Jangan Marah

1.9K 215 138
                                    

"Pokoknya kita musuhan!"

"Kita musuhan"

"Kita musuhan"

Ucapan Sandeul masih terngiang di kepala Kim Baro. Bocah lelaki keluarga Kim itu merasa bingung, apa hal yang membuat Sandeul begitu marah padanya.

Bahkan setelah tiga hari, mereka belum juga baikkan. Baro awalnya cuek, tapi tidak biasanya Sandeul mengacuhkannya hingga berhari-hari. Ia pernah dengar jika ada yang bermusuhan lebih dari tiga hari dan belum juga berbaikan maka orang tersebut berdosa.

Sebagai anak yang taat beribadah dan rajin menabung, Kim Baro paling pantang berbuat dosa. Tuhanku yang baik, tolong ampuni dosaku dan jauhkan aku dari dosa. Ratapnya dalam doa.

Oh ya sedikit informasi, sekarang Sandeul sudah kelas satu SD. Dan gadis kecil itu bersekolah di tempat yang sama dengan Baro.

Baro berada di kelas tiga sekarang. Dan setiap jam istirahat pasti Sandeul akan mencarinya. Entah mengajaknya makan bekal bersama, atau sekedar tanya ini itu.

Sandeul itu berisik sekali, tapi Baro bisa apa. Sejak dulu kan memang ia begitu. Apalagi, Sandeul menakutkan jika sudah terus merengek padanya. Makanya saat Sandeul marah dan stop bicara padanya, kok Baro jadi sedih ya...

"Hufft"

Baro menghela napasnya, ia jatuhkan kepalanya di meja. Bibirnya mencebik, netranya memandang jauh ke arah jendela.

Pagi ini cuacanya mendung, salju semalam turun dan mengakibatkan jalanan licin dan sebagian tertimbun salju. Bahkan air pun menjadi beku. Cuacanya dingin sekali hingga sekolah terpaksa diliburkan.

Bocah lelaki bersweter biru itu masih dalam posisi yang sama. Apalagi jika bukan duduk merenung memikirkan Sandeul yang tiba-tiba marah kepadanya.

Tidak habis pikir dalam benaknya, Cho Sandeul akan marah padanya bahkan sampai bermusuhan. Tidak tahu kenapa, atau ini karena saat di sekolah Baro lebih lebih memilih pulang bersama Hyejin ketimbang menerima ajakan Sandeul untuk pulang bersama.

Tapi kan saat itu Baro dan Hyejin ada tugas kelompok untuk mata pelajaran sains. Mereka punya tugas untuk mengamati pertumbuhan tanaman kecambah.
Lagi pula, bukankah Sandeul bisa pulang sendiri, ia biasa dijemput oleh ibunya.

"Hah..." Baro menghela napas, embun tipis menguar saat dirinya menghembuskan napas.

"Dingin sekalinya..." kata ibunya, Kim Ryeowook.

Manik karamelnya menatap teduh sang putra, memakaiakan selimut rajutan dari bahan wol kualitas tinggi untuk membuatnya hangat.

"Pemanas ruangannya sedang bermasalah, sepertinya ada kabel yang putus. Sebentar juga benar, lagi diperbaiki appa-eh kenapa Baroya"

Bocah lelakinya beringsut, masuk kepelukan ibunya mencari kehangatan. "Umma, jika ada teman kita yang bermusuhan apakah itu dosa?" tanyanya.

"Kenapa, apa saat Baro sedang bermusuhan dengan teman?" tanya balik ibunya.

"Nde" angguknya.

Wanita yang berprofesi sebagai guru taman kanak-kanak itu bersikap tenang, saat mendengarkan curhatan sang putra.

"Kenapa bisa saling bermusuhan? Baro kan tahu bermusuhan sesama teman itu tidak baik"

"Tapi umma, bukan Baro yang ingin musuhan, tapi Sandeuli" sela Baro.

"Mwo?" Manik karamel itu melebar, tidak percaya jika Sandeul si gadis manis yang digadang-gadang akan jadi menantunyalah yang sedang dibicarakan mereka.

LIFE Season 1 (KyuMin-Family)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang