9. Perasaan yang Terulang (a)

1.8K 125 6
                                    

________________________
Seandainya aku tahu semua ini dari awal. Dapatkah aku menghindar?
__________________


»☆«

Seorang perempuan sedang berjalan riang. Namun, matanya sibuk menyusuri setiap tempat. Sebenarnya dia sedang mencari Ragi. Dia tidak peduli dengan ancaman yang diterima kemarin.

"RAGI!" teriak Val, ketika mendapat Ragi sedang duduk di bangku taman sekolah. Tidak hanya itu, sebuah laptop bertengger pada pangkuannya.

Lelaki itu menoleh, dan tersenyum.

"Ada apa nyari gue?" Kini perempuan itu duduk tepat di sebelahnya.

"Gak apa-apa. Gue lagi pengen nyari lo doang."

Ragi hanya manggut, sebelum kembali berfokus pada layar laptopnya. Berbeda dengan Val, dia menjadikan lelaki itu sebagai fokusnya. Bagaimana tidak? Dia melihat perubahan raut wajah Ragi.

"Lo kenapa gugup?"

"Hari ini pengumuman lomba. Dua minggu yang lalu, gue ikut lomba fotografi."

"Sungguh?"

Ragi mengangguk yakin.

"Kalau begitu gue berdoa supaya lo bisa menang."

Lelaki itu berpikir sejenak. "Oh, iya, Ret. Gue bisa minta tolong gak?"

"Apa?"

"Kalau gue menang, mau gak lo turuti satu permintaan gue?"

Sontak Val terkekeh. "Itu bukan minta tolong sepertinya. Tapi, ngajak taruhan secara halus."

Ragi hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Jadi?"

"Boleh. Gue terima tawaran lo."

"Serius?"

Val mengangguk.

"Oke, makasih ya, Rety." Ragi menggenggam tangan Val dengan erat.

Perlakuan Ragi membuat kupu-kupu yang ada di dalam perempuan itu hendak keluar.

Ragi kembali fokus pada laptopnya. Namun, itu tidak bertahan lama. "Rety, gue gugup."

Melihat tingkah laku yang seperti anak kecil, ingin rasanya Val mencubit gemas pipi lelaki itu.

Dia tersenyum lembut. "Santai aja. Yang penting lo udah berusaha, dan ikut berpartisipasi. Apa pun hasilnya lo harus siap menerima."

Seperti ada dorongan yang membantu maju, Ragi dengan mantap membuka website pengumuman lomba. "Ret, lo jangan lupa dengan janji kita."

Val meyakinkannya.

Mata mereka kini sibuk melihat informasi lomba itu. Ragi tidak behenti men-scroll layar laptop.

Seketika pandangan lelaki itu melemah. "Gue gak menang …." Terdengar suara helaan panjang darinya.

Namun, Val mengecek ulang informasi tersebut.

"RAGI! LO MENANG!"

Sontak Ragi mengecek apa yang dikatakan Val, seraya memasang ekspresi tidak percaya. Tidak perlu menunggu lama, sebuah senyuman lebar pun terbit. "Iya! Gue menang!"

Namun, keadaan seketika berbanding terbalik. Val bingung harus berekspresi apa. "Ragi, ini Hani, 'kan?" Dia menunjukkan foto yang ada di layar laptop si lelaki.

Sontak Ragi terkekeh pelan sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Iya, foto ini yang gue ikut sertakan."

Ragi memperhatikan foto itu, tanpa sadar senyuman kecil timbul di sudut bibirnya. "Dia terlihat cantik ya."

"Gue jadi bersyukur punya sahabat kayak dia."

Bagai ditusuk pedang panas. Val harus menelan kenyataan pahit. Tanpa harus berpikir keras, dia tahu bahwa ucapan itu mengartikan tolakan cinta dari harapannya.  Namun, sialnya dia malah menampakkan senyuman manis, bersama lesung pipit yang menghiasi.

Haruskah dia mundur ketika dia baru saja memasang senjata perang?

Bodoh.

Namun, sayang … akting Val berhasil menipu si lelaki. Ragi sama sekali tidak menyadari apa yang sedang ia rasakan.

"Ret, coba lihat deh." Dia memperlihatkan jepretan yang lain. "Keren gak?"

Val terdiam. Pandangannya masih kosong. Perasaan terus saja berkecamuk.

"Ret?" Dia melambai-lambaikan tangan di depan wajah Val.

Sontak Val mengerjap dengan cepat. "Eh, apa tadi yang lo bilang?"

Ragi menghela napas panjang. "Lo gak apa-apa, 'kan, Ret?" Ada raut kecemasan di wajahnya.

"Enggak kok, gue gak apa-apa. Jadi, permintaan lo apa?" tanyanya berusaha mengalihkan pembicaraan.

Ragi berpikir sejenak. "Gue bingung. Nanti aja deh gue kasih tahu."

"Hmm … kalau gitu gue cabut dulu ya. Ada urusan." Lagi-lagi atktingnya berhasil. Lelaki itu mengiyakan ucapan itu.

Ya, aku hanyalah seorang pencundang. Berlari ketika perasaan sakit itu merusak hatiku.

»TO BE CONTINUE«

»TO BE CONTINUE«

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang