7. Benih Haters (a)

2K 120 7
                                    

__________________________
Haters adalah penyemangat dengan cara yang berbeda.
____________



»☆«

Seorang perempuan sedang mengintai sekeliling dengan tubuh yang sedikit menunduk.

"Ragi," ujar Val pelan. Bahkan sangat pelan. Namun, lawan bicaranya masih dapat mendengar suara itu.

"Iya?" Dia sedang asik menyeruput minuman dingin miliknya.

Saat ini Ragi dan Val menghabiskan waktu istirahat dengan berjalan santai di lingkungan sekolah. Sesuai janji Ragi padanya.

Jujur, bukan perasaan senang yang hadir. Namun, perasaan risi. Tidak ada Hani, tetapi tatapan dingin tetap dia terima. Bukan dalam jumlah sedikit, banyak murid perempuan yang mengikuti mereka secara diam-diam. Val belum tahu penyebab mereka mengusiknya.

"Sudah jangan terlalu diperhatikan. Mereka hanya orang-orang yang kurang kerjaan." Lelaki itu hanya melirik sekilas sebelum memfokuskan pandangan ke depan.

Yaps! Selain orang aneh, sekolah ini juga dihuni oleh orang yang kurang kerjaan. Hanya dua tipe murid itu saja yang baru ia temui.

"Oh iya, sebelum masuk ke sini, lo sekolah di mana?"

"Gue home schooling." Ya, selama ini, Val hanya menghabiskan masa belajar dengan cara itu.

"Asik?"

Dengan pelan Val menggeleng. "Gak asik. Gue selalu ngerasa kesepian. Gak ada teman. Gak ada hukuman kayak di film-film. Pokoknya gak enak deh."

"Makanya gue mau lanjut sekolah di sini," sambungnya. 

Lelaki itu hanya mengangguk tanda mengerti.

Kini hanya suara langkah yang menemani mereka. Val benar-benar menikmati waktu berdua. Dia berharap bahwa ini adalah sebuah kencan, walaupun tidak untuk si lelaki. Jika seandainya nyata, dia ingin sekali bergelayut manja di lengan lelaki itu.

"Hmm, Ragi, lo udah punya pacar?" Terlalu dimabuk cinta, dengan lancang Val bertanya demikian.

"Belum." Ragi tersenyum malu saat berucap demikian.

"Belum? Berarti lo udah nemu sasaran dong?"

Lagi-lagi dia meresponsnya dengan anggukan, seraya tersipu malu.

Namun, yang membuat Val bingung, kenapa dia juga ikut tersipu malu mendengarnya?

Jangan bilang itu gue, batinnya.

Namun dengan cepat dia merutuki hal itu. Val sadar, lo itu baru aja kenal, mana mungkin dia mau sama lo. Lagian penampilan kayak gini emangnya dia mau sama lo?

"Kalau lo?" Ragi berhasil membawanya ke dunia nyata.

"Gue?" Val meyakinkan lelaki itu.

"Iya, lo. Lo udah pacaran atau belum?"

Val tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal. "Belum, lagian siapa juga yang mau sama orang cupu kayak gue."

"Lah emang orang kayak lo gak boleh dicintai? Menurut gue lo gak buruk amat. Malah lo keliatan cantik."

Blush!

Merah tomat, seketika merayap pada pipi Val. Rasanya, dia ingin mencari kolam renang, untuk menenggelamkan tubuh dan menghilang dari pandangan Ragi.

Air, air woy! Di mana air?! Gue butuh banget! girangnya dalam hati. Ternyata dugaannya salah.

Val hanya bisa memalingkan wajah.

Di saat hatinya sedang berbunga-bunga, kantong kemihnya ternyata tidak dapat diajak kompromi. "Ragi, gue ke toilet dulu ya."

Namun, dengan cepat Ragi mencekal tangannya, "Mau gue temani?"

"Gak usah. Gue juga tau kok jalannya. Lebih baik lo masuk kelas duluan. Bentar lagi masukkan."

Dengan pelan Ragi melepaskan genggamannya. "Baiklah," ucapnya sebelum gadis itu benar-benar pergi.

»TO BE CONTINUE«

»TO BE CONTINUE«

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang