12. Sedikit Penasaran, Mungkin?

1.8K 98 12
                                    

Hanya ingin menerima perhatianmu. Boleh, 'kan?

—•°•—
.
.
.

"Saya sebagai Wali Kelas, mohon maaf yang sebesar-besarnya pada Anda," mohon  seorang wanita yang masih terduduk di kursi kebangsaannya. Ekspresi bersalah dia tampakkan.

Saat ini Rey dan Val sedang mengisi ruangan wanita berkacamata, setelah drama dari kedua tokoh tersebut.

"Tidak apa-apa," ucap si lelaki, berusaha menjaga image sebagai bintang idola. Namun, itu membuat Val tersenyum muak.

"Ret," panggil wanita itu, disusul dengan tatapan penuh isyarat.

Val yang mengerti, langsung mengembus napas panjang. "Saya merasa sangat bersalah. Jadi, saya mohon maaf." Terdengar lembut, tetapi berbanding terbalik dengan suasana hatinya. Kalau bukan karena perintah si wanita, pasti dia tidak sudi melakukan.

Rey hanya tersenyum lembut. "Tidak apa-apa." Kini pandangannya beralih pada wanita itu. "Bolehkah saya berbicara empat mata dengannya?"

Val sedikit terkejut dengan permintaan nekat Rey. Di dalam hati dia hanya bisa berdoa, supaya apa yang diharapkan lelaki itu tidak terkabul.

Namun, wanita itu malah tersenyum, sembari mengiyakan permintaan Rey. Tanpa menunggu lama, dia juga pergi meninggalkan mereka.

Setelah dia benar-benar menghilang dari pandangan mereka, Val tanpa diduga bangkit dan menghampiri Rey.

"Gue muak, sama lo. Sebenarnya tujuan lo ke sini ngapain, sih?"

"Tenang dulu … lo tenang, gue juga bakal enak ngejelasinnya." Rey menuntun gadis itu untuk kembali duduk di dekatnya.

"Jadi, tujuan lo ke sini ngapain?" Kini terdengar lebih tenang.

Alih-alih Rey menampakkan senyuman. "Jawabannya, karena sekarang gue lagi rindu sama lo, tapi gak tahu nanti."

"Gak tahu nanti? Maksudnya gak tahu entar lo bakal rindu lagi sama gue atau enggak? Coba kalau ngomong langsung to the point. Lo kayak cewek tahu gak."

Dengan cepat Rey menggeleng. "Bukan, maksud gue gak tahu entar. Gue yang bakal rindu sama lo, atau lo yang bakal rindu sama gue."

Val berusaha menahan luapan emosi, lagi-lagi Rey bercanda. Dia menghela napas panjang. "Semoga tidak kedua-duanya. Gue serius. Lo ngapain ke sini?" Tatapan penuh itimidasi dia layangkan.

Rey memperlihatkan kelingan jail, dan memangkas jarak di antara mereka. "Lo penasaran sama gue?"

Merasa geram dengan sikap Rey, Val menggenggam kuat rahang bawah lawan bicara--sampai pipinya terangkat ke atas. "Untuk apa gue penasaran sama lo. Kayak gak ada yang lebih penting dari itu."

"Ya, udah, lo gak usah perlu tahu jawabannya kalau gak penting," ucapnya setelah Val melepas cengkraman.

Harusnya gue gak jawab kayak gitu tadi. Val menyesali ucapannya.

Rey mengecek arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Dia pun bangkit berdiri. Namun, gadis itu menahan pergerakannya.

"Kenapa? Lo mau bilang penasaran?"

Dengan cepat Val melepas genggamannya. "Enggak tuh." Dengan ketus dia membuang muka.

Rey hanya terkekeh pelan melihat ekspresi perempuan di dekatnya. Tidak hanya itu saja, dia menyentil dahi Val. "Bodoh …."

"Siap-siap lo bakal terkenal di sekolah lo. Atau … mungkin seluruh publik?"

Gadis berambut pendek itu terdiam.berusaha mencerna apa maksud ucapan itu.

"Kalau butuh bantuan gue, bilang aja," sambungnya sebelum pergi dari ruangan itu

—•°•—
.
.
.
.

TBC

Di saat seperti ini, Ragi lagi ngapain ya? ≧﹏≦

IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang