Uban

1.9K 230 110
                                    

Malam ini Sandeul dan si kembar beserta ayah ibunya menginap di mansion keluarga Cho. Entah ada angin apa, Kyuhyun yang semenjak kuliah hingga berkeluarga jarang menginap di rumah, siang tadi mengajak anak istrinya untuk menginap di rumah orang tuanya.

Dan saat ini beginilah keadaan mansion tersebut, ramai dengan suara gelak tawa anak-anak yang riang gembira.

Si kembar yang sejak tadi tak pernah sepi penggemar. Dari kakek nenek, para maid hingga tukang kebun pun tak absen untuk menggendong atau sekedar mengajak mereka bermain.

Belum lagi sejak tadi si kembar juga sempat digilir, di gendong sana sini.

Tapi mereka asik-asik saja. Terlebih Sunghyun. Bayi gembul itu tak henti memakan apa saja yang menurutnya enak. Setiap ada yang menyuapkannya makanan, sekali 'hap' ia langsung memakannya.

Lain Sunghyun, lain lagi dengan Minghyun. Si bungsu keluarga Cho ini agak susah untuk di dekati kalau bukan orang yang ia kenal.

Tapi dasarnya Minghyun itu ramah, ia hanya membalas ajakan bermain itu dengan senyuman. Dan voila.... orang-orang jadi semakin terpesona dengan lesung pipinya yang dalam.

"Jadi, ini alasan mu menginap huh?"

Itu Hanggeng, ayahnya Kyuhyun. Pria paruh baya keturunan China itu memincing, sudah menduga niat putranya untuk menginap disana.

Modus.

Melihat reaksi ayahnya itu, lantas membuat Kyuhyun tersenyum tiga jari. "Boleh kan appa" ucap Kyuhyun.

"Hei, Cho Kyuhyun. Kau tahu bagaimana kakek mu dulu membangun usaha ini. Penuh darah dan keringat. Lalu sekarang kau mau enak saja mundur begitu. Huh, apa itu membuat game?"

Hanggeng masih merancau, ia tak setuju jika putranya itu berhenti, mengundurkan diri dari perusahaan dan membangun karir barunya di bidang lain.

"Tapi apa, bukankah sekarang kau sudah punya dua cucu laki-laki. Yasudah buat....awwwww"

Kyuhyun mengaduh, dipukul buku oleh ayahnya. Bukannya tidak mengijinkan, hanya saja Hanggeng sudah tua. Dan anaknya hanya Kyuhyun. Kalau ia mau berhenti dari perusahaan, lantas siapa yang membantunya nanti. Sungguh, Hanggeng tidak percaya pada orang lain.

"Tidak ku ijinkan. Kalau mau buka usaha dibidang lain terserah, tapi kalau berhenti tidak akan kuijinkan!" tegas Hanggeng.

"Hiks"

Atensi Kyuhyun dan Hanggeng lalu beralih saat mendengar suara isakan tangis itu. Manik keduanya melebar, saat ternyata mendapati Sandeul yang sedang terisak didepan pintu yang terbuka.

"Deullie" panggil keduanya.

"Hiks, haraboji kok mukul appa, hiks...."

"Ya, tidak, tidak, tidak, Sandeulie sayang..."

"Huweeeeeeeee"

.
.
.

"Cup, cup, cup... cucu kakek yang paling cantik, jangan nangis lagi ya"

Kini ketiganya masih di ruang kerja Hanggeng. Ayah dan anak itu baru selesai meredam tangisan Sandeul dengan sogokan coklat. Untung saja di laci Hanggeng menyimpan coklat.

Coklat yang sengaja ia sembunyikan dari istrinya. Lantaran jika ketahuan Heechul ia masih makan yang manis manis, bisa habis di ceramahi nanti. Sebab gula darahnya nanti naik kan...

Dan sekarang, Sandeul duduk anteng di pangku kakeknya sembari makan coklat.

"Jadi, tadi kakek tidak mukul appa kan.Appa sakit tidak?"

"Hmm, sakiiiii, hehehe" Kyuhyun tidak berani saat ayahnya melotot padanya, "Anio, kakek tadi tidak sedang memukul atau memarahi appa, hanya saja...."

"Itu karena appanya Sandeul nakal"

"Aboeji!!"

Keping hitam Sandeul mengerjap. "Appa nakal?" tanyanya kemudian pada sang ayah.

"Iya, tentu saja. Dari kecil, appanya Sandeul itu nakal. Suka bikin kakek pusing kepala. Igeo  lihat ini uban kakek sekarang"

"Uwah, rambut kakek banyak yang putih. Di warnai saja kek, waktu ke salon sama umma, Sandeul liat ada seorang kakek yang buat rambutnya jadi hitam lagi"

Hanggeng tertawa lepas, mendengar saran cucunya itu, sementara Kyuhyun tiba-tiba menghilang, lantaran ia melihat Minghyun yang merangkak mengejar kucing peliharaan neneknya.

"Minghyuni sayang..... " itu suara Kyuhyun terdengar samar dari luar ruangan.

Dan kembali lagi ke percakapan antara Sandeul dan sang kakek.

"Benarkah, kalau begitu bagaimana kalau Sandeul yang semirkan rambut kakek" tawar Hanggeng.

Sandeul tergelak, ia mengangguk heboh. Lalu mendongak melihat rambut putih kakeknya. "Tapi, kenapa rambut putih kakek banyak sekali?" tanya Sandeul lagi.

"Hoo, hoo... ini karena appanya Sandeulie" kata Hanggeng.

"O, appa? kenapa?" tanya Sandeul.

"Rambut kakek jadi putih karena appanya Sandeul. Setiap appa Sandeul nakal, rambut kakek akan berubah putih satu persatu" jawab Hanggeng kemudian.

"Jinjja!" Sandeul berseru, keping hitamnya membeo, lantas, lalu ia pun mendongak lagi dan meminta izin untuk menghitung uban kakeknya.

"Satu, dua, tiga, uwahhh.... appa nakalnya banyak sekali kek." Sandeul lelah menghitung.

"Iya, makanya jangan jadi anak nakal seperti appamu ya. Nurut sama kakek, sini sini peluk kakek dulu"

Dalam pikiran Sandeul setelah mendengar jawaban kakeknya terbesit jika ia tidak boleh nakal. Atau nanti rambut ayahnya berubah jadi putih.

Ih seram.... ayah rambutnya seperti bihun... Sandeul menggeleng, menepis hayalannya.

"Mau coklat lagi tidak, kakek masih punya lho" tawar kakeknya.

Sandeul sigap mengangguk dan cup, "Gomawo harabojie, Sandeul sayang kakek" ucapnya manis.

Hanggeng terkekeh, lalu saat ia membuka lacinya, tiba-tiba saja Sandeul memekik, "Ini siapa kek?" tanyanya ketika melihat sebuah poto lama.

"Oh, ini ayahnya kakek. Kakek buyutnya Sandeul" jawab Hanggeng.

"OH! Ini... rambutnya kakek buyut putih semua. Berarti kakek juga dulu lebih nakal dari pada appa ya?"

Hah... Hanggeng lelah.... ia lantas mencari keberadaan menantunya setelah Sandeul mendapatkan coklatnya.

"Menantu, bisa buatkan aku teh!"

.
.
.

FIN

.
.
.
Sign
.
hyejinpark©
20170610.21:27
.
See ya ^^

LIFE Season 1 (KyuMin-Family)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang