipinya.

"Brengsek!"

*****

Hidden [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang