21. Maaf, Ayah ....

1.5K 75 17
                                    

Masa lalu, adalah bekal di masa depan. Terlihat mengecewakan, tetapi cobalah untuk mengikhlaskannya.
-•°•-
.
.
.

Seorang anak kecil terbangun dari tidur, bukan karena pagi, melainkan rasa lapar yang menyerang perutnya. Hingga dia melangkah keluar dari ruangan.

"Ayah," panggilnya dengan suara serak.

"Ayah." Dia berjalan pelan, menuju ruang istirahat pria itu. Namun, hanya ruangan kosong yang ia dapatkan. Bagi seusianya, kebanyakan mereka akan menangis jika sosok super hero mereka tak kunjung ditemukan, tetapi tidak untuknya. Ayahnya sangat benci dengan orang cengeng. Dan dia tidak suka kalau sampai dibenci oleh sosok yang ia sayangi.

Hingga suara benda jatuh berhasil menarik perhatian.

"Ayah?" Ada rasa takut diucapannya, tetapi dia berusaha memberanikan diri untuk berjalan ke sumber suara. Semoga saja yang sedang ia harapkan benar terjadi.

Sampai langkahnya terhenti, ketika berhasil menemukan sosok yang sejak tadi ia cari. Namun, bukan ekspresi senang yang ia tampakkan, melainkan ekspresi penuh ketakutan.

"Ayah?" getirnya.

Bagaimana tidak, sosok yang seharusnya menjadi super hero kini sedang terduduk dengan botol-botol alkohol yang mengelilinginya. Bahkan, baju yang harusnya terlihat rapi, kini berubah menjadi kusut.

Bahunya seketika meneggang.

Dia merasa takut dengan sosok ayahnya yang telah berubah. Dia pun memutuskan untuk bersembunyi. Namum, seketika dia berhenti, ketika sosok itu menoleh ke arahnya.

"Anak ayah belum tidur?" sunggingnya dengan pandangan yang tidak jelas.

"T--tadi gak sengaja terbangun, Yah."

Alih-alih si pria malan menyunggingkan smirk-nya. "Suara ayah mengganggu tidurmu ya?"

Dengan pelan bocah itu menggeleng, "Perutku lapar," ucapnya hampir berbisik.

"Lapar?"

Kali ini bocah itu mengangguk. "Iya, lapar. Ayah, aku mau mak--"

"APA?! MAKAN?! KAMU GAK LIHAT APA? KEPALA AYAH INI, RASANYA MAU PECAH! TAPI SEMPAT-SEMPATNYA KAMU MINTA MAKAN?! KENAPA KAU TIDAK MINTA MAKAN PADA WANITA JA*ANG ITU SAJA?!" Mata yang memerah, penuh luapan emosi, dia layangkan pada sosok yang merupakan darah dagingnya sendiri.

Dengan penuh ketakutan bocah itu berjalan mundur--berusaha menjauh dari si pria.

Sosok ayah itu bangkit berdiri. "Mau ke mana kamu, Anak Brengsek!" Dia langsung berlari, mengejar anaknya yang hendak pergi.

"Ayah, ampun ...," mohonnya yang tidak berani menatap tatapan penuh amarah dari sang ayah. Namun, ekspresi anak itu tidak mempengaruhi si pria--dia malah semakin membabi-buta.

Dengan penuh emosi, pria itu menarik dengan paksa. "Ikut ayah!" Dia menggenggam tangan anak itu dengan sangat kuat. Tidak ada rasa kasihan di dalam hatinya.

"Ayah, maaf. Tanganku ... sakit ...," getirnya yang berusaha memberontak, tetapi apa daya, bocah seperti dia pastinya tak sebanding dengan si sosok pria.

Tanpa sadar dia berhasil mengeluarkan air mata ketakutan. Memuncaklah emosi pria itu melihat anaknya menangis--hal yang paling sangat dia benci.

"NANGIS?! KAMU BERHENTI GAK NANGISNYA!! ATAU AYAH PUKUL KAMU!" bentaknya dengan mata memerah. Urat-urat di leher terlihat sangat jelas. Tanpa berpikir panjang, dia melepaskan ikat pinggang yang ia kenakan. Dengan emosi membara dia melepaskan cambukan ikat pinggang itu ke anaknya.

Plak!

"Kamu rasain ini!" bentaknya dengan tanpa ampun.

Sontak anak itu merintih kuat, "AYAH, SAKIT!!" Tangisanya semakin deras. Namun sayangnya pria itu tidak menggubris. Dia malah semakin membabi-buta melayangkan cambukan.

Bocah itu hanya bisa merintih, menahan rasa sakit. "Ampun, Ayah ...," rintihnya dengan rasa sakit di tubuh.

Plak!

Suara cambukan kedua itu semakin kuat. "SUDAH AYAH BILANG KE KAMU, AYAH PALING BENCI SAMA ANAK YANG CENGENG!" Cambukan dia layangkan lagi.

Emosi telah membutakan matanya. Dia lupa bahwa yang ia cambuk adalah anaknya.

"Sakit, Yah," rintih anak itu lagi dengan air mata yang berlinang.

-•°•-
.
.
.
TBC

Sudah lama gak up

Sorry ya, tugas kuliah ane banyak banget 😣

Tapi, aku bakal berusaha nyuri2 waktu up buat nulis kok 😂

Seperti biasa, kalau mau next kilat, aku tunggu 50 votenya 😂

IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang