Lelaki itu bernama Seo Changbin, lelaki superduper cerewet, hobi mengkritik orang lain dan selalu saja senang membuatku kesal. Aku bahkan tidak habis pikir kenapa awal masuk sekolah menengah atas kemarin sempat menyukainya. Dan hal yang paling mengejutkan lagi adalah ketika tahun kedua ku di sekolah menengah akhir, aku dan dirinya satu kelas.
Aku sempat mengira perasaan itu masih sama, tapi ternyata tidak. Perasaan itu berkurang seiring dia memperlakukanku seperti apa. Dia yang sering sekali mengajakku berdebat, memberikan kritikan pedas sampai-sampai aku yakin kalau semua orang tau kami berdua tidak pernah akur sama sekali.
Seperti sekarang ini... Aku yang sedang asik mengerjakan soal kimia dengan seenak jidatnya Changbin duduk di sebelahku. Aku yakin sebentar lagi dia akan menggangguku dengan kalimat menyebalkannya.
"Idih gini aja gak bisa?" Tanyanya dengan nada sombong.
Aku menghembuskan napas kesal. "Iya tau lo pinter... sana pergi!"
Bukannya pergi, lelaki itu malah memutuskan untuk menetap dan tidur di bangku Herin dengan tangan terlipat di atas meja. Aku merutuk dalam hati, kenapa Herin lama sekali pergi ke toiletnya?
"Gak ah, udah terlanjur enak duduk di sini." Jawabnya tanpa menatap ke arahku.
"Apaan?! Jangan duduk di sini Changbin..." Aku tidak mau kalah dan terus mencoba untuk mengusirnya dari sebelahku.
"Apaan sih cerewet banget lo jadi cewek? Tinggal ngerjain tugas lo juga, gak usah peduliin gue." Jawabnya sarkas.
Pada akhirnya aku meniup poniku sembari menahan rasa kesal. Sudahlah, aku memilih untuk menyerah mengusir Changbin di sebelahku ini. Lagi pula dia tidak akan mau mendengarkanku.
Beberapa saat kemudian, Herin datang dengan wajah sumringah bak orang habis menang lotre.
"Kesambet apa lo?" Tanyaku ketika gadis itu berdiri tepat di sebelahku.
"Gue ketemu sama anak baru, kakak kelas anjir! Ganteng banget aaaaaaaaaaa..."
Aku menatap Herin dengan pandangan tidak percaya. Aku kira dia kenapa sampai sesenang ini, ternyata hanya perkara ada siswa baru di sekolah ini.
Herin menghembuskan napasnya lelah. "(Y/n), pokoknya lo harus move on sama mantan brengsek lo itu. Satu tahun itu cukup buat lo membuka hati buat yang lain."
Aku menatap tajam ke arah Hejin. Apa dia lupa kalau masih ada sosok Changbin di sebelahku saat ini. Aku menghembuskan napas pelan sekali lagi sebelum memaksakan satu senyuman untuk Hejin.
"Gue mau nyari angin di luar dulu." Ucapku yang kemudian langsung melangkahkan kaki ke luar kelas.
"Gue salah ngomong ya?" Monolog Herin ketika gue sudah pergi.
Sedangkan Changbin bangun seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian bangkit berdiri dan berjalan keluar kelas dengan kedua tangan dimasukkan kedalam saku celana.
"Nih minum." Aku langsung mendongak ketika ada yang meletakkan sekaleng coca-cola di depan mukaku.
"Makasih." Jawabku seadanya.
"Ngapain lo duduk di sini sendiri? Gak takut diculik satpam sekolah apa?" Tanya Changbin yang selesai meneguk minumannya.
Aku terkekeh pelan, "Gue lagi pengen sendiri doang."
Changbin mengangguk paham. Lelaki itu memilih untuk menyenderkan punggungnya di sofa. "Pulang sekolah mau jalan sama gue? Gue yang traktir."
"Lo ngajak gue jalan?" Aku menatap Changbin dengan tatapan tidak percaya. "Gratis lagi? Lo gak sakit kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagine ft. Stray Kids [TAMAT]
Historia Corta[FOLLOW SEBELUM BACA] "Imagining is as good as reality" imagine story using (your/name) bahasa -shortstory Started : 26-04-2018 Ended : 28-08-2020 aesthetic cover by @GYUWOOST ©Marklipss,2018