Titik Temu
Kata orang jatuh cinta itu rasanya sangat indah.
Seseorang akan mengaku bahwa dunianya akan lebih berwarna ketika menyukai seseorang. Berada didekatnya membuat irama jantung seakan indah didengar. Senyuman dari orang yang disuka pun mampu mengalihkan dunia.
Bagaikan kupu-kupu berterbangan didalam perut, itu yang dirasa ketika ia menyapamu. Meronanya kedua pipi ketika ia balas memperhatikanmu. Ah, indahnya cinta.
Tapi... itu kata mereka.
Karena... kisah cintaku tidak akan seindah mereka.
Tidak seperti dua pasang adam dan hawa yang saling menatap penuh cinta. Tidak ada balasan senyum yang melegakan hati. Yang ada hanya caci dan maki yang membuat perasaan tersakiti.
Dia Christopher Bang atau lebih akrab dipanggil Bangchan. Entah sejak kapan aku mulai menyukainya, mungkin sejak pertama kalinya ia tersenyum di dalam kelas pada saat pelajaran seni rupa saat itu. Atau mungkin ketika ia memanggil namaku untuk yang pertama kalinya.
Aku rasa itu adalah saat-saat pertama aku mulai jatuh cinta dengannya. Aku pikir semuanya akan baik-baik saja setelah ku ungkap semua. Aku pikir perasaan ini akan terbalaskan pada saatnya nanti.
Ternyata dugaanku salah. Ia membenciku. Aku tidak mengerti salahku dimana. Yang ku lakukan hanyalah jujur padanya mengenai perasaanku. Ia tersenyum sinis, kemudian pergi meninggalkanku.
Badanku terasa seperti jeli. Kakiku seakan tak mampu lagi rasanya untuk berdiri. Aku menumpukan dahiku diatas lutut lalu menitihkan air mata.
Apakah aku ditolak?
***
"Wah... ini nih yang sok kecantikan sama Chan. Eh liat deh Joy, cantikan elo deh sumpah."
Gadis yang bernama Joy ini menganggukkan kepalanya setuju. Ia maju selangkah lalu mengangkat daguku.
"Lo serius Wen, denger dia nyatain perasaannya ke Bangchan?"
Sepertinya Joy tidak begitu yakin dengan apa yang diucapkan oleh Wendy temannya. Dengan tegas Wendy menganggukkan kepalanya yakin, kemudian memberikan tatapan sinis kepadaku.
"Sumpah deh, gue denger tadi jelas-jelas dia ngomong suka sama Chan... tapi langsung ditinggal dong. Utututu kasian banget sih."
Yang ku lakukan hanya terdiam ketika tangan Wendy mulai mendorong beberapa kali kepalaku ke samping. Bukannya aku tidak berani melawannya, hanya saja... aku ingin semuanya cepat berakhir.
Joy lalu menarikku ke salah satu bilik toilet. Kalian bisa menebak apa yang terjadi setelahnya... mereka membullyku.
Baik Joy maupun Wendy mereka menarik rambutku, lalu tertawa licik melihat ringisan di wajahku. Bukan seperti ini yang aku harapkan. Berapa kali aku mencoba melawan mereka, nihil, dua lawan satu bukanlah tandingan yang seimbang.
"(Y/N) gue ingetin sekali lagi ya... lo jangan terlalu berharap banyak dengan Bangchan. Lo emang cantik, tapi masih cantikan gue." Joy mengangkat dagunya angkuh, membuat Wendy disampingnya menyeringai.
"Bangchan lebih cocok sama gue, Park Soo Young. Camkan itu."
Setelah itu Joy dan Wendy pergi meninggalkanku yang terduduk di kamar mandi, merenungi nasib pakaianku yang basah karena disiram oleh mereka berdua.
***
"Kamu ingat gak sama gadis yang dulu nemenin kamu selama di rumah sakit?"
Chan yang awalnya tengah membaca buku biologi ditangannya langsung mengalihkan atensinya kepada sang mama yang berada di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagine ft. Stray Kids [TAMAT]
Short Story[FOLLOW SEBELUM BACA] "Imagining is as good as reality" imagine story using (your/name) bahasa -shortstory Started : 26-04-2018 Ended : 28-08-2020 aesthetic cover by @GYUWOOST ©Marklipss,2018