Seorang lelaki memakai baju panjang berwarna putih mengembuskan napas berat. Pandangannya beralih pada jendela, menatap beberapa anak-anak berlarian di taman.
Daun-daun berguguran. Warna oranye nya terlihat menyejukkan, tapi tidak mampu membuat pikirannya tenang.
Sean. Lagi-lagi, dia mengembuskan napas panjang, kali ini sembari memeluk lututnya sendiri.
"Sean, mau berjalan-jalan?" Seorang gadis berparas cantik menghampiri. Namanya Kamiko. Dia terus menebar senyum manis menatap Sean yang masih mengenakan pakaian tidur, padahal sudah pukul 10 pagi.
"Malas" jawab Sean seadanya.
"Ayo, selagi Nenek tidak ada" ucap Kamiko.
Sean mengembuskan napas, "ke mana dia?"
"Gak tau, pergi sejak pukul delapan tadi" ucap Kamiko acuh tak acuh, "cepat mandi, kita jalan-jalan" lanjutnya lagi, kali ini lebih tegas.
Sean mengembuskan napas berat, beranjak bangkit menuju kamar mandi. Membersihkan diri.
Pukul 11 pagi, Sean dan Kamiko berjalan-jalan di taman. Jepang terlihat sangat menakjubkan saat musim gugur.
Mata Sean mengedar ke segala arah, sudah hampir 6 bulan tinggal di Jepang, tapi Sean tidak pernah sadar Jepang seindah ini.
"Cantik kan?" Ujar Kamiko senang, "kamu harus sering main denganku kalau mau melihat yang lebih cantik dari ini" katanya lagi.
Sean hanya bergumam menanggapinya.
"Ayo berfoto," kata Kamiko girang. Dia mengeluarkan ponselnya, membidikkan kamera ke arah keduanya. Tanpa canggung sama sekali mereka ber-swafoto, bahkan hingga Kamiko bersandar di bahu Sean.
"Bagus banget" gumam Kamiko seraya melihat-lihat hasil fotonya. Sementara Sean sibuk memotret sekitar melalui kamera digitalnya.
Ponsel Sean di dalam saku bergetar. Dia meraihnya, melihat ada satu panggilan dari Keyla.
"Tunggu sebentar ya, aku angkat telepon dulu" pamit Sean seraya bergerak menjauh.
"Halo" sapa Sean begitu panggilan tersambung.
[Kangen!!!!] Sapa Keyla di seberang sana.
Sean tersenyum tipis, "iya. Ada info apa?"
Keyla di seberang sana berdecak kesal, [gak mau nanya kabar gue dulu apa?!]
Sean terkekeh, "lo nelepon gue berarti lo baik-baik aja"
[Ih!]
"Ada info apa Key?"
Keyla terdiam beberapa saat, [apa yang lo takutin kejadian, Diana jadian sama Fajar]
Kini gantian, Sean yang terdiam. Senyum tipisnya berganti menjadi senyum miris, ada perasaan sesak yang tiba-tiba menggelayut di rongga dadanya.
[Gue udah berapa kali liat Diana ke rumah Fajar]
"Terus?"
Keyla mengembuskan napas, [mereka bahagia banget]
"Gue seneng dengernya" kata Sean pelan.
[Kenapa lo gak jujur aja sih? Kalo Diana emang sayang sama lo, dia gak mungkin jijik sama penyakit lo!] Keyla di seberang sana menggebu-gebu.
"Buat apa sih? Gue sayang sama dia, bukan mau di kasianin" kata Sean. Tak sadar, setetes darah segar mengalir dari hidungnya. Wajahnya mendongak, menahan darah itu supaya tidak mengalir semakin deras, sementara lengannya yang bebas bergerak mencari saputangan di dalam tas.
[Mereka gak seharusnya bahagia, sementara lo berjuang sendirian] Keyla terdengar menangis di seberang sana.
"Gue gak pa-pa, jangan nangis" ujar Sean kesulitan.
"Ya ampun Sean!" Kamiko mendekat begitu melihat darah mulai berantakan menodai sebagian besar wajah Sean. "Ayo pulang, kamu kecapekan kayaknya" ujarnya panik.
[Sean? Lo gak pa-pa kan?] Keyla di sana ikut panik mendengar suara Kamiko.
Kamiko meraih ponsel Sean, mematikan sambungan secara sepihak lantas mulai memapah Sean untuk segera meninggalkan taman.
Jadi begitu, Sean positif mengidap kanker otak. Saat pergi ke Jepang, kondisinya masih baik-baik saja, penyakit ganas itu baru sampai di stadium awal. Niatnya datang ke Jepang untuk melakukan pengobatan, melakukan kemoterapi untuk menghilangkan sel-sel kanker di otaknya. Tapi ternyata takdir berkata lain, semua pengobatannya tidak membuahkan hasil. Justru membuat kondisinya semakin memburuk, penyakitnya tiba di stadium akhir.
Rambutnya habis tak bersisa, yang setiap harinya harus di tutup dengan kupluk.
Sean segera di tangani oleh dokter pribadinya. Kamiko setia menemani, sembari menangis melihat kondisi Sean kian menghawatirkan.
Sean tersenyum tipis, masih menahan nyeri yang seolah menggerogoti kepalanya, Sean berusaha menggenggam lengan Kamiko.
"Jangan nangis, aku gak pa-pa" ujarnya parau.
"Sean harus sembuh, jangan tinggalin aku," ujar Kamiko sesegukan, "aku sayang sama Sean, aku gak mau Sean pergi" katanya lagi.
"Nenek mana?" Tanya dokter pada Kamiko.
"Gak tau," jawab Kamiko parau, dia masih sibuk menangis tersedu-sedu, "Sean bakal sembuh kan Dok?"
Dokter tersenyum tipis, "Sean harus segera menjalani operasi. Meksipun kemungkinannya hanya lima persen, setidaknya, hanya itu cara terakhir yang bisa kita lakukan" ujar dokter.
Sudut mata Sean berair. Entah kenapa, dadanya mulai merasa tenang. Seolah rasa takut merasakan sakit, mulai menghilang. Pikirannya hanya satu, segera pergi dari bumi, menyusul Mika dan berhenti merasakan sakit.
"Ko, tolong ponsel aku" kata Sean terbata-bata.
Kamiko memberikan ponsel Sean dengan sigap.
Air mata Sean terus mengalir, dengan dada yang terasa sesak dia terus mengetikkan pesan untuk nomor yang selalu di simpannya, meskipun nomor ponselnya sudah berganti.
Untuk Diana,
Maaf datang terus pergi lagi. Aku pikir, aku punya dunia kecil buat hidup bahagia sama kamu. Tapi ternyata salah, aku gak punya dunia sama sekali. Dunia ku abu-abu, yang justru buat kamu tersesat, buat kamu bingung dan kelimpungan, kesulitan menemukanku, juga kesulitan mencari jalan keluar. Lalu Fajar dateng, ngulurin tangannya buat bantu kamu keluar. Setelah itu, kamu dan dia pergi, ninggalin aku sendirian. Gak apa Di, aku gak marah. Asal kamu di bumi, baik-baik aja dan selalu bahagia, aku gak kenapa-kenapa.
Kamu boleh marah, tapi jangan benci aku. Keadaan yang buat aku gak bisa berdiri di samping kamu sekarang. Takdir yang buat aku ada di sini. Satu hal yang harus kamu tau, kamu satu-satunya orang yang aku cinta. Jaga diri baik-baik, jangan lupain aku. Terima kasih pernah mengisi hari-hariku. Selamat tinggal Diana
Salam sayang, Sean.
Sepersekian detik. Pesan itu berhasil berhasil terkirim ke ponsel Diana.
******
Gimana epilog nya? hehehehe.
Kasih komentar dong, kesan kalian baca cerita ini dari awal.
Oh iya, baca cerita Hai! GILANG.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden [Proses Revisi]
Teen FictionWAJIB KASIH VOTE!!! Kesalahan ku hanya satu, di saat aku jatuh cinta, maka aku benar-benar jatuh. Terlalu sulit mengalihkan pandangan pada sesuatu yang terlalu dekat. Aku sibuk mengejar dia yang justru semakin terlihat seperti ilusi. Sampai akhirnya...