30. Rey, Jangan Cemburu

521 28 2
                                    

___________________________________
Percayalah, apa yang kau abaikan, itu juga yang akan menyakitkanmu.
__________________________________


»☆«

Seorang perempuan berjalan dengan gontai. Rambut berantakan serta piama yang masih dikenakan, ia abaikan. Dia hanya ingin membasahi kerongkongannya, setelah berjam-jam ia habiskan dengan beristirahat.

"Loh, Val? Kok kamu gak siap-siap?" Mis yang baru saja turun dari tangga terheran-heran melihat anak tunggalnya.

"Siap-siap buat apa? Pagi ini, 'kan, gak ada jadwal. Lagian aku sudah keluar dari sekolah." Ia mencoba untuk menyinggung kejadian kemarin.

"Mamah, tarik kata mamah kemarin."

Sontak Val membuka mata lebar-lebar. "Serius? Bukan--"

"Kalau kamu bertanya sekali lagi. mamah bakal berubah pikiran."

Dengan senyuman lebar, gadis itu berlari menuju Mis dan mengecupnya. "Makasih, Mamah!" Dia pun langsung berlari menaiki tangga, hendak bersiap-siap.

"Jangan lama-lama. Katanya Rey, dia mau berangkat bareng kamu."

Sang gadis menghentikan langkah. "Hah? Rey, mau jemput, Val?" tanyanya mengingat kejadian yang sering terjadi di dunia fiksi.

"Bukan, katanya dia yang mau nebeng. Jadi, kamu yang ngejemput."

Val mengerutkan bibir.

Dasar cowok gak modal!

***

Hampir semua kelas mulai sibuk dengan persiapan acara yang tinggal hitungan hari. Mereka berusaha keras untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sama hal dengan kelas 11B sekarang. Bersantai bukanlah hal yang mudah untuk mereka lakukan sekarang.

Semenjak Rey dipilih sebagai pemeran utama, waktu lelaki itu tersita hanya untuk menghapal dialog …

dan dialog.

Tidak hanya sampai di situ, ia harus bertemu dengan Hani setiap hari. Seperti saat ini, ia sedang berlatih dialog dengan gadis itu. Namun, fokusnya bukan pada kegiatan itu. Bisa dikatakan, pikiran dan raga berada di tempat yang berbeda.

Sedari tadi ia tidak berhenti memperhatikan dua insan yang sedang bercanda ria atau bermesraan (?)

Siapa lagi kalau bukan Ragi dan Val, yang juga disibukkan dengan menyusun rangkaian bunga.

"Rey, fokus sama dialog!" ucap salah satu temannya, diiringi dengan pukulan kertas.

Rey pun mengembalikan fokus pada lembaran yang ia pegang. Namun, belum beberapa lama ia memainkan peran, kegiatan Val dan Ragi berhasil membuyarkan fokus. Bagaimana tidak? Dia dapat melihat Ragi memasang sebuah bunga di sela daun telinga si gadis. Dia dapat melihat Val yang tersenyum malu atas perlakuan tersebut.

"Ini tidak bisa dibiarkan," gumamnya yang tanpa sadar meremas kertas yang dipegang.

Dia sangat geram.

Sesuai dugaan, Ragi tidak mau terlambat melangkah darinya.

Lo lihat saja nanti! batin Rey.

"Rey! Kenapa kertasnya lo remes?!" bentak sang sutradara.

Sontak Rey terkejut dan melihat kertas yang dimaksud. Dengan cepat ia memperbaiki kertas yang sudah rusak.

***

"Nih, minuman buat lo." Ragi menyodorkan sebotol air ke pada Val.

IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang