Menjadi pihak tersakiti atau menjadi yang menyakiti?
Terkadang aku selalu dipusingkan dengan kedua pilihan itu. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Yeji kemarin, kalau aku adalah wanita paling egois di dunia ini. Aku cukup tahu kalau Kak Minho menyukaiku dari dulu dan aku lebih memilih mengabaikannya, parahnya lagi aku lebih memilih dia yang membuat jantungku berdebar tidak seperti biasanya.
Dia yang ku maksud di sini adalah Hwang Hyunjin, anak fakultas ilmu sosial yang menjadi primadona. Aku mengenalnya lebih dulu dari Kak Minho, jadi kurasa wajar ketika ia mencuri hatiku. Hanya saja yang menjadi beban pikiranku saat ini adalah aku serakah. Aku tidak dapat memilih salah satu di antara Kak Minho dan juga Hyunjin. Aku serakah.
*
"Mana pacarmu? Katanya kamu dijemput jam setengah tujuh, ini sudah jam delapan (Y/n)." Kak Minho yang duduk di sampingku buka suara, ia menatapku dengan wajah khawatirnya. "Sampai kapan kamu mau menunggu pacarmu yang tidak memberi kabar itu?"
Aku terdiam. Masih menatap sendu ke jalanan yang dilewati oleh mahasiswa-mahasiswa di kampusku yang sepertinya terburu-buru ingin merebahkan tubuhnya di kasur kos mereka masing-masing.
"Hyunjin belum memberimu kabar sama sekali, hmm?" Suara Kak Minho terdengar melunak.
Aku mengangguk samar. Terdengar hela napas panjang dari Kak Minho, ia berdiri lalu menatap lurus ke arahku.
"Ayo aku antarkan pulang, sudah malam. Dari pada di sini harus menunggu lama."
Dengan berat hati aku mengikuti langkah kaki Kak Minho. Keadaan kampus memang lumayan ramai, tapi beberapa memilih pulang, beberapa lagi menetap. Dan yah, pendopo yang sebelumnya menjadi tempatku menunggu Hyunjin memang sepi.
"Sudah makan?" Tanya lelaki dihadapanku ini setelah ia menyerahkan helm ungu nyentrik yang berbanding terbalik dengan motor besarnya.
Aku menganggukkan kepala, "Ini helm siapa? Kok aku baru sekali ini melihatnya?"
"Helm Rino. Tadi pagi dia bareng kakak ke kampus."
Kak Minho mendengus, dia mengaitkan helm yang ku pakai sampai terdengar bunyi klik. Aku menyengir ke arahnya.
"Cepat naik, kita cari makan cari makan dulu baru pulang."
Aku yang sudah berada diatas motor langsung memandangnya melalui kaca spion, "Aku sudah ma..."
"Makan lagi," potong Kak Minho cepat. "Terakhir kamu makan tadi sore. Aku yakin kamu kelapan."
Apa yang dikatakan oleh Kak Minho memang benar adanya. Perutku lapar, akibat terlalu lama menunggu Hyunjin sampai aku lupa dan melewatkan makan malamku. Hanya saja di sini aku merasa nafsu makanku sedikit berkurang. Entahlah, mungkin efek ujian akhir semester yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi.
Angin malam membelai wajahku ketika motor Kak Minho yang membawaku membelah jalanan yang lumayan sepi.
"Kamu mau makan apa?" Kak Minho sedikit berteriak.
Aku sedikit mendekatkan diri, "Terserah kakak aja."
"Jangan terserah," Dia memelankan laju motornya. "Aku sudah pernah bilang tidak suka jawaban ini ketika aku bertanyakan?"
Kak Minho memang seperti itu. Dia selalu bisa menjadi seseorang yang berarti di hidupku ketika yang lain abai dengan keadaanku. Perihal pengantaran pulang ini pun bukan sekali dua kali ia lakukan. Kak Minho selalu saja ada di tempat di mana aku menunggu Hyunjin yang tak datang ketika aku membutuhkannya.
Setelah sibuk memikirkan akan makan apa kita berdua, akhirnya motor Kak Minho terparkir rapi dipinggir jalan, tempat di mana pedagang kaki lima biasa berjualan.
![](https://img.wattpad.com/cover/145361372-288-k728439.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagine ft. Stray Kids [TAMAT]
Short Story[FOLLOW SEBELUM BACA] "Imagining is as good as reality" imagine story using (your/name) bahasa -shortstory Started : 26-04-2018 Ended : 28-08-2020 aesthetic cover by @GYUWOOST ©Marklipss,2018