33. Bermain Tebakkan (a)

588 32 11
                                    

____________________________
Aku mencari perhatianmu karena aku suka kamu. Hanya karena itu. Namun, kenapa kau tidak peka?
____________________________

»☆«

Tempo langkah yang semula pelan, dengan perlahan beralih menjadi cepat di sebuah koridor. Begitu juga langkah orang yang mengekorinya. Dia tidak berhenti mengejar perempuan itu, sampai ia menemukan jawaban. Namun, perlakuan tersebut yang memicu sang gadis berjalan cepat. Dia muak dengan rentetan pertanyaan yang dilontarkan oleh si lelaki.

"Val, lo gak ada ngerasa kejadian aneh akhir-akhir ini?"

"Lo gak ngerasa diikuti seseorang?"

"Atau lo gak ngerasa cema--"

Tiba-tiba si pemilik nama menghentikan langkah ketika mereka menginjakkan kaki di tempat tujuan--tempat latihan. "Rey, lo bisa gak, sih, diam? Gue, 'kan, udah bilang ke lo, kalau gue itu gak apa-apa. Jangan sok perhatian gitu ke gue, gue gak suka."

"Asal lo tahu. Pertama, gue gak ada ngerasa yang aneh akhir-akhir ini. Kedua, gak ada yang ikutin gue. Ketiga, gak ada alasan yang buat gue cemas," sambungnya, tidak peduli dengan riuh kesibukan.

"Tapi kejadian kemarin, gue rasa sudah cukup untuk menjawab tiga pertanyaannya itu." Ini bukan suara Rey. Seorang lelaki mendekati mereka dengan ekspresi yang sulit untuk ditebak.

Val tersenyum kaku. Dia tidak menyadari kalau ada orang lain yang mendengar percakapan mereka. "R-Ragi?"

Dua lawan satu. Mereka berhasil menyudutkan Val. Membuat si gadis bingung harus bersikap apa.

"Bagaimana bisa lo gak ngerasa cemas, ketika gue sendiri merasa cemas melihat lo gak sadarkan diri?"

Val bungkam. Dia tidak bisa membalas tatapan serius yang dilayangkan padanya.

"Bahkan Miss sendiri ngerasain hal yang sama." Kali ini Rey yang angkat bicara.

Oke, sekarang berubah menjadi tiga lawan satu. Val sudah kehabisan kata-kata untuk menghadapi mereka. Padahal yang ia katakan tadi benar adanya. Dia sama sekali tidak merasa cemas setelah kejadian kemarin. Logikanya menganggap bahwa ini adalah hal biasa bagi seorang bintang idola.

"Hei, kenapa kalian begitu serius?" Hani yang baru saja berbaur langsung menggantungkan salah satu tangannya di bahu Ragi dengan wajah yang sangat ceria.

"Gue bosan. Kalian mau main bareng gue? Ini permainan yang sangat seru dan lagi ngetren," sambungnya.

Entah kenapa suasana malah menjadi kaku. Namun, di saat seperti inilah yang menjadi peluang buat Val.

"Boleh," balas Val dengan senyum merekah. Jujur, dia sangat enggan menerima tawaran dari gadis itu. Namun, ia harus terima, untuk menghindari suasana menegangkan yang tercipta sebelumnya.

Mendengarkan jawaban dari Val, kedua lelaki itu pun memasang ekspresi pasrah.

"Permainan apa?" tanya Rey terdengar tidak ikhlas. Sedangkan Ragi memilih untuk mengikuti apa kata sahabatnya.

"Oke, gue jelasin. Permainan ini namanya truth or truth. Jadi, kalian harus jujur dengan pertanyaan yang diberikan. Jawaban di tulis di lembaran kertas, tanpa harus menulis identitas. Jadi, permainan ini bersifat rahasia."

"Hmm ... bagaimana? Mengerti?"

Semua menjawab dengan anggukkan. Mereka pun mempersiapkan alat permainan yang dibutuhkan.

IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang