part 8

57 2 0
                                    

~Let me leave this place~

Aku memeluk kedua lututku dan menggigit kuku jempolku. Aku tak tahu harus berbuat apa, detakan jantungku berlomba sekarang.aku merasa pusing  dan mual. Aku tak pernah seperti ini sebelumnya, orang itu menciumku ? Nafasku bahkan tersengal sengal sekarang, kakiku yang mulai membengkak karena terkilir semakin sakit, sakitnya bahkan tak bisa mengalahkan pikiranku saat ini.

Tiba-tiba telepon rumahku berdering memang seharian ini tidak ada yang menelpon ku aku pun menggapai telponku dengan susah payah.

"Yeoboseyo (halo)?" aku semakin tegak dengan bantuan tanganku.
"Yeoboseyo ? Hyeri Ssi ?" suaranya sangat tidak jelas. Yang aku dengar dia mengetahui namaku.
"Ne (iya) nuguseyo (siapa anda)" terdengar suara itu banyak suara klakson mobil.
"Begini orang tuamu , telah meninggal dunia." aku merasa dunia ini telah berhenti jantungku semakin cepat dan terasa sakit. Air mataku pun telah jatuh bahkan aku tak bisa mengendalilan tanganku yang bergetar hingga terjatuh.
"Mwo ? " mataku penuh air dan berjatuhan. Aku pun menjatuhkan telepon itu hingga ia menggantung.
"Mereka mengalami kecelakaan beruntun, adik anda sudah sampai di tkp. Tapi kami merasa kesulitan untuk mengeluarkan korban dari dalam mobil karena berada dalam keadaan terjepit.
Yeoboseo ? Hyeri Ssi ? Yeoboseo ?.....,.......,....."telepon itu terputus. Rasanya aku tidak ada alasan untuk hidup lagi aku pun mengambil sesuatu dari dalam laci. Aku mencari hingga laci terakhir. Akhirnya aku menemukannya, pistol yang selama ini ingin ku gunakan. Aku pun membawa pistol itu ke balkon. Aku pun menarik pelatuknya dan mengarahkannya ke kepalaku.
Nafasku tersengal jariku sudah hanpir menyentuh dan menekan pistolnya hingga suara pintu terbuka dengan kasarnya seseorang berlari ke arahku dan mengarahkan pistol ke arah lain, hingga yang tertembak bukan kepalaku melainkan udara kosong yang tidak akan berdarah jika tertembak.

"YA APAKAH KAU SUDAH GILA?"
Aku melihat jimin sudah berada di depanku.
Ia pun memelukku dengan erat bahkan aku bisa merasakan detak jantungnya yang berdetak sangat kencang.
Kepalaku sangat pusing hingga aku menyandarkan kepalaku di dadanya.
Aku bisa merasakan nafasnya melalui dadanya.
"Kau membuatku.... Gila " nafasnya masih tersengal. Ia pun terduduk dan aku yang berada di pelukannya ikut terduduk dan berada di antara kedua kakinya.
"Kenapa kau melakukan itu?" dadanya yang naik turun membuatku sangat tenang hingga mataku terpejam.
"Janya? (Kau tidur) " jimin pun tidak percaya dengan apa yang di alaminya saat ini. Ia menggendong hyeri dan meletakkannya di atas tempat tidur ia pun mengompres kembali kakinya yang bengkak itu.
"Ahhh aku bisa terkena serangan jantung karenamu " ia pun menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah hyeri.
"Ahh noemu ippo. (Sangat cantik) ia pun mengelus wajah hyeri dan kembali mengompres kakinya.

~
Aku terbangun Dari tidurku ,kain basah terlihat membalut kakiku. aku memperhatikan tangan yang ada di atas kain itu. Pria itu tertidur dengan terduduk tepat di sisi kakiku. Kakiku sudah tidak terlalu bengkak taping aku masih me rasa nyeri. Aku pun menggerakkan sedikit kakiku Dan tak sengaja membuatnya terbangun.
"Oh Kau sudah bangun ?" Ia tersenyum melihatku , ia pun beranjak Dan kembali ke kamarku membawa air hangat.
"Minumlah" aku pun meminum air Itu Dan telepon rumah pun berdering.
"Biar aku saja." Jimin setengah berlari dan membawa telepon Itu kepadaku.
"Ne .. Yeoboseo." Akupun menjawab telepon Itu.
"Unni ....." Suara adikku yang bergetar itu terdengar di telingaku.
"So hyung a... Jangan menangis ah." Mataku sudah berlinang lagi jimin pun mengusap pipiku yang basah, dan aku hanya diam saja.
"Unni. Kau sakit , ayah ibu akan segera dimakamkan , aku  harap Kau datang  unni, " aku cepat menjawab iya Dan adikku mengakhiri telepon itu.

Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku Dan menangis. Jimin memelukku Dan mengusap kepalaku dengan lembut.
"Gwenchana (tidak apa-apa )jangan menangis" is terus mengelus kepalaku.

Aku Sudah memakai Hanbok hitam lengkap dengan jepitan putih di kepala kananku. Aku diantar Oleh jimin ke pemakaman orang tuaku. Ia juga sudah berpakaian Serba Hitam. Dia memapahku karena kakiku yang masih sakit Dan diperban sehingga aku berada sangat dekat dalam rangkulannya.

Adikku berlari ke arahku dan memelukku sangat erat sambil menangis. Aku juga tak bisa menahan sakit dalam hatiku nelihat photo kedua orang tuaku di pajang seperti itu .

"Omma(IBU).... Appa(ayah).....waeyo (kenapa) " adikku melepaskan pelukannya. Aku merangkak menuju peti orang tuaku. Memeluk petinya sementara adik Dan mungkin jimin berdiri tepat di belakangku

Aku menangis sejadi jadinya, aku merasa bahwa semua yang kulakukan tidak ada gunanya, aku merasa hampa ,kelam Dan gelap.

"UNNI .......!!!"

who am i to you ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang