It's not me.
Setelah keluar dari ruangan itu aku pun melempar topi itu ke sembarang arah, keringatku mengucur deras dan aku merasa sangat capek.
"Hyeri Saem ?" aku pun berbalik dan melihat jeny ada di ujung pintu mengintip ke dalam ruanganku
"Iya masuk saja" aku pun duduk kembali di kursiku,mengambil tissue dan mengusap keringatku.
"Acaranya sudah selesai Ssaem saya minta tanda tangan atas laporan ini Ssaem." wajahnya menunjukkan raut sedih di wajahnya.
"Kenapa wajahmu menekuk seperti itu ?" jenny langsung mengubah mimik wajahnya
"Tidak apa-apa Ssaem geunyang (hanya saja)...." aku pun melihatnya dengan tatapan anehku
"Geunyang (hanya saja )?"
Ia pun gelabakan melihatku dan melihat topi itu terletak di lantai
"Ssaem kau tidak bersyukur sekali" ia pun melihat mataku langsung
"Aku berusaha keras bagaimana busa dekat dengan mereka dan.... Kau ?? Kau dekat dengan jimin .. Dia memberimu topi dan kau malah membuangnya... Jangan kau pikir aku tidak tau pria yang merangkulmu tadi.. Aku mengenalinya hanya dengan mimik matanya. " aku hanya tersenyum dan mengambil topi itu kembali.
"Kau ingin ini ? Iya kau benar aku memang cukup dekat. Tapi aku bukan seperti yang kau pikirkan. "Aku pun mengambil ponselku dan mengambil ponselnya, ia sempat terkejut dan aku pun mengotak atik ponselnya kemudian memberikannya kembali.
"Semua profile akub park jimin ada di sana. Jangan katakan kau mendapatkan itu dariku. Aku juga ingin hidupku tenang. "Aku juga meletakkan topi itu di tangannya " ini juga untukmu sebagai kenang-kenangan dariku."
Jeny tampak terkejut dengan apa yang aku lakukan. Tapi ia malah cemberut dan meletakkan nya kembali.
"Aku tidak mau Ssaem" aku kembali menoleh kepada jeny yang berdiri mematung di depanku itu.
"Maksudmu ?"
"Aku memang menyukainya, bahkan aku berharap aku menjadi kekasihnya. Gundae (tapi) aku tidak ingin seperti ini
Aku lebih memilih dia yang memilihku daripada harus nenganggunya dengan akun yang kau berikan. Aku juga ingin dekat dengan mereka,geunyang (hanya saja), aku paham mereka sesibuk apa, bahkan aku tidak berani menaruh harapan mereka akan melihatku walau sekali, aku akan mendukung mereka walau mereka tidak tau aku sudah makan atau tidak ,sakit atau sehat, hidup atau mati, karena aku menyukai mereka di dalam hatiku tanpa harus mengharap lebih." aku pun hanya termangu mendengar jawaban dari jeny tapi aku jugaerasa tersindir dengan kata katanya itu dan membuatku sontak berdiri.
"Silahkan keluar" aku pun menunjuk pintu dan melihat wajah bingung jeny.
"Ka raguyo (aku bilang pergi) !!! "
Aku nembentakknya dan membuatnya pergi seketika dari hadapanku.
Aku tidak tahan lagi . aku pun melemparkan ponselku ke dinding dan melihatnya terpecah urai di lantai.
Nafasku tak terkendali . pipiku memerah. Dan bibirku bergetar.
"Mencintai tulus ? Aku hampir mati karena cinta tulus itu."
Aku pun menarik nafas panjang dan membuat schedule nanti sore ke phone shop.Sore hari itu aku pun mengunjungi phone shop membeli ponsel baru dan kartu baru. Bahkan akun ku baru. Aku tidak mau memberitahukan chaeri tentang ini karena ia akan memberitahukannya kepada jimin.
Aku pun menyusuri jalanan toko itu dan sekalia menjernihkan pikiranku. Tapi semuanya buyar ketika aku melihat layar televisi yang memampangkan wajah jimin lengkap dengan vidro yang bertuliskan "saengil chukkae jimin oppa 13 oktober 2017
Aku hanya berdiri di depannya dan mengalihkan perhatiannku ke hal yang lain.
Setelah turun dari taksi kakiku sedikit keseleo.
"Auch.... Ah kakiku...." aku pun berjalan pincang dan ketika mencapai pintu keseimbanganku goyah dan tubuhku tersungkur, tapi seseorang menangkapku aku merasakan tangannya mengalungi tubuhku.
"Noe gwechana ? (Kau tidak apa-apa)" deg.... Deg.... Aku mengenali suara ini. Aku buru buru melepaskan tangannya dan menggam pintu.
Tanpa aba-aba ia pun menggendongku menuju lift aku hanya terdiam.
"Lantai berapa" ia pun masih menggendongki.
"Turunkan aku, aku bisa sendiri."
"Lantai berapa ?" dia semakin mengeratkan gendongannya.
"7" aku pun akhirnya menyerah karena kakiku tak bisa di ajak kompromi.
"Ia terus menggendongku bahkan sampai je depan apartemenku
Ia pun menurunanku di sofa. Ia oergi menuju dapur dan mengambil beberapa es batu tanpa melepas masker dan topinya.
Ia pun terduduk di depanku dan mengompres kakiku.
Secara tidak sadar tanganku bergerak sendiri melepaskan masker dan topinya. Ia hanya bingung melihatku dan setelah sadar. Aku hanya gelagapan dan menggaruk leherku.
"Aku melepas itu karena itu kurang nyaman ya menurutku seperti itu... Ahh panas ya aku nyala...." belum selesai aku bicara ia langsung memegang wajahku
"Aku... Menyukaimu hyeri." aku pun menepis tangan jimin dari pipiku
"Mwo ? (Apa?) " ia pun kembali memegang tanganku.
"Aku menyukai mu bahkan setelah tau kau sangat membenci kami. Aku sangat suka padamu." jimin menggenggam tanganku sangat erat.
"Aku..." tanpa merhatikan kalimatku selesai jimin sudah mendaratkan ciuman pada bibirku dan aku hanya bisa matung saat itu dan mungkin jantungku sudah berhenti tiba 2 karena pria ini namun egoku lebih lebih tinggi dan aku mendorong jimin menjauh.
"Berani beraninya kau ?" aku pun menamparnya seketika dan aku merasakan perih dalam hatiku saat itu juga.
Ia hanya mematung memegang pipinya ia mencoba meraihku kembali sambil mencoba menenangkanku.
"Pergi kau byuntae(cabul)" aku terus melempar apa yang aju dapat bahkan vas bunga itu pun kulempar begitu saja.
"Baiklah aku akan pergi. Tapi aku tidak akan berhenti hyeri. Sama sekali tidak berhenti." aku masih melemparkan barang hingga ia menghilang di balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
who am i to you ?
Romanceapakah kita tidak bisa bersama ? bisakah aku bertanya ? siapakah aku untukmu ?