part 47 countless

18 2 0
                                    

Rasanya semakin hari waktu yang ku lalui semakin cepat. Apapun yang ku lakukan akan terasa cepat berlalu. Teringat akan masa lalu yang menghantui kepalaku.
Hujan yang lebat pun masih saja terus menerjang. Seakan tau isi hatiku saat ini. Perlahan air mata ini keluar tanpa izi pemiliknya. Perlahan kuusap air mataku yang dingin. Kemudian ku buka jendela itu. Hingga tanganku ku tengadahkan ke luar jendela. Tanganku yang di luar jendela terasa di serbu ribuan tetes air hujan. Beradu mereka membasahi tanganku. Hingga ku lihat hamparan luas taman rumahku. Dan melihat sosok yang sangat ku rindukan disana. Dia berdiri membiarkan tubuhnya basah melihat ke arah kamarku. Ia tersenyum padaku di rentangkannya tangannya  bahkan rambutnya yang sekarang sudah berbeda lagi dudah basah kuyup. Dia menurunkan tangannya dan memiringkan kepalanya.

"YAAAA !!! KAU GADIS KEJAM YANG DI ATAS SANA..!!! APA KAU TAK AKAN MEMBUKA PINTU UNTUKKU ??!"
Teriak pria itu. Aku hanya masih melihatnya. Merindukan suaranya. Merindukan semua yang telah kami lalui bersama.

"KAU TAK AKAN BISA LARI DARIKU !!! AKU AKAN SELALU ADA DIMANAPUN KAU BERADA DASAR GADIS KEJAM"

Keras kepala adalah sifat yang cocok untuknya. Meneriaki aku di tengah hujan lebat ini. Apa kata tetangga nantinya. Apa dia tidak malu...?

Hingga aku mendapati adikku berlari ke arah gerbang dan membukakan gerbang untuknya. Tapi dia tak bergeming sedikitpun. Ia malah menolak adikku mayunginya. Apa daya adikku berdiri terus di sampingnya. Menjaganya yang sudah mengigil itu.

"HYERI A.... AKU MENUNGGUMU" aku lekas menutup jendelaku ku kunci rapat rapat. Dan terduduk di bawahnya.

Terdengar langkah dan adikku berlari masuk ke kamarku. Keadaannya juga sama basah kuyupnya.

"Unni a.... Jebal... Janganlah seperti ini" aku mengayunkan tanganku isyarat agar sohyung keluar. Ia hanya berdiri dan mematuhi kata-kataku. Saat aku menguntip. Dia masih ada disana.  Begitu keras kepala. Atau.. Aku.. Seolma aku hanya ingin yang terbaik untuk kami berdua. Atau hanya untuk diriku sendiri.??

Kenapa dia tak pergi saja ? Kenapa dia tak meninggalkan aku saja. Sama seperti yang dia lakukan sebelum aku menjadi dosen. Atau seperti dia meninggalkanku semudah saat so hyung menyuruhnya.

Aku berdiri dan mulai berjalan ke bawah. Melihat pintu utama terbuka lebar memperlihatkan jimin yang sudah basah kuyup di ujung halaman itu. So hyung berusaha memayunginya tapi ia tidak mau. Apa yang dia harapkan dari aksinya ini ? Dia hanya akan dapat flu nantinya.

Tapi entah kenapa hati ini tak sejalan dengan otakku. Dia memaksa badanku semakin dekat dengan pintu utama sehingga aku terlihat jelas dari tempat jimin berdiri.

Sebenarnya siapa sih yang mau meninggalkan lelaki semanis jimin? Perlakuannya yang hangat walaupun dia terkadang bertingkah bodoh.  Ia tetaplah jiminku. Aku tak bisa membiarkan dirinya seperti itu.

So hyung mendekatiku dan memberikan payung itu padaku.

"Ajaklah dia ke dalam unni ." tapi aku tak menerima payung itu. Aku justru berjalan di bawah derasnya hujan di busan saat itu. Bahkan anginnya berhembus sangat kencang. Bahkan rasanya tubuhku tak bisa melawan anginnya. Tapi terus saja ku langkahkan kakiku.

--------------------_------------_--------------_---

Dia berdiri disana. Dengan dres semata kakinya. Rambutnya tergerai dan memandang lurus ke arahku.
Apa arti tatapannya itu ?  Kumohon datanglah padaku.

Seperti mengetahui isi hatiku. Hyeri berjalan ke arahku. Dengan kaki tak beralas. Rambut yang tergerai itu tersingkap oleg angin. Dressnya yang searah dengan jalur angin.

Aku tau dia akan datang padaku. Aku tau dia akan datang ke pelukanku. Dia hanya perlu seseorang untuk memahaminya.

Wajahnya terlihat kedinginan tapi ia terus berjalan ke arahku. Hingga akhirnya 1 meter di depanku. Ia berhenti. Membiarkan dirinya di terpa angin sama sepertiku.

Kenapa dia melakukan ini ?
Kenapa malah berhenti ?

"Pulanglah. "

Apa ?? Apa dia bicara padaku ?
Kenapa dia melakukan ini padaku ?

Tidak !! Aku tidak mau !! Aku melangkah cepat ke arahnya. Aku tak peduli apa yang dia akan katakan padaku yang jelas aku ingin memeluknya.

Aku berjalan terus hingga aku bisa meraihnya. Aku bisa merasakan hangat tubuhnya walaupun dia tak membalas pelukanku. Aku bisa merasakan deru nafasnya di dadaku. Aku bisa merasakan detak jantungnya.

Aku mengelua kepalanya. Rambutnya yang masih basah itu terasa lembut di jemariku.

"Aku mohon pulanglah...." sikapnya yang tidak bisa di mengerti siapapun. Bertingkah seenaknya. Mengambil keputusan sepihak. Dan terlalu egois, kekanak kanakan. Dan mementingkan dirinya sendiri.

"Kau masih tak memikirkan perasaanku." dia melepas paksa pelukanku.

"Kita tidak bisa bersama jimin. Sungguh tidak bisa !" dia berbalik, sigapku menarik tangannya.

"apa karena penyakitmu ?" dia membelalakkan matanya melihatku lurus.

"Tidak..!! Karena aku tidak mencintaimu lagi... Selama ini aku hanya berbohong" dia menepis tanganku.

Aku tau dia berbohong. Hidungnya akan memerah jika dia berbohong.

"Arasso..!" kataku dan dia melihatku.

"Kau tak bisa berbohong hyeri .. Aku tau itu.. Kau tak bisa membohongiku... Tapi kau tau.. Aku masih menginginkanmu.." aku melihat so hyung berdiri tak jauh dari kami.

"Aku akan pergi... Oh iya.. Ibuku menanyakanmu.. Datanglah menemuinya.. Walaupun kita tak bisa bersama seperti yang kau katakan." hyeri berbalik membelakangiku.

"Aku juga akan menjengukmu.. Karena so hyung meminta bantuanku. " aku pun menggandeng tasku dan berbalik menjauhi hyeri yang masih membelakangiku.

Terdengar derap langkah berlari seseorang. Melaju di tanah rerumputan yang becek ke arahku.

"Oppa.. " aku berbalik dan melihat so hyung menggegam tanganku.

"Jaga kakakmu.. Jika terjadi sesuatu.. Akan ku usahakan membantu.." tapi dia tak melepas tanganku.

"Jangan pergi... Kakak tak mungkin seperti itu.. Kumohon oppa.." aku tersenyum dan membelai kepalanya.

"Tapi sepertinya hati kakakmu sudah keras sohyung a... Aku pergi. " dia pun akhirnya melepas tanganku. Aku tersenyum dan melihat hyeri yang sudah berjalan masuk ke rumahnya, tanpa melihatku.  Begitupun aku kembali berjalan pulang kerumah. Sekalian pamit pada ibu dan ayah kalau aku akan pergi ke los angeles lagi. Dan memberitahukan. Aku dan hyeri tak akan bersama untuk seterusnya.

Walaupun akan terasa sulit bagi ibu untuk menerimanya. Tapi apa yang bisa ku lakukan? Tak bisa aku memaksa hyeri. Walaupun sudah ku lakukan segala cara, menghadang berbagai rintangan, hanya agar hyeri bisa bersamaku. Bahkan menghalau perintah PD nim yang tampaknya tak peduli lagi denganku. Kalau memang itu yang di inginkan hyeri. Baiklah. Akan ku lakukan. Walaupun kemungkinan kami tak akan pernah bertemu lagi.

Tapi dia harus tau. Dia tak akan bisa digantikan di dalam hatiku. Dia tidak bisa digantikan dengan apapun.

Aku sangat menginginkanya.. Sangat ingin...

Di dunia ini..
Hanya ada satu hyeri.. Dan itu adalah hyeri yang sudah meninggalkanku tak melihatku lagi. Dan menyuruhku untuk menjauh. Hanya karena penyakitnya.

Baiklah
Farewell...

who am i to you ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang