37. Ketika Berhenti

416 17 9
                                    

______________________
Menarik napas dalam-dalam seperti napasmu, walaupun aku tidak akan mampu memahami kedalamannya. Itu tidak apa, aku akan tetap merangkulmu.
_____________________

»☆«

Senyum merekah menjadi penabur suasana di sebuah ruangan yang cukup luas. Perbincangan bahkan tidak berhenti mengisi ruang tersebut sejak tadi. Hiruk pikuk tidak membiarkan dua orang insan untuk merasakan keheningan. Yang bisa mereka lakukan hanyalah diam dengan tatapan kosong. Setelah mereka melakukan adegan yang berhasil menggencarkan para penonton, mereka pun hidup seperti raga tanpa jiwa. Mereka juga tidak peduli dengan ucapan selamat atau pujian yang diterima.

Seorang perempuan yang baru saja menyelesaikan tugas, berjalan menghampiri mereka dengan deretan gigi putih. "Ayo foto bareng!" ajaknya dengan tangan yang siap memegang sebuah kamera.

Secara bersamaan kedua lelaki itu menggeleng pelan--masih mengenakan kostum teater.

Rey bangkit berdiri hendak menghilang dari pandangan si perempuan. Namun, Val dengan cepat mencekal tangannya. "Rey, mau ke mana? Lo gak mau foto bareng?"

Tanpa menoleh, tanpa berbicara, Rey melepas genggaman itu dan pergi begitu saja.

Val mengerucutkan bibir. Dia beralih pada lelaki yang masih terdiam. "Ragi, lo mau, 'kan, foto bareng gue?" mohonnya dengan puppy eyes.

Berbeda dengan Rey, lelaki itu malah tersenyum lembut, seolah Val berhasil menghilangkan apa yang ada di pikirannya. "Ayo."

Val meloncat kegirangan. Keinginannya tercapai pada hari ini juga. Ingatkan dia untuk mengganti wallpaper ponsel dengan foto yang akan mereka berdua abadikan ini. Dia juga meminta Jes untuk memotret mereka--kebetulan lewat.

Val pun langsung berlari dan berdiri di sebelah lelaki itu.

"Di tengah kalian ada setan, makanya jaraknya jauhan begitu?" sindir Jes setelah mengatur kamera bak seorang fotografer.

Val tersenyum kaku. Bukannya dia tidak mau berdekatan dengan si lelaki, tetapi dia takut kalau Ragi merasa risi akan hal itu. Namun, belum sempat dia bertindak, tak disangka, Ragi lebih dulu mempersingkat jarak di antara mereka.

Val tertegun.

Detik itu juga, ia berusaha menahan napas. Sungguh, ini adalah jarak terdekat yang pernah mereka lakukan. Dia bahkan dapat mencium aroma minyak wangi lelaki itu.

"Oke, gue foto ya!"

"Saaatu."

"Duuua."

"Tiii ...." 

Grep!

Sebuah rengkuhan dengan cepat menarik Val menjauh dari Ragi.

"Ga!"

Potretan pun terabadikan, tetapi semua mata tertuju pada sang pelaku. Rey, dialah si perusak hasil gambar tersebut. Seolah tak acuh, dia malah membalas dengan tatapan tanpa rasa bersalah. "Kenapa? Katanya foto bareng?"

Dengan kesal, Val melepas rengkuhan lelaki itu. Rey benar-benar mengacaukan rencananya. Tidak ingin berurusan lama, mereka memilih untuk melanjutkan aktivitas itu. Mereka juga mengambil posisi masing-masing, dengan Val di apit kedua lelaki tersebut. Namun, alih-alih Ragi menarik Val untuk mendekat ke padanya. Rey yang melihat, juga tidak mau kalah. Dia menarik kembali gadis itu.

IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang