16. Persiapan

1.7K 100 22
                                    

Jangan sekali-kali kau bersikap seperti milik orang lain, ketika ada aku. Aku cemburu!

—•°•—
.
.
.

Banyak orang yang berhamburan pergi, setelah lembaran kertas yang terpajang berhasil menarik perhatian mereka. Kini hanya menyisakan seorang gadis, yang membaca ulang apa isi lembaran kertas itu.

"Lo ikut?" Suara bariton mendatangi sang gadis.

Val tersenyum cerah, sebelum mengalihkan pandangan pada Ragi. "Gue ikut! Darmawisata seperti ini, gak mungkin gue lewatin."

Melihat tingkah laku gadis itu, membuat Ragi yakin, bahwa senyuman Val dapat menular bagi siapa yang melihatnya. Dia merasakan yang demikian.

"Gue gak sabar!" girang Val tak terdustakan.

Namun, tiba-tiba Ragi membekap mulutnya. "Jangan senyum, kalau enggak lo harus tanggung jawab."

Seketika Val tertunduk malu. Dan entah kenapa, malah membuat Ragi salah tingkah.

"M-maaf, g-gue ada urusan," ujar Ragi yang kemudian berlari pergi.

***

Seorang lelaki sibuk mengeringkan rambut menggunakan handuk. Dia baru saja membersihkan tubuh. Namun, kegiatan itu tidak bertahan lama, setelah terdengar suara bel rumah.

Dia melangkah ke arah pintu depan, tetapi dia lebih dulu melihat layar monitor yang ada di dekat pintu.

Val? Dalam rangka apa dia datang ke sini? batinnya yang masih kurang percaya dengan apa yang dilihat. Tidak mau membuat gadis itu menunggu lama, dia segera membuka pintu.

"Val? Lo dalam rangka apa malam-malam datang ke sini?"

Perempuan itu melirik ke dalam rumah dari sela-sela tubuh Rey. "Lo gak ngizinin gue masuk dulu?"

Rey pun memberi isyarat ke padanya untuk masuk, diikuti senyuman dari si gadis.

"Jadi lo ngapain ke sini?" tanya Rey setelah mendaratkan bokong pada sebuah sofa. Namun, pandangan teralih pada sebuah benda yang dipegang oleh Val. "Terus apa tuh yang lo bawa?"

Tanpa perlu aba-aba, Val mengeluarkan beberapa pasang baju dari tas yang ia bawa. Membuat Rey menautkan kedua alis.

"Untuk apa baju-baju ini?"

"Jadi, sebentar lagi sekolah ngadain darmawisata. Dan sekarang gue bingung, baju apa yang cocok buat gue pakai."

"Nah, karena lo cowok, lo pasti tau, kan, selera cowok bagaimana …?" Val mempermainkan alisnya.

"Jangan bilang lo mau berpenampilan cantik di depan Ragi?" tebak Rey.

Val tersenyum lebar. "Benar sekali!"

Dia mengambil dress berwarna pink. "Ini bajunya lucu. Bagaimana, cocok gak?" ucapnya sembari menempelkan baju itu ke tubuhnya.

Rey menggeleng.

"Kalau ini?" Kali ini dia mencocokkan baju bewarna kuning.

Lagi-lagi Rey menggeleng. Membuat Val memutarkan kedua matanya.

"Ini kayaknya cocok deh. Warnanya kalem." Dia memperlihatkan baju bewarna biru langit.

"Gak cocok."

Dumb! Val benar-benar stres mendengar ucapan yang diberikan si lelaki.

"Kalau semuanya gak cocok, terus yang cocok apa dong …?"

"Yah, lo sama gue."

"Isss, yang serius, Rey!"

Lelaki itu hanya tersenyum, seraya memilih baju yang cocok dari tumpukan kain tersebut. Hingga dia menarik baju cokelat, dengan model dress yang sedikt tidak menarik.

"Ini cocok sama lo." Dia menyodorkan pakaian itu.

Val memperhatikan pakaian itu baik-baik. "Rey, lo gak bercanda, kan? Gue terlihat buruk pakai baju ini."

"Itu kata lo. Berarti, lo gak tahu selera cowok bagaimana."

"Tapi, Rey, gak separah ini juga. Gue darmawisata ke pantai, bukan ke kampung."

"Lah, karena itu, ini cocok sama lo. Rety yang dijuluki anak kampung. Kalau lo terlalu cantik, entar penyamaran lo malah terbongkar," terang Rey berusaha meyakinkan.

"Tapi, gue, kan, cuma pengen kelihatan cantik …," ucap Val terdengar pasrah.

"Ada kresek gak? Rasanya gue pengen bungkus lo, supaya gak diambil orang."

—•°•—
.
.
.
.

TBC

Mata aku sudah sisa 0,5 watt, karena seharian full kegiatan 😪

Tapi, demi kalian dan janji aku, jadi aku update 😂

Sorry ya, hanya segini doang yang bisa aku up

Tembus 60 vote, aku bakal up 😁

IYA, LO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang