60. Aku maunya Sean

1.6K 67 1
                                    

Aku menatap Alda jengah. Sedari tadi, sahabat ku itu sibuk meracau tidak jelas perihal Kak Fajar.

"Berisik Al" kataku malas.

"Kak Fajar kemaren sms gue terus, nanyain lo" kata Alda.

"Ya udah biarin aja" kataku tak ambil pusing. Aku tidak pernah menganggap Kak Fajar lebih dari seorang adik kelas dan Kakak kelas. Apalagi, aku dan Kak Fajar hanya saling mengenal sekitar dua Minggu, mana mungkin aku suka ke dia?

"Kak Fajar suka banget ke elo Di, lo beruntung. Berapa banyak cewek yang ditolak sama dia mentah-mentah? Sementara lo? Dia justru yang jatuhin harga dirinya" kata Alda masih berlebihan.

"Sok tau lo, dia cuma respek aja kali ke gue"

"Sumpah ya! Gue gak ngerti lagi sama lo, emang sih gue dukung Sean sama lo, tapi kalo lo terus-terusan disakitin sama Sean, gue juga sebel kali Di! Mending sama Kak Fajar, yang jelas-jelas sayang banget sama lo!" Alda masih berapi-api.

"Apaan sih? Emang Sean gak sayang ke gue?" Aku mendelik sinis padanya.

Alda berdecak, "kalo sayang gak mungkin dateng pergi seenaknya!"

"Lo gak tau apa-apa Al!" Ujarku jengkel.

"Ya gimana gue bisa tau, lo aja gak pernah cerita!" Dia membalas jengkel.

Aku tidak menyahuti, hanya mendelik sinis.  Jangan salah paham, aku dan Alda sudah biasa bertengkar, bahkan hingga saling melempar. Tapi ujung-ujungnya pasti baikan.

"Tuh kan! Kak Fajar sms gue lagi!" Seru Alda tiba-tiba, aku meliriknya sekilas.

"Apa katanya?" Tanyaku tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

"Dia terus nyuruh gue buat bilangin lo supaya mau angkat telepon dia, atau bales smsnya" kata Alda sebal.

Aku mengembuskan napas panjang. Memilih diam daripada terus berdebat dengan Alda yang tak pernah ada habisnya.

Tak berselang lama, ponselku bergetar, sms dari Kak Fajar masuk.

Kalo kamu balas sms ini, saya dateng ke rumah.

Aku membalas: Gak usah ke rumah. Gue udah gak marah kok.

Setelah itu, ponselku kembali bergetar. Kali ini telepon dari Sean.

"Halo" sapaku senang begitu panggilan tersambung.

[Di mana?]

"Di rumah, kenapa?"

[Pergi yuk, ada yang mau gue omongin]

Aku tersenyum senang, tanpa sadar mengangguk, "ayo"

[Ya udah siap-siap ya, gue jemput]

"Oke!" Setelah itu sambungan terputus. Aku bergegas bangkit, meninggalkan ponselku di atas kasur.

"Sean ya kan?" Cibir Alda.

"Iya dong!" Ucapku seraya memasuki kamar mandi.

"Kak Fajar telepon nih" teriak Alda begitu aku di kamar mandi. Aku tidak menyahuti, tidak tertarik sama sekali.

******

Hidden [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang