-•°•-
.
.
.Sore telah berganti menjadi malam. Namun, aku terus berjalan. Hanya kehangatan rumah yang menjadi tujuanku. Untung sekarang sangat sepi, sehingga tidak ada satu pun orang yang peduli dengan penampilanku yang seperti ini.
Namun, entah kenapa, kesepian dan keheningan seperti mendukung perasaanku saat ini.
Ditambah pikiranku yang tidak berhenti merutuki hatiku. Atau mungkin kebodohanku? Aku terlalu tinggi untuk terbang, sampai aku lupa siapa aku sebenarnya. Kenapa pikiranku tidak lebih dulu maju sebelum hatiku yang jatuh? Harusnya aku mengikuti apa kata mereka.
Menjauh darinya.
"Permisi, buku lo jatuh." Sontak aku menoleh ke belakang.
Rey?
Kenapa dia ada di sini? Tidak ... tidak, aku harus positif thingking. Berharap dengan penampilanku yang seperti ini, dia tidak mengenaliku. Rahasia yang sudah aku jaga, tidak boleh terbongkar begitu saja. Setidaknya hanya itu yang dapat aku pikirkan.
"KYAAAA! Lo Rey, 'kan?!" pekikku seketika. Aku mengambil buku dan pulpen, yang kemudian menyodorkan ke padanya.
"Gue penggemar berat lo. Bisa minta tanda tangannya?"
Bukan menerima Rey malah tersenyum ke arahku.
"APA YANG LO LAKUIN!" Aku benar-benar terkejut ketika dia tiba-tiba melepas wig dan kacamataku.
"Akting lo bagus. Tapi lo gak bisa bohongin gue, Valentine Goretty." Dia menekankan dua kata di kalimat akhir.
Brengsek! Berpura-pura pun tidak ada gunanya aku lakukan sekarang.
"Sini!" Aku menatap lelaki itu dengan kesal dan merampas bukuku. Di saat mood-ku yang seperti ini, dengan enteng dia mempermainkanku?
"Nona Cantik, jangan galak-galak seperti itu. Gue cuma bercanda."
"DIAM!" Aku terus berjalan, tanpa peduli dia yang terus mengikutiku. Aku harus menahan emosiku.
"Nona cantik lagi pms ya, makanya sensian kayak gitu?" Lagi-lagi dia menggodaku?
"Bisa diam gak lo?!"
"Habisnya, sih, lo main rahasia-rahasiaan. Sudah gue bilang dari awal, gue bakal cari tahu sendiri. Jadi, gue ngikutin lo."
"Oh iya, Val--"
Aku berbalik. "LO BISA DIAM GAK?! GUE SURUH DIAM, YA DIAM!" Aku benar-benar tidak bisa menahannya. Aku dapat melihat, lelaki itu terkejut melihatku yang seperti ini.
"Lo kenapa?" tanyanya ragu.
Ya, tanpa aku sadar, air mata berhasil membasahi pipiku. Aku mengepal kedua tangan. "GUE DARI TADI UDAH NYURUH LO DIAM! TAPI LO MALAH GAK BERHENTI NGOMONG! LO PIKIR ITU HEBAT?!"
Aku menunduk kepala. "Kenapa, sih, cowok cuma taunya nyakitin hati cewek doang?!"
"Gue benci kalian," lirihku seketika. Perasaan yang sama kenapa harus terulang lagi?
"Gue hanya ingin merasakan dicintai. Hanya itu ...."
Rey berjalan mendekatiku. Aku sangat terkejut, ketika dia tiba-tiba merengkuh dan memelukku.
"Maaf," lirihnya.
Singkat, tetapi kenapa aku merasa tenang?
"Gue gak berniat nyakitin lo. Karena pada dasarnya gue hanya ingin mengobati hati lo yang terluka." Lagi-lagi dia berucap dengan suara lembut, bahkan sangat lembut.
"Menangislah. Cukup gue yang liat lo kayak gini."
Bodoh! Tanpa sadar, aku mengikuti apa yang dia katakan. Bahkan melebihi yang sebelumnya. Tidak peduli, aku meluapkan kekesalanku di dadanya.
Rey berusaha menenangkanku. Val, maaf.
-•°•-
.
.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
IYA, LO!
Teen Fiction#1 in teenfiction 26/12/19 #4 in asik 05/02/19 Amazing cover by @kimfina14 Aku bukanlah playgirl! Aku hanyalah perempuan yang bingung di zona cinta segitiga ini. (ᴖ◡ᴖ)♪ SAY HELLO TO BUCIN!!