Aku membuka mataku pelan-pelan aku merasakan nyeri pada kening kaki dan lenganku. Aku pun meringis dan seketika aku pun melihat so hyung yang tertidur di dekat kakiku. Aku tersenyum melihat adikku yang begitu tabah menghadapi kakak yang lalai sepertiki. Aku perlahan mengangkat tanganku dan mengelus kepalanya. So hyung bangun dan melihatku ia pun memelukku dan menangis.
"Unni syukurlah ... Syukurlah unni" aku mengelus kepalanya dan ia pun melihatku.
"Sudah berapa hari ?"
"Lima hari... Kakak tidak sadar selama lima hari." aku pun mengingat mimpiku.
"Aku ingat so hyung aku ingat." so hyung memegang tanganku.
"Ingat apa kak ??"
"Jimin... Dia adalah teman masa kecilku... Dan dia mencintaiku...dia meninggalkanku." aku pun membelalakkan mataku dan mengguncang bahu so hyung.
"Mana tasku ?" aku melihat wajah so hyung yang sangat terkejut bahkan ia mematung.
"So hyung ??" so hyung cepat melihatku.
"Ah tas ?? Ah iya..." so hyung pun pergi dan membuka laci dan mengeluarkan tasku yang sudah kotor karena debu.
"Hanya ini yang di temukan polisi."
Aku pun mengambil tasku dan mengacak acaknya.
"Unni soal jimin oppa apakah kakak ingat kenapa kakak benci padanya." aku pun melihatnya
"Hmmm " aku pun berfikir dan aku ingat aku benci mereka karena hari itu. Hari dimana aku sekarat dan mereka tak menjengukku.
"Tapi itu kan sudah lama lagian ..." aku pun merasa sakit dalam hatiku.
'Jika ia memang mencintaiku kenapa ia meninggalkanku saat itu.' kepalaku terasa sangat sakit. Aku memikirkannya, memikirkan semua yang terlintas di kepalaku. So hyung pun terlihat sangat cemas dan menekan tombol pemanggil dokter. Tak lama dokter dan beberapa perawat tiba.
Mereka pun menyuntikkan obat pereda rasa sakit, sehingga aku pun merasa lega namun aku merasa ngantuk dan terlelap.
Saat aku membuka mataku so hyung sudah duduk di sampingku kembali
"Ahh kepalaku " aku meraih lengan so hyung dan mencoba untuk duduk.
Ia pun membantuku duduk dan membetulkan selimutku.
So hyung tampak muram. Ia pun menggenggam tanganku dan menggigit bibirnya. Jika so hyung begini berarti ada sesuatu yang ingin di katakannya.
"Unni.... Tolong jangan marah.."
Aku pun melihat so hyung dan mengangguk.
"Ahhh ... Aku tak percaya akan mengatakan ini... Tapi....." so hyung nampak sangat cemas ia pun menarik nafas panjang.
"Ketika kakak di rumah sakit... Aku yang melarang jimin oppa datang menemui unni dan ia menurutinya, aku membuat siasat agar kakak yakin bahwa kakak adalah fans mereka...ketika kecelakaan kedua omma membayar mereka agar mereka datang namun pada saat di parkiran aku mangusir mereka dan membuat drama dengan manajernya. Sehingga kakak membenci mereka." aku ternganga melihat adikku yang satu ini. Aku pun memgepalkan tanganku dan turun dari tempat tidur. Aku pun meraih tas ku dan mencari kembali benda yang ingin aku temukan.
"Unni miane ah.. Jebal.." so hyung pun duduk bertumpu pada lututnya dan menggosokkan kedua tangannya sambil menangis.
"Jebal unni.... Jeballl.." aku pun melihat adikku seperti itu aku pun melepaskan infus di tanganku dan melihat benda itu yang sudah ku temukan. Ticket yang ku ingat diberi oleh jimin.
Aku melihat kembali adikku yang memegang kakiku dan masih menangis. Aku pun terduduk dan memegang kedua tangan so hyung.
"Kenapa so hyung ?" dia pun memelukku sangat erat.
"Aku takut akan kehilanganmu unni... Jangan tinggalkan aku."
Aku pun melepaskan pelukannya.
"Tapi saat ini aku harus meninggalkanmu... Aku tidak mau orang yang aku sayangi berkuranh." so hyung menarik tanganku
"Jangan unni dia adalah idol besar bisa gawat... Lagian unni masih kurang sehat." aku menepis tangan so hyung.
"Aku akan semakin jauh jika kau seperti ini." so hyung pun menangis kembali dan melihatku.
"Aku.... Akan membantu kakak." aku pun tersenyum.
Aku dan adikku meninggalkan rumah sakit dan adikku mengantarku ke apartemenku. Dia membantuku mengganti pakaian aku tidak sadar sejak kapan seleraku menjadi kaku seperti ini.
Aku pun memakai pakaian ku yang paling kasual. Luka goresku di tutup dengan plester warna kulit.
Aku pun melihat ticket itu dan jantungku terasa berdebar debar.
"Bagaimana jika ia mengabaikanku." so hyung mendekat dan melihat ticket itu.
"Apa kakak punya album mereka ??" aku pun mendongak ke arah so hyung.
"Album mereka." so hyung menyerahkan padaku album dan buku album yang berisi photo mereka.
"Untuk apa ?" aku melihat halaman demi halaman dan melihat photo jimin disana.
"Meet and great ini juga sebagai acara fansign" aku pun melihat so hyung kembali.
"Jinjja ??" aku tersenyum.
"Kapan kau menyiapkannya?" dia hanya menaikkan kedua bahu.
"Hanya feeling". Aku pun sangat bersemangat.---------
Kami pun sampai di gedung acara, adikku tak bisa masuk karena dia tak punya tiket.
Aku pun masuk tapi jantungku sangat berdebar. Aku pun pergi ke toilet sesampainya disana aku menyalakan keran dengan kasar dan mencuci tanganku, melapnya dan memperbaiki riasanku.
"Baiklah hyeri... Jangan panik... Ini hanya sebentar..." aku pun kelusr dan menuju ruang meet and greet sekaligus fansign event.
Semua orang pun bersorak ketika mereka keluar. Jantungku pun serasa ingin keluar dari badanku. Selama beberapa menit aku duduk tanpa teman bicara. Seseorang menepukku.
"Hi na ireumun (nama saya)eun jo, song eunjo." aku pun tersenyum melihatnya.
"Dan kamu ?"
"Ah park hyeri imnida." dia mengangguk ia pun menunjuk v.
"Bias ku kim taehyung kamu ??"
"Aku.... Tidak punya bias" dia mengangguk lagi.
Dia menunjuk dahi pipi dan tanganku.
"Ah aku baru saja kecelakaan " dia mengangguk ia pun menunjukku lagi.
"Hyeria a.. Kau sadar tidak. Park jimin melihat mu sedari tadi." aku langsung menoleh dan jantungku serasa berlomba lagi.
"Sesekali ia melihatmu dan menoleh kemudian melihat lagi... Mungkin karena plestermu." aku hanya tersenyum.
Beberapa lama kemudian banyak yang beratur untuk meminta tanda tangan para personil tiba saat nya giliranku. Pertama aku menemui RM leader dari bts.
"Wahh ternyata kau ... " dia tersenyum dan senyumnya sangat manis karena lesung pipi nya. Ia pun memegang tanganku.
"Dia sangat merindukanmu berbaik baiklah" aku pum bergeser ke sebelah .
'Apakah dia sebegitu rindunya padaku?'
Aku pun melihat j-hope yang ada di depan ku dia terlihat sangat gembira terlihat dari senyum nya yang cerah secerah matahari.
Aku pun melewati jin,suga, dan akhirnya aku pun bertemu dengan jimin, ia melihatku dan ternganga. Ia pun salah tingkah dan membuka buku album. Ia tersenyum dan menggenggam tanganku.
Ia pun menandatangani photo album dan menuliskan sesuatu di photo album itu. Ia pun menutupnya dan masih menggenggam tanganku.
"Kau sadar." aku mengangguk.
"Aku juga ingat." dia pun melepaskan tangannya.
"Benarkah?" ia tampak seperti menahan air mata ia pun meminta kertas lebih kepada seorang wanita kemudian menulis lagi di kertas itu. Ia pun menyelipkannya lagi di dalam album itu. Dia kemudian menggenggam tanganku lagi dengan erat.
"Aku harus pergi.!" ia kemudian mengangguk dan melepaskan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
who am i to you ?
Romanceapakah kita tidak bisa bersama ? bisakah aku bertanya ? siapakah aku untukmu ?