21. Jajan

2.1K 101 0
                                    

Aku dan Sean berjalan bersisian di trotoar. Sekarang pukul 5 sore, tetapi cahaya senja bersembunyi di balik awan gelap. Langit seperti bersiap menumpahkan kesedihannya, padahal aku berharap bisa berjalan di bawah langit oranye bersama Sean.

Aku hanya memakai kaus lengan panjang dengan celana joger hitam. Memakai sendal jepit hitam dan rambutku di ikat asal. Sangat simpel, karena memang kami hanya mencari jajanan kaki lima di sekitaran kompleks perumahan ku. Sean pun begitu, dia memakai celana pendek selutut, kaus hitam pendek yang dibalut dengan sweater abu-abu.

“Tadi gue liat ada telor gulung di sana, ada es krim cincau juga,” kata Sean. Telur gulung itu telur dadar yang digoreng dengan bihun lalu di gulung menggunakan tusukan. Rasanya, jangan ditanya.

“Heh! Malah bengong, mau gak?” Sean menarik rambutku ke belakang.

“Sean ih! Kebiasaan!” Sentakku, dia justru tertawa renyah.

“Lagian, mau beli gak?”

“Mau!”

Tiba-tiba, lengan Sean menggenggam jemariku. Aku menatapnya, tapi dia justru melihat ke kanan-kiri jalan, menarikku untuk menyeberang. Jantungku langsung melompat-lompat tidak karuan.

Sore itu, meskipun langit sepertinya sedang berduka, tapi aku tetap bahagia bisa menghabiskan waktu singkat dengan Sean.

“Pake jaket gue nih, anginnya kenceng,” dia memberikan jaketnya padaku, “kasian badan lo kalo terbang ke bawa angin.”

****

Hidden [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang