25. Tangisan Sang Ratu (a)

1.4K 77 13
                                    

Kenapa hidup ini semakin rumit?

-•°•-
.
.

Anak tangga memperlihatkan seorang perempuan lengkap dengan seragam sekolah. Dengan wajah berbinar, ia melangkah menuju tempat Miss berada, yaitu tempat makan. Sedangkan sang ibu, sibuk dengan ponsel canggihnya.

"Val," panggilnya ketika mendapati sang anak duduk di salah satu kursi makan.

Val hanya menyahuti dengan gumaman, karena mulutnya sedang sibuk mengunyah roti.

Miss menyodorkan layar ponsel tepat di depan Val. "Jangan bilang kamu suka sama dia."

Si pemilik nama memberi jarak untuk melihat baik-baik apa yang ada di layar ponsel itu. Ternyata terdapat foto dirinya bersama dengan Ragi. Sontak hal itu, membuatnya tersenyum malu. "Ahh, Mamah tahu aja deh."

Miss hanya tersenyum melihat respons si anak.

"Mah, kalau Val sama dia ... Mamah setuju gak?" tanyanya sembari menaik turunkan alis.

"Kalau mamah, sih, setuju aja. Kelihatannya, cowok ini memiliki sikap yang baik."

Val tersenyum girang. "Yes! Mamah tahu aja kalau dia orang baik."

"Iya, dong. Tapi, mamah lebih setuju, sih, kamu sama Rey."

Lagi-lagi wanita itu berhasil membuat raut wajah Val berubah menjadi masam. "Dibilang Val gak suka dan gak mau sama Rey, Mah!" gerutunya.

"Lah, 'kan, mamah cuma bilang kalau mamah lebih setuju kamu sama Rey. Itu bukan berarti mamah larang kamu suka sama cowok tadi, apalagi maksa kamu sama Rey."

"Iya, iya, Mah." Val memilih untuk tidak berdebat panjang. Dia pun mengambil ponsel sekadar mengecek akun sosial media. Namun, pergerakkannya terhenti ketika melihat sebuah pesan.

Ragi: Kayaknya lo udah tidur. Maaf kalau gue ngeganggu. Btw, gue harap lo bisa kasih kepastian soal ucapan lo kemarin. Oke deh, selamat tidur dan good night.

Sontak Val membelalak lebar, hampir saja dia mengeluarkan roti yang ada di dalam mulut. Apa kepastian!? Gue ngomong apa tadi malam ke dia?

Dia benar-benar tidak mengingat kejadian apa yang ia lakukan kemarin. Yang hanya teringat, ketika bunyi ponsel yang mengusik tidurnya. Dan semua ingatan setelah itu, hilang ke dalam mimpi.

Apa jangan-jangan, kemarin Ragi ada nembak gue? Val mencengkram rambutnya kuat.

Semoga aja enggak, karena gue belum siap secara jiwa dan raga!

"Val, kamu kenapa?" tanya Miss yang bingung dengan perubahan sikap anaknya.

Tidak menggubris ucapan wanita itu, Val dengan cepat menghabiskan sarapan, untuk bersiap-siap ke sekolah.

***

"Val, kok kamu gak turun? Buruan!" Perintah Miss melihat sang anak kekeuh dengan posisi duduknya.

Sudah beberapa menit yang lalu, mobil yang mereka tumpangin berhenti di sekolah, tetapi Val hanya memilih untuk diam.

Bagaimana ini ... gue masih belum siap ketemu sama Ragi. Gue belum siap memberikan jawaban ke dia. Haruskah gue menghindar? batinnya. Sejak tadi hanya pikiran itu yang memutar di kepala.

Hingga sebuah jitakan berhasil mendarat di kepalanya. Membuat ia meraung kesakitan.

"Kamu ini, kebiasaan kalau orang tua lagi bicara gak digubris. Cepat buruan turun! Mamah, ada urusan."

IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang