Sandeul terbangun dari tidur siangnya. Gadis kecil terlihat sedang mengucek matanya. Keping hitamnya pun mengerjap.
Eh, tunggu sebentar!
Mengapa Sandeul merasa asing dengan ruangan ini. Kamarnya tidak sekecil ini. Sandeul jadi bingung, mengapa ia bisa tidur di kasur lantai dan bukannya di ranjangnya yang empuk. Bukan, ini jelas bukan kamarnya. Lalu mengapa ia berada disini sekarang.
Kemudian langkah kecilnya ia bawa menuju keluar. Memutar knop pintu bercat coklat muda itu, untuk mencari orang tuanya.
Sekali lagi, Sandeul mau menangis. Ini jelas bukan juga rumahnya. Apa yang terjadi, mengapa ia bisa berada disini. Lalu dimana orang tuanya. Adik-adiknya, paman dan bibi Kim juga....
Sandeul sudah ingin menangis dan berteriak memanggil ibunya kalau saja, ia tidak mendengar percakapan dari arah dapur.
Rumah itu kecil, jarak dapur dan tempatnya berdiri sekarang hanya disekat oleh sebuah dinding bercat putih.
Ia berjalan mengendap, mengintip hati-hati. Melihat siapa gerangan yang sedang berbicara itu. Ah bukankah itu orang tuanya.
"Um..."
"Gagal lagi nunna"
Sandeul jadi urung menghampiri mereka ketika sang ayah mulai bicara. Tidak seperti biasanya, wajah ayahnya itu terlihat kusut dan lelah. Belum lagi ibunya, wajah yang biasanya terpoles make up tipis itu, kini tampil apa adanya.
Sandeul bertanya, ada apa ini sebenarnya."Sekali lagi maafkan aku. Aku gagal lagi mencari pinjaman. Dan upah kerja ku juga hanya cukup untuk kita makan tiga hari"
"Gwancanha Sandeullie appa. Setidaknya kita masih punya persedian makanan buat anak-anak" kata ibunya.
Aduh, ini ada apa sih. Sandeul jadi semakin bingung.
"Tapi natal sudah semakin dekat, dan anak-anak perlu hadiah" sesal Kyuhyun.
"Masih ada aku kan yang bisa merajutkan mereka syal atau sarung tangan untuk hadiah natal. Lagi pula, upahku dari bekerja warung bibi Kim bisa kita sisihkan untuk keperluan selanjutnya" kata ibunya.
"Aku, aku benar-benar menyesal telah membuat kalian berada di posisi sulit. Maafkan aku yang lalai hingga membuat keluarga kita bangkrut"
Apa!
Bangkrut?
Sandeul memang masih enam tahun, tapi gadis kecil itu cukup pintar untuk mengerti arti kata bangkrut. Bangkrut itu artinya tidam punya uang kan?
Tapi bagaimana bisa ayahnya bangkrut dalam kurun waktu secepat ini. Apakah Sandeul sedang bermimpi, tapi ia baru saja bangun dari tidur siangnya. Dan rumah ini, apakah sekarang ini jadi rumahnya?
"Nunna, sedang apa berdiri disana?" Ibunya yang melihat siluet gadis kecil itu memanggilnya untuk mendekat.
Kakinya ia bawa untuk menuju orang tuanya. "Nunna sudah makan?" tanya ayahnya.
Sandeul ingin menangis, sungguh melihat sang ayah yang biasanya tampan kini terlihat kurus dan letih.
"Appa gwancanha, umma gwancanha? Dan dimana adik-adik?" tanyanya dengan suara parau serta bergetar.
Baik Kyuhyun dan Sungmin merasa sedih jika mengingat si kembar. Kedua adik Sandeul saat ini masih ditahan di rumah sakit. Mereka terkena infeksi saluran pencernaan lalu dirawat disana. Dan karena tidak punya cukup dana untuk membayar biaya perawatan. Maka dari itulah, si kembar terpaksa di tahan di Rumah Sakit.
"Doakan adik-adik cepat sembuh ya nunna. Appa janji, appa akan berusaha lebih keras lagi untuk cari uang agar si kembar bisa bersama kita lagi"
Sandeul menangis, air matanya tumpah begitu saja. Ia tidak mengerti mengapa semua jadi begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE Season 1 (KyuMin-Family)
FanfictionHanya sebuah cerita singkat tentang keluarga Cho bersama si kecil Sandeul dan si kembar dengan celotehan keseharian mereka. (Season 2 Up) Fanfiction Disclaimer fanfiction ini diterbitkan untuk hiburan pribadi para pembaca. Tidak ada keuntungan yang...