"Besok, gue pergi" kata Sean setelah sekitar lima menit basa-basi.
Aku langsung bungkam. Jantungku mencelus, rasa sesak mulai memenuhi rongga dadaku.
Dia mengembuskan napas berat, lengannya menggenggam jemariku, "gue sayang banget sama lo" katanya.
Aku masih diam. Tidak tahu harus menyahuti apa.
"Gue gak mau kita jadian, yang ujungnya kalo putus justru buat kita saling benci" katanya. Aku mendengarkan dengan seksama, "tapi gue mau buat komitmen sama lo" katanya lagi.
"Apa?" Aku bertanya pelan. Suaraku rasanya tercekat.
"Lo mau nunggu gue kan?" Tanya Sean dengan senyum tipis, aku mengangguk. "Jaga hati lo buat gue ya, jangan terima siapapun, hati lo cuma punya gue" kata Sean lagi. Sebetulnya aku geli mendengarnya, Sean biasanya tengil, kenapa tiba-tiba jadi romantis gini sih?
"Emang lo bisa?" Tanyaku.
"Bisa lah, bisa banget" katanya yang membuatku terkekeh. Aku suka Sean, semuanya, tak terkecuali.
"Keyla, lo udah gak ada hubungan apapun kan sama dia?"
"Emang gue pernah punya hubungan apa sama dia?" Tanyanya.
"Waktu di olimpiade itu, dia kayak pacar lo"
Dia tertawa, "enggak lah, tiap hari otak gue isinya lo semua. Mana bisa gue jadian sama cewek lain" kata Sean.
"Idih!" Kataku sebal, tapi tetap senang.
Dia tertawa, mengusap-usap kepalaku. "Jangan deket-deket si Fajar ya, nanti suka" katanya.
"Iya," jawabku, "lo juga, jangan suka sama cewek Jepang" kataku mengancam.
"Iya, cewek Jepang mah kalah sama lo"
"Terus aja terus!" Jengkel ku, dan dia terus tertawa. "Satu lagi, terbuka sama gue! Jangan terus-terusan gue yang harus tanya tentang lo!" Kataku jengkel.
"Iya," dia terus menatapku dengan senyum manis. Hingga aku gugup sendiri. "Abisin makanannya, kita jalan-jalan" ujarnya.
Aku mengangguk senang. Kembali melahap makananku. Sementara Sean hanya menopang dagunya di atas meja, menatapku sambil senyum-senyum. Ya ampun! Dia gak sadar apa kaki ku sudah gemetaran.
"Apaan sih, jangan liatin gue kayak gitu" kataku sambil menutup wajah dengan tangan.
"Gak pa-pa, nanti gak bisa lagi liat muka lo"
"Kan bisa video call."
"Bedalah"
Belum sempat aku menyahuti, ponselku lebih dulu bergetar. Alda lagi, sedari tadi dia memang meneleponku tapi gak aku angkat. Dan sekarang, dia mengirimkan pesan.
Lo di mana sih?! Balik buruan! Kak Fajar di sini!
*******
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden [Proses Revisi]
Teen FictionWAJIB KASIH VOTE!!! Kesalahan ku hanya satu, di saat aku jatuh cinta, maka aku benar-benar jatuh. Terlalu sulit mengalihkan pandangan pada sesuatu yang terlalu dekat. Aku sibuk mengejar dia yang justru semakin terlihat seperti ilusi. Sampai akhirnya...