Prolog

13K 559 226
                                    

————————
Kau pernah mendengar kalimat,"Menunggu lebih baik daripada ditunggu." Maka, kalimat itulah yang sedang aku lakukan.
————————

————————

Bagaimana bisa, aku menunggu orang yang sedang menunggu orang lain?
————————

»☆«

"Jangan tinggalkan aku. Aku benar-benar mencintaimu!" Seorang wanita bertopang dengan kedua lutut. Dia baru saja menyatakan rasa cinta yang sudah lama dipendam. Mata yang berlinang, sejak tadi mengalir tanpa henti.

Berbeda dengan si wanita, seorang pria terdiam dengan semburat merah di pipi. Kata-kata yang selama ini dia tunggu, kini telah terdengar, walau di saat yang tidak tepat.

Wanita itu menunduk lemah--meyakinkan diri. Berharap Dewi Fortuna dapat mengabulkan permohonannya. "Aku mohon ...," lirihnya dengan sesegukan.

Dengan langkah gontai si pria mendekati, dan menyejajarkan tinggi mereka. "Semua sudah terlambat ... kau yang sudah memutuskan." Dia mengelus lembut pipi wanita itu dan menyeka air matanya.

"Pernikahan kami tidak bisa dihentikan," sambungnya. Kini tangis si pria yang mulai memecah.

Sang wanita menatap lekat bola mata hitam yang ada di hadapannya. Cinta mereka menyatu lewat tatapan. Dia kembali menunduk dengan bahu bergetar.

Tidak ada lagi harapan yang bisa dia lontarkan.

Dengan pelan sang pria menarik wanita bermata biru ke dalam pelukan.

"Maaf," lirihnya.

Lawan jenisnya menggeleng. "Tidak, seharusnya aku yang mengatakan hal itu. Jika, saja aku lebih cepat memberitahumu, pasti hal ini tidak akan terjadi," sangkal wanita itu dengan suara serak.

"Terima kasih sudah mau mencintaiku." Si pria langsung mempererat pelukan.

Wanita itu juga mempererat cengkramannya pada baju pria itu. "Maaf."

"Cut!" Suara toak menghentikan mereka, disusul dengan tepukan tangan dari para staf.

"Akting lo keren banget, Val. Gue ngerasa lo benar-benar nembak gue." Tokoh pria itu jalan beriringan dengan lawan mainnya.

"Hati gue beneran deg-degan tahu," sambungnya.

Yang dipuji hanya mendorong bahu si pria dengan senyuman canda. "Alay, lo. Gue, 'kan, memang hebat." Jari yang berbentuk centang dia tempelkan ke dagu.

Perempuan itu kini beralih pada arloji yang melingkar di tangannya. "Gue cabut dulu ya." Tanpa perlu persetujuan, dia langsung pergi meninggalkan sang lawan bicara.

Valentine Goretty atau biasa disebut Val. Gadis berusia tujuh belas tahun, adalah gadis yang baru saja memulai kariernya di dunia entertainment. Paras cantik dan bakat yang dimiliki, membuatnya melejit dengan cepat. Hampir semua waktu disibukkan dengan pekerjaannya sebagai bintang idola.

Seorang wanita yang mulai berusia, datang menghampiri Val dengan beberapa lembar kertas di tangannya. "Setelah ini kau harus melakukan wawancara--"

"Iya, Mah. Val tahu kok." Dia berlari memeluk wanita itu.

"Val, jangan manja. Sekarang aku bukan ibumu, tapi menejer," ujar wanita berambut hitam legam.

Val melepaskan pelukan itu. Tidak lupa dia mengerucutkan bibir. "Iya, Mah. Toh sekarang sudah waktunya istirahat."

IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang