42. Pulang Bareng, Yuk!

232 10 4
                                    

________________________
“Ketika hati dihadapkan dua tempat untuk berlabuh. Kau harus memilih untuk meletakkan jangkar sesuai angin yang membawamu.”
_______________

»☆«


"Selamat datang, Rety!" Hani bersama antek-anteknya tersenyum penuh kebahagiaan menyambut gadis itu.

"Hai." Val tidak ingin berurusan lama dengan mereka. Ia pun hendak meninggalkan tempat itu.

"Hei!" Salah satu antek gadis itu menghalangi jalannya. "Lo, kok, buru-buru banget? Padahal kami baru aja nyambut lo."

"Apa orang tua lo gak pernah ngajarin yang namanya sopan santun?" Hani berjalan mendekati gadis itu.

"Tapi, gue buru-buru."

Hani tersenyum sumbang. "Buru-buru, atau lo takut sama gue?"

Val mencari cela untuk kabur. "Maaf, gue lagi buru-bu--"

BUK!

Kaki Hani berhasil menjatuhkan tubuh gadis itu. Dan itu berhasil membuat antek-anteknya terhibur.

Val mencoba bangkit.

"AWW!" rintihnya sangat kuat ketika kaki Hani menginjak jari-jarinya.

"Rety, lo harus tahu. Gue itu paling benci sama orang yang gak jawab pertanyaan gue." Ia semakin kuat menginjak tangan gadis itu. Tidak peduli dengan tintihan yang ia dengar. "Rasanya mulut orang itu pengen gue cabik-cabik."

Hani menengadahkan tangan pada salah satu anteknya. Mereka pun memberikan sebuah lipstik ke pada gadis itu. Dengan kasar, ia pun langsung mencengkeram dagu Val. "Apa karena lo gak percaya diri dengan muka lo yang pas-pasan? Mau gue ajari bagaimana caranya cantik?"

Ia pun langsung mengoleskan lipstik berwarna merah terang itu di bibir Val secara acak.

"Nah, kalau kayak ginikan lo jadi keliatan cantik." Ia melepaskan cengkramannya. "Jadi, mirip kayak Valentine Gorrety."

Dia pun langsung membersihkan kedua tangannya, seolah-olah apa yang tadi ia lakukan adalah hal yang menjijikkan. "Atau emang lo Valentine Gorrety?"

Val membelalak lebar. Rahangnya seketika mengeras. Bagaimana Hani bisa tahu?

Sontak Hani tertawa bahagia. "Kenapa muka lo tegang banget? Gak mungkinlah lo itu, Val! Ngaca woy! Muka lo aja kualitas rendahan."

"Mungkin dia perlu mandi supaya terlihat cantik," ujar salah satu anteknya yang siap dengan seember air.

Hani tersenyum sinis. "Tolong dimandiin ya," perintahnya sebelum meninggal gadis itu.

BYUR!

Seember air berhasil membasahi tubuh perempuan itu. Val hanya bisa terdiam menahan emosi, walaupun matanya kini memerah. Namun, hanya itu yang bisa ia lakukan.

Ia pun mencoba bangkit, ketika orang-orang itu sudah pergi meninggalkannya. Dia memilih untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum memasuki kelas. Mungkin lipstik di wajahnya bisa ia bersihkan, tetapi pakaian yang basah tidak bisa atasi. Pasalnya dia tidak membawa baju ganti. Dengan terpaksa ia harus masuk ke dalam kelas dengan kondisi basah kuyup.

IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang