Tepat seperti ramalan cuaca, hari ini hujan disertai petir dan angin kencang. Beruntung sang kepala keluarga Cho itu sudah pulang ke rumah. Dan telah selesai makan malam. Jadi saat ini semuanya berkumpul di kamarnya.
Sandeul sejak tadi tidak mau lepas dari ibunya. Si gadis cilik nan cantik itu memang takut ketika ada suara petir. Begitupun dengan si bungsu Minghyun. Dua kakak beradik itu bahkan sempat menangis ketika mendengar petir menyambar.
'JEDER'
"UMMA/UMMA" Minghyun dan Sandeul berteriak takut. Mata mereka berdua sama-sama terpejam. Minta dipeluk dan dilindungi ibunya.
Sang ayah dan ibu yang melihat itu berusaha menenangkan dan bilang jika tidak apa-apa. Ada ayah dan ibu disana. Namun tak seperti kedua saudaranya yang lain, si sulung Sunghyun sama sekali tidak berteriak atau pun mengeluh takut.
Alih-alih minta di peluk oleh ibu dan ayahnya, balita yang genap tiga tahun itu malah duduk diam saja. "UWAH! Hyungnim Jjang! Berani tidak takut petir" Ujar ayahnya memuji, "Tuh, contoh hyungnim. Uri Sunghyunie tidak takut petir ya umma- eh?" Belum selesai Kyuhyun memuji keberanian putranya tersebut. Sang istri sudah lebih dulu terkejut lantaran melihat Sunghyun yang tahu-tahu jatuh ke pelukan ayahnya saat Kyuhyun akan memangkunya.
"OMO KYU, SUNGHYUNIE PINGSAN!"
Nyatanya si sulung Sunghyun, si jagoan mereka itu juga merasa takut akan petir. Sehingga ketika mendengar suaranya yang menggelegar, tanpa sadar ia akan kaget, bahkan sampai, "OMO, Sunghyunie pipis di celana umma" Ujar ayahnya.
Selang beberapa puluh menit kemudian, kondisi sudah mulai aman terkendali. Sandeul sudah mulai mengantuk dan kini berbaring minta di peluk ibunya. Sedangkan Minghyun semenjak tadi tidak melepaskan genggaman tangannya pada Sunghyun. Si kembar tampak nyaman di peluk sang ayah dalam selimut.
"Hyungnim masih takut?" Tanya Kyuhyun.
Balita itu pun mengangguk seraya mengeratkan genggaman tangannya pada Minghyun. Mendengar hal itu lantas membuat si bungsu kesayangan merespon.
"Tama yuung, Minyun do" Ujarnya mengaku kalau dia merasa takut juga.
'JEDER'
Petirnya menyambar lagi, suara keras sekali hingga terdengar sampai di dalam rumah. Sandeul untungnya sudah tidur. Gadis itu itu pakai penutup telinga. "Ssst, ssst" Ibu dan ayahnya pun berusaha menenangkan si kembar yang bergetar takut.
"Umma ada petil, petil" Seru Sunghyun yang kini beringsut memepet pada nunanya.
Sungmin bilang kalau tidak apa-apa. Dan menyuruh mereka untuk tidur seperti yang di lakukan oleh Sandeul nuna. Tapi si kembar menggeleng.
"Tidur siangnya marem sih, makanya sekarang susah tidur" Celetuk Kyuhyun dan langsung dibenarkan oleh Sungmin. Alamat bakalan repot jadinya. Apalagi kalau hujan ini akan berlangsung lama.
'Jeder'
Petirnya menyambar lagi, anginnya terdengar gemuruh dan disertai hujan yang masih lebat. Si kembar malah panik sekarang.
"AIGOO!" Kyuhyun kewalahan lantaran Sunghyun tahu-tahu sudah bersembunyi di dalam kaus longgar yang dipakainya. Sementara Minghyun sudah meringkuk di dalam pelukan ibunya. Yang kasihan adalah Sandeul. Gadis kecil yang tertidur pulas itu ditindih oleh badan gembulnya Minghyun. Tapi tetap saja dia tidur pulas.
"Gwancanha sayang, kan ada umma dan appa. Tidak usah takut" Ujar ibunya.
Kyuhyun yang melihat itu sedikit tertawa. Ya ampun! Anak-anaknya ini penakut sekali sih. Tapi dalam hati Kyuhyun juga meringis ketika mendengar lagi suara petir menyambar bahkan getarannya sampai ke kaca jendela.
"Hyungnim kita berhitung saja yuk" Tidak tahu kenapa Kyuhyun tiba-tiba bilang begitu. "Siapa tahu ketika selesai menghitung hujannya berhenti" Sambungnya lagi.
"Minghyunie kemarin kita belajar menghitung sampai angka berapa nak?" Tanya Kyuhyun.
Si bungsu itu lantas mencicit, menjawab, "Tatu, duwa, tida, pat, ma..." Berhenti di angka lima sembari ia memperlihatkan lima jarinya.
"Pintar" Puji ibunya,
"Pintar" Puji ayahnya, "Hyungnim habis enam angka berapa sayang?"
"Nam?" Sunghyun mengerjap kemudian si sulung itu keluar dari baju ayahnya. Kemudian duduk di tengah-tengah Kyuhyun dan Sandeul. Sementara ibunya berada di sisi kiri sembari memangku Minghyun.
"Tatu, duwa, tida, pat, ma" Sunghyun mulai lagi menghitung dari awal dengan jari-jari gemuknya.
"Enam...." Koor Kyuhyun dan Sungmin memberi tahu...
"Am" Sunghyun bertepuk tangan. Ketika ingat angka selanjutnya.
"Am, lapan, ma" Loh, loh, loh... si bungsu Minghyun malah kini kacau menghitungnya.
"Masa habis enam, delapan? hahaha kan limanya udah tadi" Ayah dan ibunya terkekeh lucu.
Minghyun malu ih, salah soalnya. Pipinya merona lalu menyembunyikan wajahnya di dada sang ibu.
"Enam, tujuh...Ayo hyung ajari Minghyunie" Pinta Kyuhyun.
Si sulung lantas mulai menghitung lagi dari awal. Jari-jari gemuknya mulai bergerak satu persatu.
"Tatu, duwa, tida, pat, ma, am..."
"Enam sayang coba bilang enam" Ujar Kyuhyun.
"Am, duh, pan, bilan, puluh" Iya deh, Sunghyunie pintar bisa berhitung sampai sepuluh. Minghyuni juga ikutan bertepuk tangan. Kemudian si kembar mulai menghitung lagi sama-sama.
"Nah habis angka sepuluh apa hayo?" Tanya ibunya.
Kyuhyun menahan tawa tapi langsung ditepuk tangannya oleh Sungmin. Lantaran mau mentertawakan si kembar yang sedang berpikir keras. Lihatlah, kening mereka berdua sampai bertaut.
"Umma" Sandeul terbangun karena berisik. "Pipis" Ujarnya dengan mata yang masih setengah terpejam.
"Pipis, ayo, sini sini!"
Jadi tinggallah si kembar dan ayah mereka di ranjang. Si kembar masih tampak berpikir. Jadi karena kasihan Kyuhyun kemudian mengingatkan si kembar dengan memberikan clue.
"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh..." lalu kemudian kedua jari telunjuk Kyuhyun mengacung ke atas.
"Tatu tatu" Melihat itu si sulung langsung spontan menjawab jika kelanjutan sepuluh adalah satu satu.
Belum lagi ketika Minghyun juga ikutan spontan menjawab angka sehabis sebelas. Kalau dua jari telunjuk tadi adalah angka satu satu, pikir Minghyun dan Sunghyun. Maka setelah satu satu adalah,
"Duwa duwa"
"BUAHAHAHAHAHAHAHAHAHA" Tolong Kyuhyun sekarang yang sudah tak tahan terkena serangan si kembar. Ya ampun mereka berdua ini double kiwoyo sekali sih.
"Apa katanya tadi, satu satu, dua dua...Haahahahahaha" Sampai sakit perutnya Kyuhyun.
"Bukan satu satu Sunghyuni, bukan dua dua juga" Sandeul yang sudah selesai pipis memberi tahu angka yang benar.
"Habis sepuluh itu sebelas, duabelas, tiga belas, empat belas..." Sementara di belakang Sandeul, sang ibu saling melempar senyum jenaka kepada ayah mereka. Dan tanpa mereka sadari jika hujan telah berhenti sekarang.
.
.
.
FIN
.
.
.
Sign
hyejinpark©
20180319.19:53
.
.
.
a/n: Saya nulis ini ketika hujan turun dengan deras. Dan selesai ketika hujannya berhenti.
Ps. Kalau sudah bosan ngomong ya. Coz saya takut kalian juga bosan karena dari kemarin Up nya ini terus. Hehehe. Review dong, kasih vote dan folow juga ya. Tapi kalau sudah follow jgn di unfollow lagi. Jangan PHP Lmaoo. Semoga terhibur. Sorry for typo and
see ya ^^
.
.
.
♥xoxo♥
...
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE Season 1 (KyuMin-Family)
FanficHanya sebuah cerita singkat tentang keluarga Cho bersama si kecil Sandeul dan si kembar dengan celotehan keseharian mereka. (Season 2 Up) Fanfiction Disclaimer fanfiction ini diterbitkan untuk hiburan pribadi para pembaca. Tidak ada keuntungan yang...