Didalam sebuah ruangan perkantoran yang terlihat sangat elegan dan modern, saat ini suasananya justru terasa sangat dingin dan mencekam. Terdapat dua orang pria dewasa didalamnya yang memiliki dua kedudukan posisi yang berbeda tentunya.
Satu pria dengan tatapan tajam yang dingin dan menusuk, yang duduk di kursi kebesarannya. Dan satu lagi pria yang memiliki posisi sebagai bawahan, yang kini membungkukkan tubuhnya seperti orang dalam pesakitan.
Suasana yang sunyi di dalam ruangan itu menambah rasa intimidasi bagi sang bawahan. Bahkan suara detak jam yang ada di meja sang atasan, terdengar sangat jelas. Seolah setiap detak itu memberi tanda baginya untuk mulai menghitung mundur jika waktunya di perusahaan ini akan selesai.
"What did I say about 'Zero Mistake', Mr. Dino? Apa Anda sudah lupa jika yang anda kerjakan bisa membuat nama perusahaan saya rusak? I want perfection." Suara bariton datar dan dingin yang keluar dari sosok laki-laki itu terdengar sangat tegas dan menakutkan.
Sang lawan bicara, Dino alias si tersangka pembuat masalah, bahkan tidak berani mengarahkan matanya kepada sosok tegas yang saat ini sedang menatapnya dengan tajam. Lebih baik dirinya mencari aman, mengarahkan matanya ke lantai marmer mahal yang ada diruangan si bos besar. Menurutnya itu adalah pilihan terbaik. Lelaki yang sedang duduk di singgasananya saat ini memiliki mata yang bisa membunuh siapa saja yang melihatnya.
Tatapan garang yang penuh dengan emosi terlihat seperti pisau yang mengikis tubuh Dino perlahan - lahan. Sangat menyakitkan dan menakutkan.
Mati gua, mati gua ... gumam Dino sejak dirinya tahu bahwa hari ini adalah hari tersial sepanjang sejarah pekerjaannya di sebuah perusahaan penerbit kenamaan. Dan dia sudah bertindak bodoh hingga akhirnya bisa berada di situasi saat ini.
Kesalahan yang di buatnya sebenarnya kecil. Mungkin. Ada beberapa kata. Kurang lebih lima sampai sepuluh kata yang ternyata masih salah dalam pengetikan. Bagi orang lain, hal itu lumrah. Karena manusia itu tidak luput dari sempurna seperti malaikat.
Bahkan mungkin ada yang tidak menyadari atau tidak peduli akan kesalahan kecil yang ada di dalam buku yang mereka baca. Jika di perusahaan lain. Catat! Di perusahaan lain. Semua itu murni hanya kesalahan kecil yang tak perlu terlalu dipikirkan.
Tapi tidak menurut pendapat sang bos besar, 'The Greatest Tavish Daan Louie Hopper' dengan segala kesempurnaannya dan moto gilanya yang selalu diterapkan di setiap perusahaan miliknya 'Zero Mistake'. Tidak boleh ada kesalahan sekecil apapun.
Pria dengan pahatan wajah yang sempurna, tubuh yang sempurna, bahkan kehidupan keluarganya juga terlihat sempurna. Lahir dari latar belakang keluarga konglomerat dan berdarah biru. Karena kesempurnaan itulah yang membuat motto hidup milik The Greatest Tavish Daan Louie Hopper' muncul.
"Maaf pak, akan saya coba untuk cetak ulang kembali dan akan saya tarik buku – buku yang sudah keluar di pasaran." Balas Dino dengan suara sedikit terbata. Dia sangat berharap sarannya ini mungkin bisa meluluhkan kemarahan sang bos besar. Meskipun sedikit, setidaknya dia mencoba mencari solusi dari masalah yang tak sengaja di buatnya.
Bukan kalimat balasan yang didapatnya. Tapi Dino justru mendapat dengusan kecil dari sang bos besar, yang kenapa justru terdengar seperti meremehkan saran yang diajukannya. Dino tentu saja semakin sulit menelan ludahnya sendiri.
Ya Tuhan! Selamatkan lah aku dari ruangan penuh derita ini!
Tamat sudah riwatnya. Mungkin karena kecerobohannya ini, hasil yang dia dapat jika sang bos besar tidak menyukai sarannya tadi ada dua kemungkinan. Yang pertama, pemotongan gaji. Yang kedua, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
RomanceA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...