Pukul 10 pagi. Aku sedang berada di ruangan Bu Laila —wali kelasku. Jantungku berdebar kencang, tubuhku gemetar, otak ku tak bisa berpikir jernih perihal apa yang akan terjadi padaku selanjutnya. Pasalnya, aku tidak sendirian, melainkan bersama Kak Fajar.
Sedari tadi dia sibuk membaca buku, tidak menghiraukan kegelisahan ku sama sekali.
Sampai sekitar lima menit kemudian, Bu Laila terduduk di hadapan kami seraya membawa map berwarna merah.
Senyumnya merekah sempurna, "Ibu punya kabar gembira buat kalian" katanya.
Aku mengernyit heran, sementara Kak Fajar terlihat biasa saja, justru menutup bukunya sembari melepas kacamata.
"Kalian berdua akan mengikuti olimpiade sains minggu depan" ujar Bu Laila semangat.
Aku terkejut. Jantungku rasanya mencelus, akibat tidak percaya. Tapi lelaki di sampingku masih memasang wajah datar tanpa ekspresi.
"Ibu serius?" Tanyaku tak percaya, "nilai saya kan biasa aja" lanjutku heran.
"Tidak masalah Diana, sebelum olimpiade kan kita belajar dulu" ujarnya dengan senyum manis. "Setiap hari, kalian akan ada tambahan belajar sekitar satu sampai dua jam, sisanya silahkan pelajari berdua" ujarnya lagi.
Aku menelan ludah, melirik Kak Fajar dengan sorot tak percaya. Masa iya aku harus berurusan dengan manusia setengah patung itu? Aku saja masih sakit hati perihal cokelat minggu lalu.
"Selamat berjuang, Ibu yakin kalian bisa" ucap Bu Laila menyemangati.
"Bu, tapi saya-"
"Bisa Diana, Ibu percaya sama kamu" ujar Bu Laila memotong ucapanku dengan senyum tipis, "kalian boleh kembali ke kelas, nanti pulang sekolah kumpul ya di perpustakaan" ujarnya lagi.
Aku mengembuskan napas panjang seraya bangkit, menyalami Bu Laila bergantian dengan Kak Fajar lantas berlalu pergi.
"Kak," panggilku saat dia hendak pergi mendahului.
Dia hanya menatapku tanpa mengatakan apa-apa.
"Kakak kan anak pemilik yayasan, ba-"
"Jangan sangkut-pautin ke masalah itu" ujarnya memotong ucapanku.
Aku merengut, "maksudnya bantu bilang ke Bu Laila kalo-"
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, dia sudah berlalu pergi. Sialan! Kenapa lelaki itu terus bertingkah menyebalkan di depanku?
Dasar patung hidup!
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden [Proses Revisi]
Teen FictionWAJIB KASIH VOTE!!! Kesalahan ku hanya satu, di saat aku jatuh cinta, maka aku benar-benar jatuh. Terlalu sulit mengalihkan pandangan pada sesuatu yang terlalu dekat. Aku sibuk mengejar dia yang justru semakin terlihat seperti ilusi. Sampai akhirnya...