Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•--•
"Lix, kamu liat dimana Rio gak?"
Gue dari tadi nyariin Rio tapi dia sama sekali gak ada disetiap penjuru ruangan.
Ya Tuhan, ke mana lagi kucing nakal itu bersembunyi. Gue sampai pusing mengurus kucing itu, tidak pahamkah kucing itu kalau majikannya ini sangat lelah karena aktifitas kampus.
"Rio ada di ruang tamu, yang. Kamu mandi aja dulu, biar kucing nakal ini aku yang urus."
Seruan dari Felix membuat gue menganggukkan kepala.
Setelah selesai bersih-bersih badan, gue langsung menyusul Felix ke ruang tamu.
Ternyata si Rio sedang berada di dalam pangkuan Felix.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gue duduk di samping Felix. Pas Felix noleh ke gue tiba-tiba Rio kabur, gue yang pengen nangkep Rio langsung di tahan sama Felix.
"Biarin aja, dia mau main sendiri kayaknya."
Felix langsung meluk gue dari samping, "gimana kuliahnya tadi, lancar?"
Gue tersenyum masam. "Dosenku galak banget. Masa ya, padahal aku telat 1 menit udah di usir dari kelas."
"Loh, berarti kamu gak kuliah dong tadi?"
Gue nyengir, "hehe tadi diajak main sama Kak Chan."
Felix menggelengkan kepalanya, dia mencubit pipi gue gemas. "emang Kak Chan gak marah tau adeknya bolos gini hmm?"
Gue gelengin kepala. "Enggak lah. Kak Chan kan sayang sama aku."
•--•
"Lix, aku belanja ke market depan apart. Kamu mau nitip apa?"
Felix yang lagi nonton tv langsung noleh ke gue. "Aku nitip snack, babe."
"Oh, oke."
Gue pun pergi menuju market yang ada di sebrang apartemen gue. Setelah selesai berbelanja gue langsung balik ke apartemen.
Felix yang sadar kalau gue baru saja balik, dia langsung masuk ke dalam rumah setelah dia di luar balkon. Gue menatap curiga, jangan bilang dia masih ngerokok?
Karena gue curiga, gue pun meletakkan tas belanja tadi di atas meja. Kemudian menarik bahu Felix.
Felix yang kaget hanya membelalakkan matanya, gue mencium bibir Felix lalu melumatnya, ah benar dia baru saja merokok.
Sebelum Felix membalas ciuman gue, gue pun segera melepaskan tautan bibir antara kita berdua dan menatap Felix tajam.
"Kenapa masih ngerokok? Katanya kamu udah berhenti sejak lama?"
Felix menghela nafas berat. Dia menarik gue ke sofa dan mendudukkan gue diatas pangkuannya. "Pahit yang, lagian aku jarang juga kan ngerokoknya?"
"Tapi kan kamu udah janji gak ngerokok lagi, kamu kan tau aku benci cowok perokok. Gara-gara asap rokok Mama pergi ninggalin aku."
Felix yang melihat gue menangis langsung memeluk gue. "Sttt, udah ya nangisnya. Maafin Lee Felix udah mengingkari janji sendiri."
Gue yang posisinya lebih tinggi pun menunduk, "mulutnya masih pait?"
Felix gelengin kepalanya. Entah gue salah liat atau gimana gue liat sudut bibir Felix terangkat sebelah. Gue yang merasakan hawa-hawa gak enak pun ingin segera berdiri.
Dengan tiba-tiba Felix memiringkan wajahnya, tangannya memegang tekuk gue. Felix yang tiba-tiba melumat bibir gue pun membuat gue membelalakan mata kaget.
Gerakan bibir Felix yang mendominasi membuat gue sedikit kewalahan membalasnya. Gue yang kehabisan nafas pun mencengkram bahu Felix, untung Felix lekas tanggap jadi ia melepaskan tautan bibir kita seraya tersenyum.
"Kalau kayak gini setiap waktu, serius aku berhenti ngerokok."
END.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Visualisai Felix ngerokok, aduhh pusing gue ngebayanginnya😣
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.