J-HOPE POV
Emil mengatakan padaku bahwa ketika dia ingin menjelaskan pada Tika semuanya, tika sudah tidak ada di apartemennya. Bahkan Dini juga tak ada di sana. Aku pun mencoba menghubungi tika namun tak di angkat sama sekali.
Aku pun melihat insafgram dan melihat photo Tika bersama temannya. Aku tak tau siapa itu aku melihat tempat dan waktunya.
"Padang.. West sumatera.. 09.30 pagi." gumamku sambil melihat photonya.
Aku pun membuka layanan travel sampai jungkook masuk dan duduk di sampingku.
"Hyung ada apa...?"
Jungkook mengambil hpnya."Hyung mau kemana" aku melihatnya yang berpindah posisi melihat layar komputer.
"Tidak ada...." aku langsung mengclosekan jendela layanan travel itu.
"Aku tau karena siapa hyung jadi seperti ini..." aku melihatnya.
"Emang kenapa ?" jungkook mengeluarkan smirknya
"Wanita itu sangat egois " aku menoleh pada jungkook.
"Jangan bilang kalau ini tentang dini. " jungkook melihatku.
"Hyung tidak tau saja.. Semua wanita itu sama " aku hanya tersenyum.
"Bagaimana dengan hyeri ? Sampai kini dia adem adem saja dengan jimin ?"
"Itu hanya sebagian kecil..."
"Bagaimana dengan eun jo ? "
Jungkook terdiam."Apa yang...." aku melihat jungkook yang nelihat ponselnya lekat lekat.
"Kenapa..?" jungkook berdiri dan membuka layanan travel tadi.
Ku lihat ponselnya dan aku baru sadar apa yang di lihatnya.
"Jungkook ah.. Jangan terburu buru.." dia pun selesai memesan dua tiket.
"Untuk siapa satu lagi ?"
"Ini tiket dari korea ke jakarta dan dari jakarta ke padang" aku menggeleng melihatnya.
Dia mengambil ponselnya
"Siapa yang kau telfon.?"
"Tika noona" aku berdiri dan mengikutinya dari belakang.
"Halo noona " aku terkejut bukan main karena saat aku menghubunginya ia tak mengangkat sama sekali tapi jika jungkook dia mengangkatnya.
Jungkook paham maksudku mengikutinya dia pun meloud speakerkan ponselnya.
"Akan ku kirimkan denah lokasinya besok kookie ah.."
Jujur aku merindukan suaranya, sangat.
"Noona kau dimana ?"
"Aku di padang . kenapa kau mau kemari.. Tapi aku ada urusan." jungkook melihatku.
"Noona.. Apa kau tak merindukan seseorang " tika tampak menarik nafas
"Aku hanya ingin sendiri jungkook.. " jungkook terdiam aku pun beranjak dari lokasiku menuju kamarku lagi.
Aku melihat topi yang di jatuhkan tika saat ia melihatku dengan emil.
Apa ini topi couple ?? Ahh tika pasti sangat salah paham.
TIKA POV
Setelah menerima telfon jungkook rasanya aku semakin tak mau pulang ke korea. Tapi akulah yang awalnya memutuskan untuk kuliah disana. Jadi, untuk sekarang aku harus selesaikan urusanku di sini dulu.
Aku pergi mengunjungi nenekku daerah pariaman. Nenek menyambutku sangat hangat walau ku tau kakinya tak kuat lagi menopang badannya.
Aku berjalan ke belakang rumah nenek ,tampak garis pantai yang indah walau cuaca agak sedikit gerimis membuat ombak semakin membesar.
Ya ! Inilah urusanku mencoba menghilangkan semua kepenatan dalam hatiku dan kepenatan di dalam otakku.
Aku terduduk di ayunan kecil milikku saat aku masih kecil aku berayun pelan sambil merasakan angin yang menerpa tubuhku. Hingga bahkan rasa dinginnya tak mampu mengalahkan gundah dalam hatiku.
Lamunanku terus berlanjut hingga akhirnya nenek memanggilku dari dalam teras. Ia melambaikan tangannya agar aku datang ke sisinya. Langkahku yang berat menyusuri taman nenek yang dirawat sedemikian rupa. Bahkan kerikil tak ada yang menghalangi kaki telanjangku berjalan karena jalan taman yang dirawat oleh nenek setiap hari.
Aku terduduk di sampingnya melihatnya sedang merajut. Itu adalah hal yang paling disukainya ketika hujan datang.
Aku bersandar di kakinya. Tak lama ia membelai rambutku. Walau kami diam dalam suasana itu aku merasakan kehangatannya yang tau akan kegundahanku. Dan moment saat aku membutuhkan kehangatan.Dalam hujan yang turun ku lihat rajutan nenek yang bergambarkan dua burung merpati lengkap dengan pita merah putus menyangkut di kakinya. Sedangkan yang satunya lagi bebas tanpa ada yang mengikat. Ku tanyakan pada nenek maksud dari rajutannya, ia bilang bahwa
"Ini menyatakan kalau dua insan saling mencintai bahkan semua hal yang mengikatnya akan dilepaskan demi mengejar cintanya."
Tak lama aku semakin merasa bahwa itu sangat berkaitan denganku. Siapa merpati yang diikat dan siapa yang lepas membuatku berfikir sangat keras.
Aku masuk dan membuat teh kesukaan nenek tanpa gula itu yang selalu dia ajarkan padaku.
Flashback.
"Weeeek teh nenek paiiiit" aku meletakkan cangkir nenek dan meminum juice ku.
"Masa pahit..?? Nggak kok !" kata nenek sambil meminum tegukan terakhirnya.
"Aku tidak suka !!" nenek tersenyum.
"Nenek suka teh tanpa gula. Karena kita bisa merasakan pahit manis dari daun teh. Wangi dari daun teh dan itu semua membuat nenek tenang. Dan mencoba merasa rileks dari segala masalah yang menerpa "
Aku hanya melongo dan tersenyum walau ku tak tau apa maksudnya.
Flashback end
Akh apa yang ku pikirkan saat itu kan aku masih sangat kecil bahkan masalah untuk seorang anak kecil tak se seram masalah orang dewasa.
Masalah orang dewasa lebih rumit dan kompleks. Aku membawa kedua cangkir teh itu ke hadapan nenek. Ia mulai mencium aroma teh itu. Aku hanya mengikutinya. Dan ketika dia mulai meminumnya begitu juga denganku. Sekarang baru aku tau maksud dari nenek.
"Nenek ??"
"Hmmm??"
"Aku ingin menangis sekarang"
"Menangislah" aku memeluk nenek dan mulai mengeluarkan keluh kesahku bahkan air mataku sama derasnya dengan hujan yang turun.
Aku melihat nenekku yang menepuk nepuk pundakku.
"Aku sangat sedih bahkan semua yang terjadi padaku hanyalah kesialan.. Nenek... Apakah aku tak bisa mendapatkan kebahagiaan. Walau hanya sekali aku ingin juga merasakannya."
Nenekku masih mengelus rambutku hingga ia menarik nafas panjang.
"Kebahagiaan seperti apa yang cucuku kehendaki ? Kebahagiaan itu relatif. Bahkan ketika kita bisa menghirup oksigen itu juga namanya kebahagiaan." aku terdiam dan mempererat pelukanku.
"Kebahagiian itu fanaa" nenek terdiam begitu juga aku.
---------
Aku memandangi langit malam. Ternyata malam ini sangat cerah walau bintang tak terlihat tapi bentuk awan di langit masihkah sangat indah.
Semua yang aku rasakan masih saja bersarang dalam hatiku seperti virus yang menggerogoti tubuhku hingga tubuhku tumbang ke tanah dan di urai.
Pemikiran seperti itu yang membuatku takut untuk memulai hal yang baru. Karena ketika aku melakukannya dan gagal maka hatiku akan retak seperti guci mahal yang retak . jadi sama saja. 'Tak berguna' dimata penikmat guci bahkan orang awam.
Aku masih melihay mawar yang di rawat nenek. Mawar yang indah dengar butiran butiran air di kelopaknya. Bahkan kuncup mawar itu juga sama indahnya.
Ku cium bau bunga nya. Pembohongan publik yang mengatakan bahwa bunga mawar itu wangi. Jujur aku tak mencium apapunKetika aku berdiri kakekku datang ke hadapanku.
"Ada orang datang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
who am i to you ?
Roman d'amourapakah kita tidak bisa bersama ? bisakah aku bertanya ? siapakah aku untukmu ?