Pengakuan (2)

1.2K 71 5
                                    

-•°•-
.
.
.

Seorang wanita menggoncang tubuh perempuan yang tertidur di sebelahnya. "Val, bangun! Kamu mau tidur di mobil? "

Dengan pelan si pemilik nama mengerjap pelan. Namun, rasa kantuk seolah-olah melarang dia untuk membuka mata. Val kembali memejamkan matanya, dan hanya mengubah posisi tidur.

"Nih, anak, malah kembali kebo." Merasa kesal dengan anak semata wayangnya, dengan kasar dia menghadiahi sebuah jitakkan.

"Aww!" pekik Val terkejut. Tangannya mengelus-elus kepala. "Mamah, jahat!"

Wanita itu malah keluar dari mobil. "Kalau mamah jahat, pasti udah mamah biarikan kamu tidur di sini," ucapnya sebelum benar-benar meninggalkan sang anak.

Val hanya bisa menggerutu. Dengan malas dia melangkah keluar, dan menyusul sang ibu. Dia langsung berjalan menuju kamar. Entahlah dia dalam kondisi sadar atau tidak, kakinya seperti berjalan secara otomatis, dengan mata setengah tertutup.

Ketika ia tiba di dalam kamar, dengan cepat dia menghempaskan tubuh ke kasur. Matanya pun langsung tertutup dengan rapat. Namun, suara dering ponsel--terdapat pada saku celana--berhasil mengusik. Dengan tenaga yang tidak sepenuhnya terkumpul, Val merogoh ponsel itu, dan langsung menekan tombol hijau.

"Ret, lo udah lihat foto yang gue posting di instagram gak?" tanya si pemanggil itu langsung.

Val hanya menggeleng pelan--masih dengan mata tertutup. "Belum," ujarnya dengan suara serak.

Terdengar suara helaan panjang dari lawan bicaranya. "Entar lo lihat deh."

"Hmm ... Ret?"

Val hanya bergumam.

"Setelah gue lihat-lihat, lo rada mirip dengan, Val deh."

Mendengar itu Val tersenyum, entahlah dia benar-benar dalam kondisi sadar atau tidak, karena rasa kantuknya semakin tidak tertahan. "Serius?"

"Iya, mungkin kalian terlihat seperti saudara kembar ...,"

" ... sama-sama cantik."

Val hanya tersenyum halus. "Kalau gitu lo suka sama gue dong? 'Kan lo suka sama, Val."

"Mending lo sama gue aja, yang sudah pasti siap nerima lo," sambungnya entah itu benar-benar berdasar keinginan.

Sontak Ragi dibuat bingung. "Ini, Rety, 'kan?" Dia berusaha meyakinkan siapa orang yang ia telepon.

"Bukan, gue, Val," gumamnya hampir berbisik.

Sontak Ragi memasang wajah tidak percaya. Tidak mungkin yang sekarang ia telepon adalah Val. Kalau benar, ini seperti kebetulan di dalam sebuah kebetulan.

"Val? Lo gak usah bercanda deh, Ret. Ini Rety, 'kan?" tanyanya meyakinkan.

Hening, tidak ada jawaban yang diterima.

"Ret, lo dengar gue, 'kan?" Lagi-lagi hanya keheningan yang dia dapatkan.

Tak kunjung mendapatkan balasan, dia memutuskan untuk mengakhiri panggilan.

-•°•-
.
.
.

TBC

Lagi malas banyak bicara. 😂

Intinya, kalau suka sama nih cerita

Jangan lupa vote 😘

IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang