___________________________
Bahagia itu tidak mengenal akhir, mungkin hanya sedikit jeda (?)
______________________»☆«
Val duduk santai di balkon atas sekolah, membiarkan semilir angin menggesek kulit. Sedangkan tangannya sibuk menyentuh layar ponsel. Namun, semua itu terhenti pada sebuah berita yang mengisi beranda miliknya.
Breakingnews: Li*n Bunuh Diri, Netizen Julid & Kejamnya Industri Musik. Atau Sebuah Teror?
Melihat judul itu membuat Val tidak berhenti membacanya hingga akhir. Sampai ia meletakkan benda canggih itu di sebelahnya, dan menarik napas panjang. Dia teringat akan ucapan Mis tadi pagi.
"Val, semenjak kamu sekolah, mamah jadi harus lebih ketat lagi menjaga kamu. Mamah mau, apapun yang terjadi, kamu harus cerita ke mamah. Biarpun kamu sekolah, jangan lupa kalau kamu itu bintang figur."
PRANG!
Suara yang sangat keras, membuat Val tersentak. Dia bangkit berdiri. Tanda tanya besar membuat ia meneliti setiap penjuru tempat. Val yakin, kalau ada orang lain selain dia.
Seketika ia membelalak. Dia tidak percaya dengan apa yang tertangkap oleh netranya.
"JANGAN LAKUKAN ITU!" Val langsung berlari ke arah sumber suara.
Perempuan yang berdiri tepat di pinggir balkon, menatapnya dengan tatapan kosong. "Rety …?"
"Siapa pun lo, jangan lakukan itu! Gue bakal bantu lo." Val dengan pelan berjalan mendekatinya.
Namun, tiba-tiba tatapan perempuan itu berubah! Hanya balutan emosi yang terpancar.
"BERHENTI DI SITU!" teriak si perempuan dengan cepat. Dan itu berhasil membuat Val menghentikan langkahnya.
"KALAU LO MENDEKAT, GUE BAKAL LONCAT DARI SINI!" bentaknya dengan bahu yang bergetar.
"Lo jangan lakuin itu …," lirih Val memohon.
"KENAPA LO HARUS PEDULI?! BAHKAN LO GAK TAHU SIAPA GUE."
"OHH … ATAU LO TAKUT, SETELAH GUE MATI, LO YANG BAKAL JADI SASARAN BULLY, HANI?" teriaknya dengan napas memburu. Matanya benar-benar memerah.
Bully? Hani? Apa maksudnya? Apakah Hani suka membully? batin Val. Namun, dia berusaha menyampingkan itu.
"Maaf, karena gua gak kenal lo. Tapi gue gak pernah berpikir kayak gitu. Gue malah peduli dengan kebahagiaan lo. Lo pengen bahagiakan? Kalau iya, bukan kayak gini caranya!" terangnya dengan sedikit berteriak.
"BAHAGIA? BAHAGIA ITU HANYA MENGENAL KASTA! KAU KAYA, MAKA KAU BAHAGIA!" Tanpa dia sadari air mata berhasil jatuh membasahi pipi.
"GUE CAPE! GUE MENUNGGU KEBAHAGIAAN ITU, TAPI GUE GAK DAPAT. GUE CARI, DAN HASILNYA TETAP SAMA! SEMUANYA MUNGKIN BISA TERJADI, tapi …." Dia sengaja menjeda kalimatnya.
" … tidak untuk kebahagiaa." Seketika kakinya melemah seperti jely. Tubuhnya meringsut ke bawah, menahan rasa sesak di dada.
"Please, Ret, yakini gue kalau semua pemikiran gue itu salah," tunduknya dengan air mata yang semakin deras.
Val mengambil kesempatan, untuk mendekati gadis itu dengan perlahan.
"Semua itu salah." Dia menarik si perempuan ke dalam pelukan, berharap dapat menyalurkan ketenangan.
"Terkadang manusia sulit membedakan, mana yang merupakan akhir, dan mana yang merupakan proses. Lo berpikir kalau ini adalah sebuah akhir, padahal sebenarnya ini adalah sebuah proses. Dengan lo mengakhiri hidup, berarti lo dengan cuma-cuma melewati kebahagiaan itu."
"Kebahagiaan itu tidak untuk ditunggu atau pun dicari. Tapi lo sendiri yang harus menciptakan kebahagiaan itu," sambungnya.
Val dapat merasakan ritme napas perempuan itu yang dengan perlahan mulai teratur.
Butuh 10 menit untuk membuat si perempuan untuk kembali normal, hingga ia melepaskan pelukan Val. "Makasih, Ret. Lo udah mau nenangin gue."
Val tersenyum. "Iya, sama-sama. Lebih baik, lo kembali ke kelas." Tanpa menunggu lama, Val pun langsung mengambil langkah. Sedangkan si perempuan memilih mengangguk. Namun, ketika dia hendak melakukan hal yang sama ….
Srek!
Dia tiba-tiba terjatuh, dan dengan cekatan dia memegang tepi balkon.
"RETY!"
Sontak Val menoleh.
"RET, TOLONG GUE!"
»TO BE CONTINUE«
KAMU SEDANG MEMBACA
IYA, LO!
Teen Fiction#1 in teenfiction 26/12/19 #4 in asik 05/02/19 Amazing cover by @kimfina14 Aku bukanlah playgirl! Aku hanyalah perempuan yang bingung di zona cinta segitiga ini. (ᴖ◡ᴖ)♪ SAY HELLO TO BUCIN!!