»☆«
Angin kencang, menghalangi setiap murid yang berhamburan keluar. Tidak sedikit yang bergegas pulang, untuk mengantisipasi bila hujan datang.
"Lo yakin bisa pulang sendiri?" tanya seorang lelaki yang baru saja mengecek kondisi luar.
Val mengangguk yakin. "Sebentar lagi gue bakal dijemput kok."
Dengan tatapan cemas, Ragi menghela napas panjang. "Kalau gitu, gue tungguin sampai jemputan lo datang."
Bukannya menerima, Val malah mendorong lelaki itu dengan pelan. "Gue bisa sendiri kok. Lebih baik lo pulang sekarang, sebelum hujan datang."
Ragi melemaskan bahu. "Baiklah, kalau begitu gue cabut duluan. Lo jaga diri baik-baik."
Val mengangguk, sebelum membalas lambaian dari si lelaki.
Angin semakin kencang, ditambah dengan suara guntur yang mengiringi suasana. Namun, hal itu tidak berhasil mengusik kebahagiaan Val sekarang. Kepalanya sibuk mengulang rekaman memori pagi tadi.
"Ret, lo suka boneka gak?" Ragi yang berjalan beriringan dengan gadis itu, entah kenapa langsung bertanya demikian.
"Suka. Suka banget malah." Ekspresi yang diberikan Val tidak dapat dikatakan sebagai kebohongan.
"Lo suka boneka bentuk apa?"
"Babi."
CETAR!
Val terkejut mendengar suara petir tersebut. Tanpa ia sadari, hujan deras telah tiba, disertai dengan angin yang semakin kencang menggesek kulit wajahnya. Ia menggesekkan kedua tangan untuk mengurangi rasa dingin.
Perempuan itu mengedarkan pandangan. Sekolah telah kosong. Tidak ada satu pun orang yang tertangkap oleh penglihatan. Dia pun mengecek arloji yang mengelilingi pergelangannya.
"Mamah, kok belum datang juga?"
Baru saja dia berujar demikian, sebuah mobil dengan kecepatan tinggi datang menghampiri.
"Ma … mah?" Kalimat Val terjeda, ketika wanita itu keluar dari mobil dan menembus hujan tanpa alat pelindung satu pun. Bahkan dia tidak peduli dengan cipratan lumpur yang mengenai pakaiannya.
Wanita itu berlari, dan meraih tangan sang anak dengan panik. Bahkan sangat panik. Membuat Val mengerutkan dahi.
"Val, kamu tidak apa-apa, 'kan?" Dengan mata memerah, wanita itu mengecek setiap inci sang anak. Val dapat melihat tubuh ibunya bergetar, tanda dipenuhi rasa takut.
"Aku baik-baik saja, Mah. Emangnya kena--" Kalimat Val terpotong, ketika Mis menariknya dengan paksa--menuntun dia untuk memasuki mobil.
Tanpa banyak bicara, Mis langsung menancap gas mobil--meninggalkan tempat itu.
"Mulai sekarang, kamu harus keluar dari sekolah ini."
***
Di atas kasur, seorang perempuan sibuk memainkan ponselnya. Sudah berjam-jam waktu yang ia habiskan untuk mengurung diri. Hal ini ia lakukan sebagai bentuk protes.
Sore tadi, dia dan Mis bertengkar hebat. Bagaimanapun, Val tidak terima dengan keputusan sepihak yang diberikan oleh sang ibu. Tanpa alasan, wanita itu tiba-tiba menyuruhnya untuk berhenti sekolah. Bukankah itu terlihat tidak logis?
KAMU SEDANG MEMBACA
IYA, LO!
Novela Juvenil#1 in teenfiction 26/12/19 #4 in asik 05/02/19 Amazing cover by @kimfina14 Aku bukanlah playgirl! Aku hanyalah perempuan yang bingung di zona cinta segitiga ini. (ᴖ◡ᴖ)♪ SAY HELLO TO BUCIN!!