Aku menelan ludah beberapa kali, namun justru kerongkongan ku terasa perih. Mataku masih setengah terpejam, melirik jendela yang masih tertutup gorden, masih gelap. Lenganku bergerak meraba-raba sisi tempat tidurku, mencari ponsel.
Pukul 3 pagi.
Setelah terdiam beberapa saat, aku beranjak bangkit, menyalakan lampu lantas berlalu keluar, pergi menuju dapur untuk mendapatkan segelas air. Tenggorokan ku benar-benar kering.
Menghabiskan segelas air justru membuat kantuk ku hilang. Kepalang bangun, aku memilih mengambil air wudu, melaksanakan salat sunah tahajud.
Saat kembali ke kasur, waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi, dan sekarang aku bingung harus melakukan apa.
Ponselku di atas nakas bergetar. Aku meraihnya, menemukan satu pesan masuk dari nomor tidak di kenal.
Hai Diana! Ini Sean, ayahnya Barbara❤
Aku mengernyit heran. Sean? Makhluk aneh itu? Tahu dari mana dia nomor ponselku?
Tidak berselang lama, rentetan pesan dari lelaki aneh itu masuk.
Sean : Diana liat deh! Itu kumisnya Barbara kenapa melengkung ke bawah?!
Sean : Aneh banget dia hari ini Di, masa tadi bangunin gue jam 3 pagi, terus gue usap kepalanya, dan tiba-tiba kumisnya jadi melengkung ke bawah. Kenapa ya Di?
Sean : Perlu gue bawa ke dokter gak ya?
Sean : Gue takut banget. Di bales dong!!! Gue harus apaaa:(((
Aku melongo membaca rentetan pesan gak penting dari makhluk gila itu! Astaga! Subuh-subuh begini, kenapa aku mendadak sangat emosi?!
Satu pesan kembali masuk.
Sean : kayaknya kumisnya kepanjangan ya Di? Besok, mau anterin ke petshop gak? Beli cukur kumis buat Barbara.
“Anjir!” Umpatku tidak sadar. Aku bergerak menulis pesan balasan.
Gila ya lo?!
Sean : asik!!! Dibales sama Diana, ehehe🙌 love you bundanya Barbara.
Astaga! Tolong cari planet mana yang nerima spesies kayak dia?!
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden [Proses Revisi]
Teen FictionWAJIB KASIH VOTE!!! Kesalahan ku hanya satu, di saat aku jatuh cinta, maka aku benar-benar jatuh. Terlalu sulit mengalihkan pandangan pada sesuatu yang terlalu dekat. Aku sibuk mengejar dia yang justru semakin terlihat seperti ilusi. Sampai akhirnya...