Hanya Sebuah Alasan (c)

3.6K 237 51
                                    

»☆«

"Mah, please ...." Mereka baru saja tiba di sebuah rumah putih. Namun, rengekan Val tak kunjung berhenti. Dia berusaha untuk menghancurkan benteng pertahanan sang ibu.

"Kalau alasanmu cuma seperti itu, mamah gak mau."

"Kemarin, Mamah sendiri yang bilang kenapa Val harus sekolah. Sekarang, giliran Val gak mau sekolah, Mamah malah gak terima." Tangan Val tetap kekeuh menarik tepi baju ibunya.

Wanita itu mendaratkan bokong pada sebuah sofa. Matanya melirik si gadis, seperti mengajaknya untuk melakukan hal yang sama.

Val hanya bisa menurutinya.

"Val, kemarin kamu yang bilang mau sekolah. Terus sekarang malah gak mau. Kamu pikir, sekolah itu hanya candaan? Di luar sana, bahkan banyak yang kesulitan buat sekolah. Kalau dari awal kamu memang gak mau sekolah, mamah terima. Tapi kalau plin-plan kayak gini, mamah gak suka."

Val terdiam dengan kepala menunduk.

"Jangan sia-siakan perjuanganmu. Kamu sudah berusaha. Jadi, jangan berhenti di tengah jalan."

Val mengangguk pelan. "Maaf, Mah. Val gak kepikiran sampai ke sana." Perempuan itu, bergegas memeluk sang ibu.

"Jadi, alasan apa yang membuatmu berubah pikiran?" tanya Mis setelah melepaskan pelukannya.

Seketika semburat merah menyerang pipi sang anak. Val yakin, kalau ibunya menyadari hal itu. Dengan cepat dia menutup pipi, dan beranjak berdiri.

"Gak ada apa-apa kok, Mah. Val, masuk kamar dulu ya," ujarnya mulai salah tingkah. Sedangkan Mis, hanya menggelengkan kepala, melihat sikap anaknya.

Val menghempaskan tubuhnya pada sebuah kasur. Tangannya sibuk memegangi pipi yang kian memanas. Dia terdiam sejenak, mengingat apa yang terjadi pada hari ini.

Sontak Val meronta kegirangan.

—Flashback On—

Suara daun pintu tertutup baru saja terdengar. Terlihat seorang gadis sedang meregangkan tubuh, seolah-olah baru saja mendapatkan kebebasan.

"Setelah sekian lama akhirnya bisa merasakan kebebasan," girangnya sembari mengelus perut yang sedikit membuncit. Ya, dia baru saja melakukan aksi meloloskan diri. Setelah menerima pesan dari salah satu temannya, dia langsung pergi ke toko makan tersebut.

Gadis itu tersenyum enteng sembari mengedikkan bahu. "Biarlah mereka sibuk nyari gue ... ternyata gue cerdik juga ya."

Mata gadis itu berkeliling. Sepertinya sangat disayangkan, apabila kesempatan ini tidak dipergunakan dengan baik. Val memutuskan untuk berjalan-jalan--menikmati keindahan kota. Untung saja, dia sudah mengenakan penyamaran dengan baik; masker dan topi hitam yang dia kenakan.

Val mengayunkan tangan riang. Dia memandang setiap sudut tempat. Ternyata setelah diperhatikan dengan baik, foto dirinya menghiasi setiap sudut kota ini, membuat dia terkekeh pelan. Dulu semua itu hanyalah sebatas mimpi, hingga sekarang telah menjadi bukti.

Sesekali dia mengabadikan momen ini dengan benda canggihnya.

"ITU, VAL!" Sebuah teriakan kencang tertuju pada gadis itu.

Sontak Val menoleh.

APA?!

Berapa terkejut dia, ketika melihat rombongan orang yang berada cukup jauh darinya. Val tidak mengenal mereka.

"KEJAR DIA!" Suara itu kembali terdengar, disusul dengan teriakan dari mereka.

MAMPUS! PENYAMARAN GUE TERBONGKAR!

Val seketika bertindak seperti orang bodoh. Dia bingung harus berlari ke mana. Ditambah sekelompok orang itu semakin mendekatinya. Gue harus lari ke mana?!

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Secara spontan dia memejamkan mata dengan rapat. Berharap semua ini hanyalah mimpi.

TOLONG GUE!! teriaknya dalam hati.

Namun, sebuah tangan berhasil menggenggamnya.

"Ikut gue."

—Flashback Berlanjut ke Chapter Selanjutnya—

»TO BE CONTINUE«

Hayoooo, siapa ya itu? 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayoooo, siapa ya itu? 😂

Yang gak jawab, berarti gak ada kuota :v

Yang gak jawab, berarti gak ada kuota :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang