Author pov
Tika terduduk di depan tv. Ia risih melihat tantenya yang keluar masuk kamar.
Tika pergi ke dapur dan memasak sesuatu karena dia lapar. Tiba tiba ia mendengar suara benda jatuh. Tantenya keluar lagi dari kamarnya.
"Tante kenapa sih ribet banget deh. !" tantenya hanya cengengesan.
Tika pun melangkah ke kamar tantenya.
"Astaga tante mau nginap di sini atau mau pindah ke sini ?" ia melihat sekelilingnya.
"Sampai photo pernikahan juga di bawa..." ia melihat photo itu dan.Pranggg
"Oops maaf aku tak sengaja" eric yang melihat itu hanya diam saja.
"Tika kau tak apa apa ? Lihat tangan mu ahh syukurlah tak kenapa napa" tantenya memeriksa tangannya.
"Aku makan dulu kalau gitu." tantenya mengangguk.Tika pun makan ramen di meja makan sendirian. Dia pun teringat pada dini.
"Anak itu belum pulang juga, udah sore lo?" tika pun mengambil ponselnya dan menelfon dini tapi nggak di angkat.
"Ahh menyebalkan ni anak.." dia pun makan lagi."Tika tante pergi dulu ya ke minimarket yang di bawah." tika hanya mengangguk, setelah kepergian tantenya tika pun melihat eric yang ingin minum air.
"Tika...?" eric menyapa tika tapi tak digubris olehnya.
"TIKA !!!" eric mendorong tika hingga menyender ke westafel.
"Lihat mataku" tika melihat eric
"Kau masih mencintaiku kan ?" tika tersenyum sinis.
"Makan tuh cinta" dia pun menyirankan air ke wajah eric tapi eric tak melepaskan genggamannya.
"Gua masih cinta lu tika" tika melihatnya tak percaya.
"Lepasin gua" eric masih menggenggamnya erat.
"Lepasin gua nggak " tika menepis tangan eric dan menamparnya ia pun duduk kembali di sofa.
"Hi i'm baaack" tantenya pun datang membawa banyak.belanjaan.
"Aku akan masak tika boleh bantu sedikit?"
"Ogah..." jawab tika dengan ketusnya.
"Loh eric sayaang kok kamu basah gitu sihh" tantenya menghampiri suaminya yang berdiri kaku di depan westafel.
"Ahh aku tadi memperbaiki pipa westafel jadi gini deh.."
Tantenya segera mengambil handuk dan memberikannya pada eric.HYERI POV
"Hyeriii lama tak berjumpa" aku akhirnya dapat berjumpa dengan orang tua jimin.
"Iya aku juga senang bertemu denganmu bibi" aku memeluk nyonya dan tuan park.
Mereka pun mengajak kami untuk makan.
"Hyeri a... Kau semakin cantik". Aku tersipu mendengar pengakuan ibu jimin
"Ahh bisa saja." jimin pun memegang tanganku
"Kalian seharusnya cepat menikah aku ingin punya cucu..." jimin tersedak saat tengah minum.
"Hati hati jimin" aku menepuk nepuk pundaknya.
"Omma !!" ibunya melongo.
"Iya ibu ingin cucu , jika perempuan pasti akan imut , pita di kepala,, gaun yang mungil aduuh yeobo..(sayang) aku ingin satu".
"Ahh yeobo biarkan mereka dulu" ayah jimin menahan ibu jimin.
"Setidaknya jika memang ada bayi aku ingin laki laki" aku melihat jihyun adik laki laki jimin.
"Dasar kau!" jimin memukul pelan adiknya.
"Baiklah aku akan mencucinya ibu..." aku berdiri dan mengangkat mangkuk bekas makan.
"Ibu WAAAAH aku sudah punya menantu WAAAH" ibunya tampak sangat bahagia ketika aku berbuat seperti itu.Aku menyuci satu persatu mangkuk itu tiba tiba tangan jimin nelingkar di pinggangku dia menempelkan dagunya di pundakku sesekali mencium leherku.
"Kau harum..."
"Hentikan nanti di lihat jihyun.." dia semakin memelukku erat
"Biarkan saja..." dia menciumku. Aku tertawa kecil.
"Jimin stooop." dia mulai menggelitiki.
Aku pun menaruh busa di kepalanya.
"Ohooo kau berani ya" aku pun berlari kecil di dapur dan selalu jimin bisa menangkapku.
Dia menaruh busa dia hidung dan di kepalaku.
"Kau seperti boneka.. Imut sekali" jimin melingkarkan tangannya di pinggangku.
"Benarkah.?" dia mengangguk.
"Kau boneka hidup ..." aku menaikkan sebelah alisku.
"Benarkah beda boneka dan boneka hidup ..." jimin pun menarik tengkukku agar lebih dekat dengannya.
"Kalau boneka biasa tidak akan.bereaksi jika ku cium dan ku peluk.. Tapi.. Kalau boneka hidup ia akan bereaksi?"
"Benarkah ?" jimin mendekatkan wajahnya.
"Benar.." ia mencium bibirku dan aku tertawa kecil.
"Benar kan ?" jimin kembali menciumku dan aku juga membalas ciumannya dia menekan kepalaku agar lebih dekat ke wajahnya."Astaga ..." aku terkejut melihat jihyun yang tengah melihat kami berdua ia membelalakkan matanya dan menutup mukutnya .
"Ahh kalian menjijikkan. Menikahlah .." ia pergi melanglah pelan pelan keluar dapur.
"Aku serius menikahlah." aku tersenyum melihat jimin"Kan benar karenamu jihyung melihat kita begitu.." jimin tertawa dan memelukku.
"Biarkan saja dia sudah dewasa."
Aku mendorongnya pelan.
"Kapan aku bisa memanggilmu 'istri' ia memelukku lagi seperti semula.
"Ketika fansmu tidak membunuhku saat kau menyatakan aku sah sebagai istrimu..." dia terkikik
"Kau kejam sekali..." aku menaikkan bahuku.
"Aku bukan kejam tapi itu realita" aku pun menaruh mangkuk terakhir ke raknya dan
Dan melepas sarung tanganku."Ayo ke ruang keluarga, mereka pasti menunggu kita" aku mengangguk dan menggandeng jimin hingga ke ruang keluarga.
DINI POV
Aku dan jungkook menuruni tangga keluar dorm."Ku tak percaya kau balas cintaku" aku tersenyum
"Sungguh bahagia kau ada disini menghapus semua sakit yang ku rasa."'Mungkin kah kau merasakan semua yang ku resahkan , aku takut hubungan berakhir cepat. Ku suka dirinya mungkin aku sayang, namun apakah mungkin kau jadi milikku seutuhnya?, kau sebenarnya milik banyak orang mereka army. Salahkan aku bila ku pendam rasa ini.." aku terus memikirkan itu hingga jungkook mengagetkanku.
"Kenapa melamun.." aku menggeleng. Dan membukakan pintu mobil untukku dan Jungkook mengantarku ke apartemen.
"Ternyata kau imut juga ketika cemburu seperti itu." dia mencubit pipiku
"Aduh lihat ke jalan jangan cubit pipiku kookie a..."Tiba tiba aku merasa mobil kami terbentur.
"Astaga..." jungkook menabrak pohon jalanan.
"Pakai ini...." jungkook memberiku maskernya tapi ia tak memakai masker.
"Tapi jungkook ..." dia tak mendengarku dan keluar dari mobil.Banyak orang mengerubungi kami terutama polantas . yang army mengambil gambar jungkook sambil berteriaj teriak.
Jungkook menyuruhku tetap di dalam mobil dan dia menutup wajahnya dengan tangannya.
Tiba tiba jungkook masuk ke dalam mobil tapi bukan di belakang setir melainkan di belakangku. Dan seorang polisi masuk. Agar kami tidak kabur. Kemudian mobil kami di derek dan di bawa ke kantor polisi.JUNGKOOK POV
Aku menelpon namjoon hyung mengatakan kami menabrak pohon jalan dan mobil dia yang kami kendarai rusak berat. Bisa ditebak reaksi namjoon hyung seperti apa, dia memang jarang mengendarai mobil itu karena takut jungkir balik dengan kekuatan penghancurnya tapi pada kenyataan aku yang menghancurkannya.
Tak lama akhirnya namjoon hyung tiba di kantor polisi. Pembawaannya saat itu sangat tenang.
Aku melihat keadaan dini. Dia terlihat santai ia bahkan mengajak ngobrol beberapa polisi disana.
"Dini kemari sebentar" dini mendatangiku seperti yang ku suruh dia tak melepas maskernya.
"Ada apa?"
"Kau pernah masuj penjara ?" dini terkejut dengan pertanyaanku.
"Nggak lah emang kenapa ?"
"Hmm kau terlalu santai ketika berhadapan dengan mereka." dini mencubitku.
"Lagian mereka tak makan orang kok udah ya aku aku di panggil lagi" aku melihat beberapa polwan memanggil dini sambil memperlihatkan majalah.
"Asataga..." aku menggeleng heran.Tiba tiba namjoon hyung keluar dan membawa kami ke apartemen dini.
Dia mendudukkan seperti dia seorang hakim jujur saat dia seperti ini aku jadi cemas dan gelisah. Tika tampak bingung tak satupun yang menjawab pertanyaannya.
"Kenapa bisa bisanya kalian menabrak pohon yang tak bersalah dan dan mobilku sekarang rusak.."
"Ahhh sudahlah sudahlah... Jungkook kau harus mengganti mobilku dengan cara melayaniku selama sebulan."
Dini langsung menolak.
"Jangan !. Itu terlalu lama.."
"Oooo tidak hanya jungkook saja tapi kau juga kalian bisa bergantian setiap hari." dini cemberut .
"Jangan salahkan kami salah mobilnya kenapa nabrak properti kota" namjoon mengurut kepalanya pelan
"Kau sakit ya ? Aku tidak mau tau SEBULAN TITIK." dia pun menarikku pulang dan sebelum menghilang dibalik pintu ia sempat berkata.
"Hukuman dimulai besok" dini menghentakkan kakinya.
"Ah opppaaaa" hyung pun memanggil taxi dan kami pulang ke dorm dan ya dia menceramahi ku lagi hingga jam 1 pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
who am i to you ?
Romanceapakah kita tidak bisa bersama ? bisakah aku bertanya ? siapakah aku untukmu ?